Rezeki Bukan Perihal Hasil

Rezeki Bukan Perihal Hasil - Hallo sahabat Islam Itu Indah, Pada Artikel yang anda baca kali ini dengan judul Rezeki Bukan Perihal Hasil, kami telah mempersiapkan artikel ini dengan baik untuk anda baca dan ambil informasi didalamnya. mudah-mudahan isi postingan Artikel cerita, yang kami tulis ini dapat anda pahami. baiklah, selamat membaca.

Judul : Rezeki Bukan Perihal Hasil
link : Rezeki Bukan Perihal Hasil

Baca juga


Rezeki Bukan Perihal Hasil

Buat hidupmu jadi berarti

  • Tak terasa kita sudah berada di pertengahan bulan Februari. Waktu terus berjalan,  tanpa disadari kita semakin erat menuju kematian. Suka ato gak suka,  siap ato gak siap kita semua sedang berjalan menuju ke kematian kita sendiri yang masih misteri kapan datangnya. Kita gak tau di pecahan bumi mana kita akan menemui ajal, lantaran semua yang bernyawa akan mencicipi mati, itu pasti. Tapi berafiliasi lantaran saya dan anda yang membaca ini masih hidup,  marilah sejenak kita renungkan kehidupan yang kita jalani. Kalo kematian gak usahlah, lantaran niscaya udah telat merenungi hidup bila ajal sudah datang.

a. Umur gak mencerminkan hidup.
  • Umur tidak mencerminkan hidup kita. Hidup bukan perihal berapa usang bukan juga berapa banyak, tapi perihal apa yang anda capai, sesuatu yang berarti untuk sekarang dan nanti, untuk anda dan orang di sekitar. Umur boleh banyak tapi belum tentu bermanfaat. Hidup boleh usang tapi belum tentu berkah. Kaprikornus umur gak ada kaitannya dengan kualitas hidup kita. Karena bukan hitungan angka di kalender itu yang bikin kita hidup tapi cara kita menjalani hidup, itulah kehidupan yang sebenarnya..

b. Bahagia itu gak ada urusannya dengan uang.
  • Kebahagiaan gak ada hubungannya dengan uang. Kebahagiaan bukan perihal berapa banyak uang yang kita dapat, juga berapa usang kita menikmatinya, tapi pada pemahaman siapa yang memberi, dan pada siapa kita berbagi. Kebahagiaan terletak bukan pada perolehannya tapi pada pemanfaatannya. Rezeki bukan perihal berapa hasil yang diperoleh tapi perihal berbagi.. Karena dalam rezeki itu ada hak orang duafa. Uang di kantong boleh banyak tapi bila gak dibagi uang itua gak ada gunanya, mengendap menjadi penyakit, kesialan dan penderitaan. Hal itulah yang menjelaskan mengapa banyak orang yang punya uang tapi kok hidupnya gak bahagia, malah gak sedikit yang bunuh diri, mempersingkat umur hidupnya lantaran udah gak tahan hidup.

c. Kenikmatan hidup itu proses bukan hasil.
  • Kenikmatan hidup gak bisa diukur dengan uang. Sejatinya kenikmatan bukan perihal hasil, tapi perihal alasannya ialah dan perihal proses, perihal mengapa dan bagaimana kita melaksanakan sesuatu. Nikmatnya rezeki yang kita terima tidak tergantung oleh jumlahnya tapi oleh keberkahannya. Apakah rezeki itu bermanfaat dan meningkatkan kualitas hidup atau sebaliknya? Apa proses mendapatkannya secara halal?  Sanggupkah nantinya kita menjawab pertanyaan Allah perihal sumber dan penggunaannya?
  • Jadi hidup gak usah mengkuatirkan rezeki yang sudah dijaminNya tapi pada kesiapan menjawab pertanyaan Allah perihal rezeki yang diberiNya itu. Di sanggup dari mana dan dibelanjakan ke mana? Artinya ikhtiar yang kita lakukan ialah dalam koridor untuk menjawab pertanyaan itu.

d. Hidup yang hening itu ialah yang diridhai Allah.
  • Hidup yang hening bukanlah hidup yang berkelimpahan harta benda dan kemewahan tapi hidup yang diridhai olehNya. Ketenangan bukan perihal dimana dan juga kapan, tapi didapat ketika kita mengakui Tuhan yang benar, kemudian menyembah pada-Nya. Bukan kawasan atau suasana yang menciptakan kita hening tapi kondisi hati yang menyerahkan semua urusan di tanganNya.
  • Bukankah itu tujuan penciptaan kita? Mengabdi kepadaNya. Kaprikornus sudah seharusnya kita menghabiskan waktu untuk merengkuh dunia semoga bisa erat sama PemilikNya, bukan sebaliknya.

e. Hidup terbaik ialah hidup yang berkah. 
  • Hidup berada dalam keseimbangan lantaran rezeki bukan lagi dipatok dari jumlahnya tapi berkahnya. Hidup dalam jalan ketaatan ialah kiprah insan di bumi ini. Bahagia, nikmat, tenang, senang, apapun rasanya, lantaran Allah jua yang jadi sebabnya.
  • Tapi bila jauh dari Allah, maka hanya kebahagiaan yang semu, kenikmatan yang jemu, dan ketenangan yang takkan pernah bertamu dalam hidup kita.
  • Harta banyak,  duit tebal,  kemewahan jadi ukuran apakah jadi jaminan bahagia?  Hati boleh senang, hidup boleh nyaman lantaran bisa membeli apa saja tapi yang didapatkan hanya kebahagiaan semu. Kebahagiaan yang hanya tampak di luar saja tapi di dalam hampa.. 
  • Karena gak punya tujuan hidup.  Yang dilakukannya hanyalah cari uang,  membelanjakannya secara konsumtif, cari yang lebih banyak lagi,  belanja lagi.  Gak ada kepuasan lantaran selalu ingin yang gres dan ingin lebih banyak. Akhirnya ia diperbudak oleh kerakusannya sendiri.
  • Kenikmatan yang diperoleh ketika mengejar dunia ialah kenikmatan yang menjemukan.  Awalnya tampak menarik tapi usang lama jadi membosankan. Rezeki yang dapatnya gampang dengan jalan yang haram pula takkan bertahan lama.  Rezeki itu akan balik menyerangnya. Lewat musibah,  celaka dan ragam masalah. Jika ditanam di lahan yang rusak maka harus memanen hasil yang bermasalah.
  • Ketenangan itu kita yang ciptain kok.  Mau hidup hening ikuti petunjuk agama. Karena Allah gak akan menyusahkan kita. Bahkan dibalik kesusahan yang diberiNya selalu ada fasilitas setelahnya.
Wallahu alam...


Demikianlah Artikel Rezeki Bukan Perihal Hasil

Sekianlah artikel Rezeki Bukan Perihal Hasil kali ini, mudah-mudahan bisa memberi manfaat untuk anda semua. baiklah, sampai jumpa di postingan artikel lainnya.

Anda sekarang membaca artikel Rezeki Bukan Perihal Hasil dengan alamat link https://lubukhatimuslim.blogspot.com/2021/06/rezeki-bukan-perihal-hasil.html

Iklan Atas Artikel

Iklan Tengah Artikel 1

Iklan Tengah Artikel 2

Iklan Bawah Artikel