Jika Berusaha Niscaya Dapat

Jika Berusaha Niscaya Dapat - Hallo sahabat Islam Itu Indah, Pada Artikel yang anda baca kali ini dengan judul Jika Berusaha Niscaya Dapat, kami telah mempersiapkan artikel ini dengan baik untuk anda baca dan ambil informasi didalamnya. mudah-mudahan isi postingan Artikel cerita, Artikel kisah, yang kami tulis ini dapat anda pahami. baiklah, selamat membaca.

Judul : Jika Berusaha Niscaya Dapat
link : Jika Berusaha Niscaya Dapat

Baca juga


Jika Berusaha Niscaya Dapat

Ganbareba dekiru

Cerita ini mungkin sanggup menjadi motivasi bagi pembaca semoga gak kenal lelah mengejar impiannya. Saya ceritakan kembali sesuai pengalaman orangnya...


Sambil menunggu meeting di mulai, saya menyempatkan untuk sarapan di Kantin Humber Collage, Toronto. Jam sudah memperlihatkan pukul 8 pagi tetapi matahari masih aib memperlihatkan dirinya. Selain alasannya malam sebelumnya, Toronto diguyur hujan dan subuh hari suhu udara hingga -80 C, dimusim hambar memang matahari selalu terlambat memunculkan sinarnya. Sambil makan french toast dan secangkir kopi, saya menelpon anak wanita saya di Makassar dengan kemudahan Whatsapp audio alasannya yakin jam 20.00 malam, anak saya belum tidur. Seperti biasa kami berbicara dalam bahasa Jepang (penulisnya ialah Doktor lulusan Jepang-red). 
Tanpa saya sadari seorang mahasiswi memperhatikan percakapan saya dengan Vanya. Pas tanggapan bicara si mahasiswi ini menegur dan bertanya “Nihonggo saberemasuka” (bisa berbicara bahasa Jepang yah?). Saya menjawab “hai, saberemasu” (iya saya bisa). Akhirnya kami berkenalan, ia mengenalkan dirinya berasal dari Tanegashima, sebuah pulau kecil di Provinsi Kagoshima, Jepang bab selatan yang berbatasan dengan Taiwan. Saya sanggup membayangkan pulau kecil ini hanya berpenduduk kurang lebih 20.000 orang. Satu-satunya yang populer dari tempat ini alasannya di Tanegashima terdapat Tanegashima Space Centre, semacam NASA nya Amerika. Semua satelit komunikasi Jepang diluncurkan dari tempat ini.

Yang menarik ialah dikala si Osumi Keiko, nama si mahasiswi ini bercerita perjalanannya hingga ke Toronto. Osumi san memang dari pulau kecil jauh dari Tokyo, tetapi 
sejak Osumi masih di kelas 2 SMA, dia telah bertekad untuk sekolah di Humber Collage, sebuah Collage di Kanada yang sangat populer di bidang bisnis dan kewirausahaan. Dia mengenal Collage ini dari seorang turis Kanada yang wisata ke Tanegashima. Untuk mencapai mimpinya ternyata tidak mudah, alasannya kedua orang tuanya tidak berani untuk melepaskan anak gadisnya ke luar Jepang. Walaupun begitu si orang renta membolehkan dengan syarat Osumi san berangkat dengan uang sendiri. 
Selama kurang lebih 2 tahun Osumi san bekerja “arubaito” (bekerja paruh waktu) di Stasiun pompa bensin dan 7 eleven (semacam indomart/alfamart, toko 24 jam) selepas sekolah. Osumi san menceritakan dengan antusias. Ketika saya tanya, apakah ada hambatan dari penyesuain suhu udara dimana Tanegashima menyerupai kebanyakan kawasan di Selatan Jepang yang hangat dan panas ke Toronto yang konon kabarnya suhu udaranya yang sangat ekstrim di ekspresi dominan gugur dan ekspresi dominan dingin, si Osumi san menjawab “ganbareba dekiru”, (dengan bekerja keras semestinya bisa) suatu jawaban standar yang biasa saya dengar dari orang Jepang. 
Ketika saya tanya lagi, siapa yang membiayai semua biaya kuliah dan ongkos hidupnya selama di Toronto, sambil menutup verbal dan hidungnya, khas orang Jepang ia menjawab dialah yang membiayai semuanya dengan bekerja di restoran-restoran Jepang yang banyak terdapat di downtown Toronto. Saya terkesima dengan usahanya sambil berpikir sanggup nggak yah anak wanita saya menyerupai si Osumi san, minimal tekad nya sanggup sama dengan Osumi san. Entahlah, biar waktu yang menentukan.

