Ma... Saya Ke Nirwana Dulu, Terlalu Lelah Disini!

Ma... Saya Ke Nirwana Dulu, Terlalu Lelah Disini! - Hallo sahabat Islam Itu Indah, Pada Artikel yang anda baca kali ini dengan judul Ma... Saya Ke Nirwana Dulu, Terlalu Lelah Disini!, kami telah mempersiapkan artikel ini dengan baik untuk anda baca dan ambil informasi didalamnya. mudah-mudahan isi postingan Artikel kisah, yang kami tulis ini dapat anda pahami. baiklah, selamat membaca.

Judul : Ma... Saya Ke Nirwana Dulu, Terlalu Lelah Disini!
link : Ma... Saya Ke Nirwana Dulu, Terlalu Lelah Disini!

Baca juga


Related

Ma... Saya Ke Nirwana Dulu, Terlalu Lelah Disini!

ARTIKEL KE 786   

(SEBUAH KISAH NYATA )   

"Ma, saya ke nirwana dulu terlalu lelah rasanya di sini", itulah pesan terakhirnya sebelum hasilnya ia “Terjun Bebas” dari Lantai 21!
Hati ibu Shu-shu ini sepenuhnya hancur sambil memeluk badan putrinya yang telah cuek membeku, remuk terhantam aspal jalanan.
Kisah memilukan ini dimulai dari keinginan Sang ibu untuk menyekolahkan putrinya yang “bodoh” ke universitas bergengsi di seluruh negeri, kemudian memasukkannya ke firma aturan populer di Dalian, sebuah kota di Tiongkok. Tak terhitung betapa besar pengorbanannya untuk putrinya ini! Namun, gres satu tahun lulus, sang putri membalas jasa ibunya dengan cara ibarat ini, menyedihkan!


Anak-anak yaitu cita-cita kedua orang tua. Tak dipungkiri jikalau orang renta menaruh banyak cita-cita dan berharap anaknya menjadi  orang yang sukses suatu hari nanti.
(baca : kids zaman now itu aset)
Siapa sangka, kalau ada sedikit saja kesalahan di antara proses ini, maka akan terjadi hal yang menyedihkan ibarat kisah faktual berikut ini.
Ibu berjulukan Liu Yu yang telah menginjak usia 50 tahun ini yaitu lulusan full-time undergraduate yang bisa dihitung dengan jari diantara teman-teman seusianya ketika itu.
Setelah lulus, Liu mengabdikan dirinya menjadi pendidik di sekolah. Karena sangat menonjol, ia selalu mendapatkan posisi yang anggun sepanjang kariernya.
Di usianya yang ke 35 tahun, ia telah menjadi wakil kepala Department of Business Administration di Dalian University, Tiongkok, beliau yaitu seorang profesor dan staf menengah termuda di universitas tersebut ketika itu.

Sementara suaminya yaitu seorang pegawai negeri yang punya kedudukan tinggi. Keberhasilan dari pasangan ini membuat banyak orang yang iri hati.
Pada tahun 1984, Liu Yu melahirkan seorang anak wanita dan diberi nama Shu-shu. Dia berkata kepada suaminya, anak kita harus lebih meonjol dibanding anak keluarga lain.
Namun, kondisi putrinya membuat ibu Liu tercengang : 1 tahun 7 bulan, ketika anak lainnya sudah bisa berlari kesana kemari, Shu-shu bahkan belum bisa berjalan dengan lancar.
Selain itu, perkembangan kemampuan berbicara Shu-shu juga lambat, ketika anak lainnya sudah mulai bisa memanggil “tante”, “nenek” dan sebagainya. Shu-shu bahkan masih sulit mengucapkan kata papa dan mama.
Kondisi putrinya ini tentu saja membuat ibu Liu merasa sangat kecewa.
Hal yang membuat ibu Liu semakin kecewa yaitu ketika Shu-shu masuk sekolah dasar. Shu-shu selalu mendapatkan nilai nol setiap kali ujian, bahkan untuk soal yang terhitung mudahpun, ia tidak mengerti.
Agar bisa membuat putrinya pintar, ibu Liu kemudian memaksa putrinya minum banyak sekali embel-embel setiap hari. Namun, bukan hanya nilai Shu-shu tidak bertambah baik, Shu-shu justeru tumbuh cukup umur lebih cepat, gres SD sudah menstruasi.

