Mengapa Kita Tetap Miskin?
Saturday, December 12, 2020
Edit
Mengapa Kita Tetap Miskin? - Hallo sahabat Islam Itu Indah, Pada Artikel yang anda baca kali ini dengan judul Mengapa Kita Tetap Miskin?, kami telah mempersiapkan artikel ini dengan baik untuk anda baca dan ambil informasi didalamnya. mudah-mudahan isi postingan
Artikel alasan,
Artikel kisah, yang kami tulis ini dapat anda pahami. baiklah, selamat membaca.
Judul : Mengapa Kita Tetap Miskin?
link : Mengapa Kita Tetap Miskin?
Konon suatu hari di sebuah desa, seorang yang kaya raya mengumumkan akan membeli monyet dengan harga Rp. 50,000,- per ekor. Padahal monyet disana sama sekali tak ada harganya alasannya jumlahnya yang banyak dan kerap dianggap sebagai hama pemakan tanaman buah-buahan.
baca juga : kaya bukan pembenaran
Namun...
Kemudian... ternyata ....
Mereka tak pernah lagi melihat si Orang Kaya maupun si Asisten di desa itu!
Well....
Anda termasuk mana? Si Orang Kaya (Pengusaha) atau Penduduk Desa?
Pilihlah dengan Bijaksana.
Wallahu alam...
Anda sekarang membaca artikel Mengapa Kita Tetap Miskin? dengan alamat link https://lubukhatimuslim.blogspot.com/2020/12/mengapa-kita-tetap-miskin.html
Judul : Mengapa Kita Tetap Miskin?
link : Mengapa Kita Tetap Miskin?
Mengapa Kita Tetap Miskin?
Cerita Yang Membuka Mata.
Cerita yang dapat saja fiktif tapi membuka mata kita, analogi yang layak untuk dipertimbangkan.Konon suatu hari di sebuah desa, seorang yang kaya raya mengumumkan akan membeli monyet dengan harga Rp. 50,000,- per ekor. Padahal monyet disana sama sekali tak ada harganya alasannya jumlahnya yang banyak dan kerap dianggap sebagai hama pemakan tanaman buah-buahan.
Otak bisnis para penduduk desa mulai jalan. Mereka yang menyadari bahwa banyak monyet di sekitar desa pun lalu mulai masuk hutan dan menangkapinya satu persatu.
Kemudian si Orang Kaya membeli ribuan ekor monyet dengan harga Rp
50,000,- . Karena penangkapan secara besar-besaran kesannya
monyet-monyet menjadi langka dan semakin sulit dicari, penduduk desa pun menghentikan usahanya untuk menangkapi monyet-monyet tersebut..
Si Orang Kaya lalu pergi melaksanakan perjalanan bisnis dan kesibukan urusan monyet untuk sementara mereda.
baca juga : Kok gak kaya-kaya?
50,000,- . Karena penangkapan secara besar-besaran kesannya
monyet-monyet menjadi langka dan semakin sulit dicari, penduduk desa pun menghentikan usahanya untuk menangkapi monyet-monyet tersebut..
Si Orang Kaya lalu pergi melaksanakan perjalanan bisnis dan kesibukan urusan monyet untuk sementara mereda.
baca juga : Kok gak kaya-kaya?
Setelah kembali si Orang Kaya membuat pengumuman yang mengejutkan.
Si Orang Kaya sekali lagi kembali mengumumkan akan membeli monyet dengan harga Rp 100,000 per ekor. Tentu saja hal ini memberi semangat dan "angin segar" bagi penduduk desa yang tadinya mengalah untuk lalu mulai menangkapi monyet lagi. Segala tenaga dan daya upaya dikerahkan untuk mencari monyet yang masih tersisa di hutan. Tak berapa lama, jumlah monyet pun semakin langka, makin kurang dari hari ke hari dan semakin sulit dicari. Akhirnya penduduk desapun kembali ke acara menyerupai biasanya, yaitu bertani.
Si Orang Kaya sekali lagi kembali mengumumkan akan membeli monyet dengan harga Rp 100,000 per ekor. Tentu saja hal ini memberi semangat dan "angin segar" bagi penduduk desa yang tadinya mengalah untuk lalu mulai menangkapi monyet lagi. Segala tenaga dan daya upaya dikerahkan untuk mencari monyet yang masih tersisa di hutan. Tak berapa lama, jumlah monyet pun semakin langka, makin kurang dari hari ke hari dan semakin sulit dicari. Akhirnya penduduk desapun kembali ke acara menyerupai biasanya, yaitu bertani.
Karena monyet sekarang telah langka, harga monyet pun meroket naik sampai
Rp 150,000,- / ekornya. Tapi tetap saja monyet sudah sangat sulit
dicari.
baca juga : Ini beliau jamu tolak miskin.
