Bolehkah Niat Berinfak Untuk Mendapat Rezeki ?

Bolehkah Niat Berinfak Untuk Mendapat Rezeki ? - Hallo sahabat Islam Itu Indah, Pada Artikel yang anda baca kali ini dengan judul Bolehkah Niat Berinfak Untuk Mendapat Rezeki ?, kami telah mempersiapkan artikel ini dengan baik untuk anda baca dan ambil informasi didalamnya. mudah-mudahan isi postingan Artikel Amalan, Artikel kisah, yang kami tulis ini dapat anda pahami. baiklah, selamat membaca.

Judul : Bolehkah Niat Berinfak Untuk Mendapat Rezeki ?
link : Bolehkah Niat Berinfak Untuk Mendapat Rezeki ?

Baca juga


Bolehkah Niat Berinfak Untuk Mendapat Rezeki ?

LURUSKAN NIAT

  • Niat secara bahasa berarti hati. Amalan-amalan yang dilakukan itu harus ada niatnya, yang menjadi pembeda antara amalan yang satu dengan amalan lainnya dan sebagai pembeda antara ibadah yang wajib maupun sunat.
  • Segala sesuatu yang kita kerjakan termasuk amal ibadah kepada Allah tergantung pada niatnya. Itu sebabnya dalam setiap tindakan kita diharuskan untuk meluruskan niat. Meluruskan niat artinya membetulkan niat lantaran Allah Ta'ala, bukan lantaran yang lain. Bahkan jikalau hal yang kita lakukan itu hanya merupakan kebiasaan saja, menyerupai makan, minum, tidur, acara toilet, tapi jikalau pelakunya meniatkan hal-hal tersebut sebagai penguat dirinya untuk taat kepada Allah, maka ia akan diganjar pahala oleh Allah.
  • Lihatlah hadits yang diriwayatkan oleh BUkhari Muslim di bawah ini :
  • Hadits ini menegaskan bahwa seseorang tidak memperoleh sesuatupun dari amal dan perbuatannya melainkan sesuai dengan apa yang ia niatkan. Jika ia berniat kebaikan maka ia akan beroleh kebaikan. Jika niatnya jelek maka tidak ada yang diperolehnya kecuali keburukan juga. Kaprikornus baik buruknya perbuatan seseorang tergantung pada niatnya. Kaprikornus kalau niat sedekah untuk rezeki saja, maka rezeki itulah yang diperoleh. 
  • Bahkan Rasulullah mengingatkan para dai dan pemuka agama yang diriwayatkan oleh Ibnu Hibban & Thabrani, bahwa, Allah menguatkan agama ini dengan dai yang peran dakwahnya luar biasa tapi bahwasanya ia tak sanggup apa-apa lantaran niatnya melenceng.
  • Seorang pemuka agama yang memberikan syiar agama pun harus meluruskan niatnya mengajarkan ilmu agama hanya lantaran Allah, bukan untuk mendapat gelar alim ataupun mencari popularitas.


3 Tahapan Niat

  • Menurut spesialis tafsir, cendekiawan, dan hebat fikih yang hidup pada kurun ke 13 berjulukan Ibnul Qayyim, tahapan niat itu ada 3 fase :
# 1. Qablal amal (sebelum amal)
  • Sebelum melaksanakan amal saleh, apakah niatnya sudah benar? Jika sudah silahkan dilanjutkan. Karena apapun yang diniatkan maka itulah yang didapatkan. 
# 2. Astnaa al amal (saat beramal)
  • Saat melaksanakan amal saleh, apakah niatnya sudah betul? Jika berniat hanya untuk dunia, maka dunia itulah yang didapatkan.
# 3. Badal amal ( sesudah amal)
  • Setelah selesai melaksanakan amal saleh apakah niatnya masih benar? Atau sudah tercampur dengan kepentingan duniawi?

Fenomena Gerakan Beramal di Masyarakat

  • Masih segar dalam ingatan saya, bahkan saya pun pengagum salah satu Dai yang menyerukan gerakan bersedekah dan shalat dhuha semoga rezeki melimpah. Memang sudah konkret kesepakatan Allah bahwa bersedekah itu penderas rezeki dan dhuha itu melancarkan rezeki. Bahkan buku 7 keajaiban rezeki karya penulis Ippho Sentosa pun mendorong kita untuk bersedekah dan katanya sedekah itu tak perlu tunggu ikhlas, lakukan saja.
  • Mungkin maksudnya ingin mendorong dan memotivasi masyarakat semoga memperbanyak amal saleh, termasuk sedekah dan shalat dhuha (baca : inilah amalan 40 hari menuju kaya). Akhirnya tidak sedikit dari kita yang melaksanakan amalan sedekah dan shalat dhuha berharap rezekinya jadi berlipat ganda
  • Masyarakat pun mulai tergerak dan rutin melakukannya semoga rezekinya yang semula seret sanggup lancar, yang semula sedikit sanggup melimpah dan sebagainya. Hal itu memang telah dijanjikan Allah dalam Al Quran.