Setelah temannya yang menjadi dokter menyarankan, sang ibupun menghentikan “program menguatkan otak” untuk anaknya.
Tapi hal itu tidak membuat ibu Liu mengalah untuk membuat “program unggulan” bagi anaknya. Ia mengatur waktu berguru Shu-shu dengan padat, dan mencari banyak sekali guru privat yang andal untuk membimbing Shu-shu.
Hasil bimbingan ternyata tidak mengecewakan, Shu-shu berhasil mendapatkan juara pertama di kelas 5 SD untuk pertama kalinya.
Liu tentu merasa sangat senang dan mulai meminta Shu-shu untuk ikut pertandingan cerdas cermat nasional. Sayangnya sekali lagi Liu dikecewakan oleh hasil anaknya. Ia tidak mengerti dengan pertanyaan yang diajukan, sementara lawannya sudah tahu jawabannya.
Shu-shu belakangan menuliskan dalam buku diarinya, Shu-shu kesal bukan main begitu terbayang dengan hal itu :
Responku memang lambat, saya selalu jadi yang terakhir dalam setiap kegiatan. Tapi, mama tidak mau mengakui kelemahanku ini, beliau selalu merasa beliau dan papa yaitu orang yang hebat, sehingga mereka berpikir, dengan turunan genetik yang sama, mana mungkin tidak pandai ? Jadi, punya orang renta yang hebat tidal selalu bagus, saya tidak bahagia, mereka juga hidup tersiksa lantaran diriku”.

Pada isu terkini panas tahun 1997, Shu-shu hasilnya sekolah di SMP. Ibunya menguras habis tabungannya, mencari lagi seorang guru yang hebat untuk les Shu-shu di malam hari.
Shu-shu ditempa untuk menjadi anak yang selalu lebih unggul dari yang lainnya. Ibunya juga puas akan nilai yang dicapai Shu-shu dan berkata, “Kepintaran kau itu yaitu hasil galian yang mama paksakan.”
Pada tahun 2000, Shu-shu masuk Sekolah Menengan Atas ternama, tapi di ujian pertama kali, ia ternyata tidak lulus di banyak mata pelajaran.
Karena dilema tersebut, wali kelas Shu-shu memanggil ibunya untuk bicara, ia curiga Shu-shu sebelumnya sudah menerima bocoran sehingga bisa diterima di Sekolah Menengan Atas tersebut.
Hal ini membuat ibu murka kemudian berkata, “Saya bisa menggugatmu atas fitnahan ini!
Kemudian Liu membawa hal ini ke kepala sekolah, sehingga wali kelas tersebut hasilnya meminta maaf. Ia juga meminta supaya Shu-shu dipindah ke kelas terbaik di Sekolah Menengan Atas tersebut semoga tidak lagi diajar oleh wali kelas tersebut.
Tapi Shu-shu yang memang intinya tidak bisa mengikuti pelajaran berkata mau keluar sekolah satu ahad kemudian.
Shu-shu yang selalu berdasarkan mamanya berkata pada ibunya : “Saya mau pindah sekolah.”
Ibunya seketika melotot mendengar keinginan putrinya.
Tapi Shu-shu ngotot ingin pindah sekolah .
Saya sama sekali tidak paham dengan klarifikasi guru. Bagi saya, mata pelajaran Sekolah Menengan Atas itu sangat sulit. Saya ingin pindah sekolah kesusteran dan bekerja di rumah jompo,” kata Shu-shu yang hampir membuat ibunya tersedak mendengarnya.

Ibunya murka besar lantaran hal ini, walaupun suaminya sudah membujuknya untuk menghormati keputusan Shu-shu, tapi reaksi ibu Liu sangat keras dan malah berkata, “Banyak anak yang lebih jelek dari Shu-shu bisa kuliah, atas dasar apa beliau tidak bisa? Hei Liang Jun (Suami ibu Lu), kau dengar baik-baik ya, kecuali besok saya mati, kalo tidak, saya niscaya akan memasukkan Shu-shu ke universitas bergengsi!
Liu mulai turun tangan mengajar anaknya. Tahun 2003, Shu-shu hasilnya masuk fakultas ekonomi sebuah universitas ternama.
Liu menangis begitu mendapatkan lembar penerimaan dari universitas. Sementara Liang Jun, suaminya sangat bersukur atas upaya keras istrinya : “Kalau bukan kamu, Shu-shu niscaya tidak ada cita-cita lagi.”

Di semester pertamanya, Shu-shu yaitu mahasiswi satu-satunya yang mata kuliahnya paling banyak gagal. Shu-shu hasilnya harus membisu di rumah dan belajar.
Shu-shu menuliskan dalam diarinya, “Mama yang pandai melahirkan anak yang tidak pintar, tapi tidak mau mendapatkan kenyataan. Kasihan. Anak yang tidak pandai mempunyai seorang ibu yang pintar, dan anaknya dipaksa harus pintar, menyedihkan”.

Dengan perjuangan keras hasilnya Shu-shu menamatkan kuliahnya.
Di hari terakhir kuliah beliau memberikan kesan-pesan kuliahnya, “Lulus, semua orang senang hasilnya terjun ke masyarakat, dan berdikari, tapi yang paling menggembirakanku yaitu saya tidak perlu berguru lagi. Lelah rasanya 16 tahun perjalanan di sekolah, dan saking lelahnya sampai-sampai membuatku berulang kali tidak mau hidup lagi.
Ibunya tidak berhenti hingga disitu, ia berusaha memasukkan anaknya ke sebuah kantor pengacara. Shu-shu mempunyai atasan yang sangat ketat.
Di hari pertamanya bekerja, pengacara menawarkan Shu-shu pekerjaan yang tidak bisa dilakukannya. Ketika Shu-shu minta tolong pada rekan kerjanya, semua sedang sibuk dan tidak bisa membantunya.
Malamnya Shu-shu dimarahi atasannya. dan Shu-shu hanya bisa menangis. Karena tertekan ia menyampaikan pada ibunya tidak mau bekerja lagi. Ibu Liu tentu marah, namun semua itu diterima Shu-shu dengan cara diam.
Semakin usang Shu-shu semakin terpuruk di kantornya dan semakin ingin keluar dari sana.