Rp 150,000,- / ekornya. Tapi tetap saja monyet sudah sangat sulit
dicari.
baca juga : Ini beliau jamu tolak miskin.
Sekali lagi si Orang Kaya mengumumkan kepada penduduk desa bahwa ia
akan membeli monyet dengan harga Rp 500,000,- per ekor!
akan membeli monyet dengan harga Rp 500,000,- per ekor!
Namun, alasannya si Orang Kaya harus pergi ke kota alasannya urusan bisnis,
Asisten pribadinya akan menggantikan sementara atas namanya.
Asisten pribadinya akan menggantikan sementara atas namanya.
Dengan tiada kehadiran si Orang Kaya, si Asisten pun berkata pada
penduduk desa: "Lihatlah monyet-monyet yang ada di kurungan besar yang
dikumpulkan oleh si orang kaya itu. Saya akan menjual monyet-monyet
itu kepada kalian dengan harga Rp 350,000,- / ekor dan dikala si Orang
Kaya kembali, kalian dapat menjualnya kembali ke si Orang Kaya dengan
harga Rp 500,000,-
Bagaimana...?"
penduduk desa: "Lihatlah monyet-monyet yang ada di kurungan besar yang
dikumpulkan oleh si orang kaya itu. Saya akan menjual monyet-monyet
itu kepada kalian dengan harga Rp 350,000,- / ekor dan dikala si Orang
Kaya kembali, kalian dapat menjualnya kembali ke si Orang Kaya dengan
harga Rp 500,000,-
Bagaimana...?"
Akhirnya, penduduk desa pun mengumpulkan uang simpanan mereka dan
membeli semua monyet yang ada di kurungan.
membeli semua monyet yang ada di kurungan.
baca juga : kaya bukan pembenaran
Namun...
Kemudian... ternyata ....
Mereka tak pernah lagi melihat si Orang Kaya maupun si Asisten di desa itu!
Well....
Selamat tiba di Wall Street..!
Inilah yang dikatakan orangsebagai "Monkey Bussiness"!
Hati-hati Pembaca....... jangan terjebak "Monkey Business"...
Seperti ikan Arwana,
Seperti ikan Lohan,
Seperti watu Akik,
Seperti bunga gelombang cinta,
Seperti burung love bird .. dan banyak lagi yang DULUnya pernah ekspresi dominan dan diminati.
Seperti ikan Lohan,
Seperti watu Akik,
Seperti bunga gelombang cinta,
Seperti burung love bird .. dan banyak lagi yang DULUnya pernah ekspresi dominan dan diminati.
Strategi menyerupai ini biasanya di lengkapi juga dengan propaganda bisnis yang luar biasa dengan cara pameran-pameran dan event-event besar dengan harga yang menggiurkan, kalo perlu sampe diskon 70 % sehingga masyarakat banyak yang tertarik untuk ikut bermain di dalamnya padahal di event-event itu dapat jadi aktornya ialah mereka yang bersandiwara untuk memikat masyarakat banyak.
Seperti semua barang yang kita beli tetapi bukan alasannya kita membutuhkan nya......tapi alasannya tergoda iklan, tergoda bujukan, tergoda diskon.
Wajarlah bila kita tetap miskin. Karena kita gampang tergoda bujukan dan rayuan tanpa memakai nalar sehat. Kita seringkali memikirkan laba sesaat tanpa menghitung pengaruh jangka panjangnya....
Jika anda tetap miskin coba introspeksi diri. Jangan menyalahkan Allah alasannya kemiskinan kita. Percayalah kalo Allah tidak membuat kemiskinan.
Wajarlah bila kita tetap miskin. Karena kita gampang tergoda bujukan dan rayuan tanpa memakai nalar sehat. Kita seringkali memikirkan laba sesaat tanpa menghitung pengaruh jangka panjangnya....
Jika anda tetap miskin coba introspeksi diri. Jangan menyalahkan Allah alasannya kemiskinan kita. Percayalah kalo Allah tidak membuat kemiskinan.
Anda termasuk mana? Si Orang Kaya (Pengusaha) atau Penduduk Desa?
Pilihlah dengan Bijaksana.
Wallahu alam...
Demikianlah Artikel Mengapa Kita Tetap Miskin?
Sekianlah artikel Mengapa Kita Tetap Miskin? kali ini, mudah-mudahan bisa memberi manfaat untuk anda semua. baiklah, sampai jumpa di postingan artikel lainnya.
Anda sekarang membaca artikel Mengapa Kita Tetap Miskin? dengan alamat link https://lubukhatimuslim.blogspot.com/2020/12/mengapa-kita-tetap-miskin.html