Bolehkah niat sedekah dan dhuha untuk rezeki?

  • Ibaratnya menyerupai menanam pohon. Jika menanam benih rambutan niscaya yang tumbuh ialah pohon rambutan dan buahnya buah rambutan. Tidak mungkin tanam benih rambutan akhirnya duren atau lengkeng bukan? Setelah menanam benih rambutan, buat apa berharap lagi benih itu akan tumbuh menjadi pohon rambutan yang berbuah rambutan, kalau itu sudah pasti?
  • Sedekah dan shalat dhuha tanpa diperlukan atau diniatkan pun akan melipatgandakan rezeki. Karena itu sudah kesepakatan Allah yang disampaikan dalam Al Alquran maupun hadits. Lalu buat apa meniatkan sesuatu yang memang akhirnya akan menyerupai itu? Sedekah dan dhuha akan melapangkan rezeki, itu sudah pasti, jadi buat apa meniatkannya? Sungguh, ini niat yang sia-sia belaka.
  • Lebih sia-sia lagi kalau ibadah itu tidak diniatkan lantaran Allah SWT. Ibadah yang kita lakukan itu tujuannya hanya semoga Allah ridha pada kita. Kalaupun Allah berkenan memasukkan kita ke dalam surgaNya itu efek sampingnya saja. Begitu juga dengan rezeki. Itu ialah kebaikan dunianya saja, yang tanpa diniatkan pun akan didapatkan. Bukankah Allah yang membagi rezeki dan akan terus diberi sepanjang yang bersangkutan masih hidup? (baca : tak perlu kuatir atas rezekimu)
  • Seperti halnya kalau kita menanam padi, niscaya sanggup rumput juga (rumput biasanya tumbuh di sela-sela padi). Tapi jikalau kita menanam rumput maka tak mungkin mendapat padi, hanya rumput saja. 
  • Niat alam abadi lantaran Allah SWT akan merangkul kebaikan dunia. Barangsiapa yang niatnya lantaran Allah niscaya Allah akan berikan rezeki yang baik. Tapi kalau niatnya lantaran rezeki, rezekinya sanggup tapi belum tentu sanggup ridha Allah.
  • Perhatikan bencana yang diceritakan terjadi di Yaumul hisab nanti. Diceritakan seorang hamba ali sedekah di dunia tengah menghadapi peradilan Allah. Dia bilang kalau semua amalan sedekah yang dilakukannya diniatkan lantaran Allah SWT. Tapi Allah mengatakan, "KADZABTA!" Engkau bohong !", bahwa amalan sedekah itu dilakukannya semoga disebut gemar memberi di dunia, dan itu sudah didapatkannya ketika hidup. Tak ada lagi jawaban pahala yang tersisa di akhirat. Maka dilemparlah orang tersebut di neraka.

KESIMPULAN

  • Bagaimana jikalau itu terjadi pada kita? Niat kita ketika bersedekah dan dhuha hanya untuk mendapat rezeki yang berlipat ganda. Lalu kita mati dan pikir bahwa amalan kita bakalan mengantar kita masuk surga. Bagaimana rasanya jikalau Allah kemudian menyampaikan kita bohong? Amal itu dalam rangka meraih dunia saja dan itu sudah kita dapatkan sehingga tak ada lagi yang tersisa untuk kita di akhirat.
  • Akhirnya kita ialah orang yang banyak rezeki tapi bangkrut. Naudzubillah...
  • Mulai sekarang, luruskan niat hanya untuk Allah. Ketahuilah bahwa, "Sesunguhnya di nirwana ada pintu dinamakan pintu DHUHA, maka ketika selesai zaman datang, memanggillah ( Allah) dimanakah orang-orang yang selalu mengerjakan sembahyang atas KU dengan sembahyang dhuha? Inilah pintu kamu, maka masuklah kau ke dalam nirwana dengan rahmat Allah" (H.R.Thabrani).
  • Ayoo pilih mana?... Luruskan niat selalu lantaran Allah SWT.
  • Wallahu alam 


Demikianlah Artikel Bolehkah Niat Berinfak Untuk Mendapat Rezeki ?

Sekianlah artikel Bolehkah Niat Berinfak Untuk Mendapat Rezeki ? kali ini, mudah-mudahan bisa memberi manfaat untuk anda semua. baiklah, sampai jumpa di postingan artikel lainnya.

Anda sekarang membaca artikel Bolehkah Niat Berinfak Untuk Mendapat Rezeki ? dengan alamat link https://lubukhatimuslim.blogspot.com/2016/07/bolehkah-niat-berinfak-untuk-mendapat.html

Iklan Atas Artikel

Iklan Tengah Artikel 1

Iklan Tengah Artikel 2

Iklan Bawah Artikel