Keajaiban Sebuah Senyuman

Keajaiban Sebuah Senyuman - Hallo sahabat Islam Itu Indah, Pada Artikel yang anda baca kali ini dengan judul Keajaiban Sebuah Senyuman, kami telah mempersiapkan artikel ini dengan baik untuk anda baca dan ambil informasi didalamnya. mudah-mudahan isi postingan Artikel kisah, yang kami tulis ini dapat anda pahami. baiklah, selamat membaca.

Judul : Keajaiban Sebuah Senyuman
link : Keajaiban Sebuah Senyuman

Baca juga


Keajaiban Sebuah Senyuman

Kisah perihal ketulusan dari sebuah senyuman.

Ini ialah kisah warga Indonesia yang bermukim di luar negeri. Saya tuliskan lagi biar jadi pembelajaran bagi kita semua. Beberapa baris goresan pena untuk materi renungan. Hanya butuh beberapa menit membacanya, tapi bisa jadi itu mengubah hidup anda.



Kisah ini dimulai ibarat ini :

Saya seorang ibu dari tiga orang anak dan gres saja menuntaskan kuliah di Jerman. Kelas terakhir yang harus saya ambil ialah Sosiologi. 
Tugas terakhir dosen yang  diberikan kepada siswanya diberi nama "Smiling."

Seluruh siswa diminta untuk menawarkan senyumnya kepada tiga orang asing yang ditemuinya dan mendokumentasikan reaksi mereka.
Setelah itu setiap siswa diminta untuk mempresentasikan didepan kelas. 

Saya berpikir kalau saya ialah seorang yang gampang akrab dan selalu tersenyum pada setiap orang. Jadi, saya pikir, kiprah ini sangatlah mudah.
Setelah mendapatkan kiprah tersebut, saya bergegas menemui suami san anak bungsu saya yang menunggu di taman kampus, kemudian pergi ke restoran Mc Donald yg berada di kampus.

Pagi itu udaranya sangat hambar dan kering. Sewaktu suami saya akan masuk dalam antrian, saya minta biar beliau saja yang menemani si Bungsu sambil mencari daerah duduk dan saya ikut antrian.
Ketika saya sedang dalam antrian, mendadak setiap orang di sekitar kami bergerak menyingkir, dan bahkan orang yang semula antri dibelakang saya ikut menyingkir keluar dari antrian.
Perasaan panik menguasai diri saya, ketika melihat mengapa mereka semua  menyingkir ? Ada apa gerangan ?
Saat berbalik, saya mencium "bau badan" yang cukup menyengat, ternyata sempurna di belakang saya bangkit dua orang lelaki tunawisma yang sangat dekil. Entah sudah berapa usang mereka gak mandi.

Saya bingung, dan tidak bisa bergerak sama sekali.
Ketika saya menunduk, tanpa sengaja mata saya menatap pria yang lebih pendek, dan ia sedang "tersenyum" ke arah saya.
Lelaki itu bermata biru, sorot matanya tajam, tapi juga memancarkan kasih sayang. Ia menatap kearah saya, seolah ia meminta biar saya sanggup mendapatkan 'kehadirannya' ditempat itu.
Ia menyapa "Good day!" sambil tetap tersenyum. Secara impulsif saya membalas senyumnya, dan seketika teringat oleh saya 'tugas' yang diberikan oleh dosen saya.
Lelaki kedua sedang memainkan tangannya dengan gerakan asing bangkit di belakang temannya.
Saya segera menyadari bahwa lelaki kedua itu menderita keterbelakangan mental, dan lelaki dengan mata biru itu ialah "penolong"nya.
Saya merasa sangat prihatin sesudah mengetahui bahwa ternyata dalam antrian itu sekarang hanya tinggal saya bersama mereka, dan kami bertiga tiba tiba saja sudah hingga didepan counter.
(baca : tips menciptakan senyuman mendatangkan rezeki).