Karena selalu hidup tertekan semenjak kecil hingga lulus kuliah dan terjun ke masyarakat, Shu-shu hasilnya memutuskan mengakhiri hidupnya, ia melompat dari lantai 21 dan tewas seketika.
Beberapa hari kemudian, ibu Liu yang tidak bisa mendapatkan kenyataan itu menemukan sebuah surat dari Shu-shu yang isinya, “Papa, mama, saya selalu berharap bisa menjadi anak ibarat yang kalian harapkan. Tapi, bagaimanapun saya bukanlah anak tipe ibarat itu. Aku lelah, benar-benar lelah, saya selalu hidup di lingkungan yang bukan milikku, kelebihan orang lain selalu menonjolkan kebodohanku. Aku sangat lelah, dan ingin istirahat, mungkin di nirwana nanti saya bisa bertemu dengan teman-temanku yang tidak pandai tapi bahagia.”

Huruf demi karakter yang ditorehkan untuk terakhir kalinya oleh Shu-shu putri mereka itu membuat Liu terpukul dan sadar seketika., tapi sudah terlambat.
Ketika diwawancarai, Liu menyampaikan sambil menangis : “Saya menceritakan dilema keluarga ini, hanya ingin menyadarkan para orangtua lainnya atas hal yang dialami putri saya. Pepatah Turki menyampaikan “Tuhan saja menyiapkan pohon yang pendek bagi burung yang bodoh”. Kalimat ini saya kutip dari buku diari Shu-shu, tapi saya selalu memaksa Shu-shu terbang ke pohon tinggi yang memang bukan untuknya, hingga hasilnya beliau jatuh.
Kalau direnungkan, bukankah saya hanya berharap semoga anakku bahagia?
*disadur dari banyak sekali sumber
===================================
Setiap anak yaitu unik dan berbeda satu dengan lainnya. Bahkan anak kembar sekalipun, mereka bisa sangat berbeda
Pernyataan bahwa : "Orang renta yang pandai niscaya akan selalu melahirkan anak yang pintar" --> ini tidak 100% benar.
Ada banyak faktor yang bisa menimbulkan seorang anak berbeda dari orangtua-nya. 


Kakak beradik dalam suatu keluarga juga bisa mempunyai potensi, bakat, sifat dan personality yang sangat berbeda.
Pada dasarnya, setiap insan pada ketika mereka terlahir ke dunia, mereka sudah mempunyai blueprint (design diri sejati) masing-masing
Jika kita menjalankan kehidupan sesuai dengan blueprint kita maka hidup akan sangat sempurna.
Namun sayangnya programming dan conditioning semenjak kita kecil seringkali membuat kita menjauh dari diri sejati kita.
Pada teladan perkara Shu Shu di atas, beliau menjalankan kehidupan berdasarkan programming dan conditioning dari ibu-nya, sehingga kehidupan Shu Shu sangat jauh dari design diri sejatinya. Itu sebabnya walaupun Shu Shu bisa melewati setiap tahap dalam kehidupannya, namun selalu ada rasa tidak nyaman ketika menjalaninya, beliau menjalankan kehidupan orang lain dalam kesehariannya. Sungguh sangat melelahkan
Bayangkan jikalau Anda harus memakai topeng setiap hari, apakah hal itu nyaman untuk Anda?
Orangtua seharusnya  tahu dan sadar bahwa setiap anak yaitu special dan unik, dan kita bisa membuat anak kita menjadi anak luar biasa dengan cara yang tepat sesuai design diri sejati mereka
Be Your True-Self!

(baca juga : mengapa anak durhaka pada orang tuanya?)

Wallahu alam


Demikianlah Artikel Ma... Saya Ke Nirwana Dulu, Terlalu Lelah Disini!

Sekianlah artikel Ma... Saya Ke Nirwana Dulu, Terlalu Lelah Disini! kali ini, mudah-mudahan bisa memberi manfaat untuk anda semua. baiklah, sampai jumpa di postingan artikel lainnya.

Anda sekarang membaca artikel Ma... Saya Ke Nirwana Dulu, Terlalu Lelah Disini! dengan alamat link https://lubukhatimuslim.blogspot.com/2006/02/ma-saya-ke-nirwana-dulu-terlalu-lelah.html

Related Posts

Iklan Atas Artikel

Iklan Tengah Artikel 1

Iklan Tengah Artikel 2

Iklan Bawah Artikel