Selesai meeting dengan pengelola SEDS (Sulawesi Economic Development Strategy) Project yang notabene dosen-dosen dari Humber Collage, dan presentasi dari beberapa representasi SEDS sekaligus menerima pelajaran dari pegalaman mereka, ada seorang mahasiswi mendekati saya sambil memperkenalkan bahwa dirinya juga dari Indonesia. 

Awalnya saya mengira anak ini peranakan Cina Indonesia yang biasanya banyak mencar ilmu di luar negeri khususnya Amerika Utara. Dugaan saya diperkuat dengan melihat wajah dan kulitnya yang putih bersih. Bahasa Inggrisnya sangat fasih dan terkadang dicampur dengan aksen Indonesia English. Dia memperkenalkan diri, namanya Aci. Saya eksklusif bertanya ke Aci, kenapa mencar ilmu di Humber Collage, jawabannya menyerupai dengan si Osumi san, ia kenal Humber Collage dari seorang Kanada yang berkunjung ke Sulawesi Selatan. 
Saya semakin kaget waktu di Aci dongeng jika ia tamat dari Sekolah Menengan Atas 1 Maros, sebuah kota kabupaten di Sulawesi Selatan. Saya awalnya menduga niscaya bapaknya orang kaya dan salah seorang pemilik toko di Maros. Tidak menyerupai kebanyakan peranakan Cina Indonesia yang sekolah di Utara Amerika, si Aci ini ramah dan mengatakan dirinya untuk menjadi guide ke downtown Toronto.

Saya masih penasaran, bagaimana Aci sanggup hingga ke Toronto. Ternyata hingga ke Toronto bukan hal yang mudah. Dari pembicaraan saya menduga bahwa orang tuanya bekerja keras untuk mewujudkan mimpi anaknya, sampai-sampai harus berkorban menjual barang milik demi untuk anaknya. Dugaan saya bahwa Aci orang kaya ternyata salah, keluarga besar Aci tinggal di Kajang, suatu kawasan yang tidak tahu kenapa masih sering dihubungkan dengan hal-hal yang gaib dan populer akan kehidupan suku terasing (Kajang, ialah salah satu kawasan di Kab. Bulukumba, Sulawesi Selatan yang gaya hidupnya masih tradisional, menyerupai suku Badui di Jawa Barat-red). 
Saya tanya siapa orang renta Aci alasannya ibu saya juga lahir dan di Kajang, Aci menyebut nama Kakek neneknya, yang saya tidak kenal. Bagaimana sanggup mengenal, ibu saya walaupun orisinil Kajang, saya bersaudara tidak pernah di perlihatkan bagaimana kawasan Kajang itu. Kedua orang tuanya kini tinggal dan berusaha di Tanete, Kabupaten Bulukumba. Saya masih berasumsi bahwa Aci ialah peranakan Cina yang tinggal di Kajang hingga ia minta ijin untuk menunaikan shalat Ashar.