Ketika perempuan muda di counter menanyakan kepada saya apa yang ingin saya pesan, saya persilahkan kedua lelaki ini untuk memesan duluan.
Lelaki bermata biru segera memesan "Kopi saja, satu cangkir Nona."
Ternyata dari koin yang beliau pegang hanya itulah yang bisa dibeli oleh mereka. (Aturan di restoran di Jerman, kalau ingin duduk di dalam restoran dan menghangatkan tubuh, maka orang harus membeli sesuatu). Dan sepertinya kedua orang ini hanya ingin menghangatkan badan.
Tiba tiba saja saya diserang oleh rasa iba yang menciptakan saya sempat terpaku beberapa saat, sambil mata saya mengikuti langkah mereka mencari daerah duduk yang terpisah dari tamu2 lainnya, yang hampir semuanya sedang mengamati mereka.

Pada ketika yang bersamaan, saya gres menyadari bahwa ketika itu semua mata di restoran itu juga sedang tertuju ke diri saya, dan niscaya juga melihat semua 'tindakan' saya.
Saya gres tersadar sesudah petugas di counter itu menyapa saya untuk ketiga kalinya menanyakan apa yang ingin saya pesan ?
Saya tersenyum dan minta diberikan dua paket makan pagi (diluar pesanan saya) dalam nampan terpisah.
Setelah membayar semua pesanan, saya minta pemberian petugas lain yang ada di counter itu untuk mengantarkan nampan pesanan saya ke meja/tempat duduk suami dan anak saya.
Sementara saya membawa nampan lainnya berjalan melingkari sudut kearah meja yang telah dipilih kedua lelaki itu untuk beristirahat.
Saya letakkan nampan berisi masakan itu di atas mejanya, dan meletakkan tangan saya di atas punggung telapak tangan hambar lelaki bemata biru itu, sambil saya berucap "makanan ini telah saya pesan untuk kalian berdua."
Kembali mata biru itu menatap dalam ke arah saya, sekarang mata itu mulai lembap berkaca-kaca dan beliau hanya bisa berkata "Terima kasih banyak, nyonya."
Saya mencoba tetap menguasai diri saya, sambil menepuk bahunya saya berkata "Sesungguhnya bukan saya yang melaksanakan ini untuk kalian, Tuhan juga berada di sekitar sini dan telah membisikkan sesuatu ke pendengaran saya untuk memberikan masakan ini kepada kalian."

Mendengar ucapan saya, si Mata Biru tidak kuasa menahan haru dan memeluk lelaki kedua sambil terisak-isak. Saat itu ingin sekali saya merengkuh kedua lelaki itu.
Saya sudah tidak sanggup menahan tangis ketika saya berjalan meninggalkan mereka dan bergabung dengan suami dan anak saya, yang tidak jauh dari daerah duduk mereka.
Ketika saya duduk suami saya mencoba meredakan tangis saya sambil tersenyum dan berkata "Sekarang saya tahu, kenapa Tuhan mengirimkan dirimu menjadi istriku, yang pasti, untuk menawarkan 'keteduhan' bagi diriku dan anak-anakku !"
Kami saling berpegangan tangan beberapa ketika dan ketika itu kami benar-benar bersyukur dan menyadari, bahwa hanya alasannya 'bisikanNYA' lah kami telah bisa memanfaatkan 'kesempatan' untuk sanggup berbuat sesuatu bagi orang lain yang sedang sangat membutuhkan.
Ketika kami sedang menyantap makanan, dimulai dari tamu yang akan meninggalkan restoran dan disusul oleh beberapa tamu lainnya, mereka satu persatu menghampiri meja kami, untuk sekedar ingin 'berjabat tangan' dengan kami.
(baca : Bukti kalo membaiki orang itu membaikkan rezeki)

Salah satu diantaranya, seorang bapak, memegangi tangan saya, dan berucap "Tanganmu ini telah menawarkan pelajaran yang mahal bagi kami semua yang berada disini, kalau suatu ketika saya diberi kesempatan olehNYA, saya akan lakukan ibarat yang telah kau contohkan tadi kepada kami."
Saya hanya bisa berucap "terimakasih" sambil tersenyum. Sebelum beranjak meninggalkan restoran saya sempatkan untuk melihat kearah kedua lelaki itu, dan seolah ada 'magnit' yang menghubungkan bathin kami, mereka eksklusif menoleh kearah kami sambil tersenyum, kemudian melambai-2kan tangannya kearah kami.
Dalam perjalanan pulang saya merenungkan kembali apa yang telah saya lakukan terhadap kedua orang tunawisma tadi, itu benar2 'tindakan' yang tidak pernah terpikir oleh saya. 