Hari ini saya menyerupai diperlihatkan sesuatu yang tidak biasa saya lihat. Tidak pernah terlintas di kepala saya bahwa ada seorang anak Kajang sekolah nun jauh di Utara Kanada yang udaranya sangat ekstrim untuk ukuran orang-orang dari negara tropis menyerupai kita ini. Selesai shalat saya ajak ia untuk minum di Tim Horton Café yang cukup populer di kalangan masyarakat Toronto. Saya bertanya lagi, siapa yang membiayai semua biaya selama kuliah di Toronto. Aci dongeng bahwa orang tuanya lah yang membiayai 6 bulan pertama ia di Toronto. Karena biaya yang minim waktu pertama kali tiba ke Toronto, ia tinggal di rumah peranakan Indonesia yang rumahnya sangat jauh dari kampus, kira-kira 2 jam naik kereta sekali jalan untuk menghemat biaya perumahan. Aci diperkenalkan dengan peranakan Indonesia ini oleh orang Kanada yang ditemui di Indonesia sebelum berangkat ke Toronto. Sekarang, sambil mengajar matematika buat anak SMP, Aci juga bekerja paruh waktu sebagai clerk di sebuah bank Swasta. Ketika saya tanya apakah tidak sulit mengajarkan matematika ke belum dewasa Kanada, sambil tersenyum ia menjawab bahwa tingkat kesulitan pelajaran matematika anak Indonesia dua tingkat lebih sulit di banding pelajaran matematika anak Kanada. Makara pelajaran matematika anak kelas 3 Sekolah Menengah Pertama di Kanada setara dengan pelajaran matematika anak kelas 1 Sekolah Menengah Pertama di Indonesia.

Aci tinggal di downtown dan jauh dari kampus Humber. Dia harus menghabiskan waktunya di subway dan bus setiap harinya sekitar 1,5 jam PP ke kampus. Tetapi itu dilakukannya demi sebuah impian yang mulia dan Aci bertekad sehabis kuliahnya selesai, ia akan bekerja sambil menabung selama 2 tahun di Toronto sebelum kembali ke Indonesia untuk membuka suatu usaha. Sekali lagi dada saya terasa tersentak dan seharusnya mencar ilmu dari belum dewasa muda menyerupai Osumi san dan Aci. Mereka bukan dari keluarga yang diguyur dengan bahan berlebihan tetapi mereka telah menandakan bahwa “ganbareba dekiru” membawa mereka pada impian. 


Rezeki juga begitu.. Meskipun rezeki itu sudah dijamin Allah, tapi kita tetap wajib berusaha dan berikhtiar alasannya rezeki itu misteri, hanya Allah yang tahu. Kita hanya berusaha tapi apakah kita sanggup rezeki atau tidak, sesuai yang kita inginkan atau tidak, Allah yang menentukan. Tekad yang besar lengan berkuasa akan ditolong oleh Allah sebagaimana firmanNya dalam surah Al Imran berikut ini :



Ganbareba dekiru ternyata sesuatu yang universal dimana Osumi san dan Aci mempraktekannya layaknya filosofi Jepang, Bushido, suatu prinsip ini dipakai orang-orang Jepang sebagai semangat kerja keras. Saya teringat ucapan almarhumah nenek saya yang mengajarkan filosofi orang-orang Kajang dan sanggup jadi lagi dilakonkan oleh Aci selama ini. Filosofi itu perihal kesederhanaan dan kerja keras.

A`mmentengko nu kamase mase (berdirilah dengan sederhana)
A`ccidongko nu kamase mase (duduklah dengan sederhana)
A`dakkako nu kamase mase (berjalanlah dengan sederhana)
A`bicarako nu kamase mase (berbicaralah dengan sederhana)


Baca juga : usaha gak nambah rezeki lho !

Wallahu alam..


Demikianlah Artikel Jika Berusaha Niscaya Dapat

Sekianlah artikel Jika Berusaha Niscaya Dapat kali ini, mudah-mudahan bisa memberi manfaat untuk anda semua. baiklah, sampai jumpa di postingan artikel lainnya.

Anda sekarang membaca artikel Jika Berusaha Niscaya Dapat dengan alamat link https://lubukhatimuslim.blogspot.com/2021/05/jika-berusaha-niscaya-dapat.html

Iklan Atas Artikel

Iklan Tengah Artikel 1

Iklan Tengah Artikel 2

Iklan Bawah Artikel