Pengalaman hari itu memperlihatkan kepada saya betapa 'kasih sayang' Allah itu sangat HANGAT dan INDAH sekali!
Saya kembali ke college, pada hari terakhir kuliah dengan 'cerita' ini ditangan saya. Saya menyerahkan 'paper' saya kepada dosen saya.
Dan keesokan harinya, sebelum memulai kuliahnya saya dipanggil dosen saya ke depan kelas, ia melihat kepada saya dan berkata, "Bolehkah saya membagikan ceritamu ini kepada yang lain ?" dengan bahagia hati saya mengiyakan.
Ketika akan memulai kuliahnya beliau meminta perhatian dari kelas untuk membacakan paper saya. Ia mulai membaca, para siswapun mendengarkan dengan seksama kisah sang dosen, dan ruangan kuliah menjadi sunyi.
Dengan cara dan gaya yang dimiliki sang dosen dalam membawakan ceritanya, menciptakan para siswa yang hadir di ruang kuliah itu seolah ikut melihat bagaimana bantu-membantu insiden itu berlangsung, sehingga para siswi yang duduk di gugusan belakang didekat saya diantaranya tiba memeluk saya untuk mengungkapkan perasaan harunya.
Diakhir pembacaan paper tersebut, sang dosen sengaja menutup ceritanya dengan mengutip salah satu kalimat yang saya tulis diakhir paper saya.
"Tersenyumlah dengan 'HATImu', dan kau akan mengetahui betapa 'dahsyat' imbas yang ditimbulkan oleh senyummu itu."*
Dengan caraNYA sendiri, Allah telah 'menggunakan' diri saya untuk menyentuh orang-orang yang ada di sekitar suamiku, anakku, guruku, dan setiap siswa yang menghadiri kuliah di malam terakhir saya sebagai mahasiswi.
Saya lulus dengan 1 pelajaran terbesar yang tidak pernah saya dapatkan di dingklik kuliah manapun, yaitu: "PENERIMAAN TANPA SYARAT." Jangan terobsesi dengan persangkaan.

Banyak kisah perihal kasih sayang yang ditulis untuk bisa diresapi oleh para pembacanya, namun bagi siapa saja yang sempat membaca dan memaknai kisah ini dibutuhkan sanggup mengambil pelajaran bagaimana cara :
Mencintai Sesama Dengan Memanfaatkan Sedikit Harta Benda Yang Kita Miliki, Dan Bukannya Mencintai Harta Benda Yang Bukan Milik Kita, Dengan Memanfaatkan Sesama.
Jika anda berpikir bahwa kisah ini telah menyentuh hati anda, teruskan kisah ini kepada orang-orang terdekat anda.
Disini ada 'malaikat' yang akan menyertai anda, biar setidaknya orang yang membaca kisah ini akan tergerak hatinya untuk bisa berbuat sesuatu (sekecil apapun) bagi sesama yang sedang membutuhkan uluran tangannya.

Orang bijak menyampaikan :
Banyak orang yang tiba dan pergi dari kehidupanmu,  tetapi hanya 'sahabat yang bijak' yang akan meninggalkan jejak di dalam hatimu.
Untuk berinteraksi dengan dirimu, gunakan nalarmu. Tetapi untuk berinteraksi dengan orang lain, gunakan hatimu.
Semoga bermanfaat...

Wallahu alam..


Demikianlah Artikel Keajaiban Sebuah Senyuman

Sekianlah artikel Keajaiban Sebuah Senyuman kali ini, mudah-mudahan bisa memberi manfaat untuk anda semua. baiklah, sampai jumpa di postingan artikel lainnya.

Anda sekarang membaca artikel Keajaiban Sebuah Senyuman dengan alamat link https://lubukhatimuslim.blogspot.com/2020/12/keajaiban-sebuah-senyuman.html

Iklan Atas Artikel

Iklan Tengah Artikel 1

Iklan Tengah Artikel 2

Iklan Bawah Artikel