Betapa Curangnya Kita !

Betapa Curangnya Kita ! - Hallo sahabat Islam Itu Indah, Pada Artikel yang anda baca kali ini dengan judul Betapa Curangnya Kita !, kami telah mempersiapkan artikel ini dengan baik untuk anda baca dan ambil informasi didalamnya. mudah-mudahan isi postingan Artikel cerita, Artikel Pesan, yang kami tulis ini dapat anda pahami. baiklah, selamat membaca.

Judul : Betapa Curangnya Kita !
link : Betapa Curangnya Kita !

Baca juga


Betapa Curangnya Kita !

Puisi WS Rendra yang mengharu birukan perasaan..

Puisi ini konon puisi terakhir almarhum penyair WS Rendra, yang ia buat sesaat sebelum ia wafat. Tulisan ini sangat viral di medsos sehingga sayang jikalau kita gak memetik pelajaran darinya..


                               
Hidup itu ibarat *UAP*,  yang sebentar saja kelihatan, kemudian lenyap !!
Ketika Orang memuji *MILIKKU*,
saya berkata bahwa ini *HANYA TITIPAN* saja.
Bahwa mobilku ialah titipan-NYA,
Bahwa rumahku ialah titipan-NYA,
Bahwa hartaku ialah titipan-NYA,
Bahwa putra-putriku hanyalah titipan-NYA ...
Tapi mengapa saya tidak pernah bertanya,
*MENGAPA DIA* menitipkannya kepadaku?
*UNTUK APA DIA* menitipkan semuanya kepadaku.
Dan kalau bukan milikku,
apa yang seharusnya saya lakukan untuk milik-NYA ini?
Mengapa hatiku justru terasa berat, ketika titipan itu diminta kembali oleh-NYA?
Malahan ketika diminta kembali,
_kusebut itu_ *MUSIBAH,*
_kusebut itu_ *UJIAN*,
_kusebut itu_ *PETAKA*,
_kusebut itu apa saja ..._
Untuk melukiskan, bahwa semua itu ialah *DERITA*....
Ketika saya berdo'a,
kuminta titipan yang cocok dengan
*KEBUTUHAN DUNIAWI*,
_Aku ingin lebih banyak_ *HARTA*,
_Aku ingin lebih banyak_ *MOBIL*,
_Aku ingin lebih banyak_ *RUMAH*,
_Aku ingin lebih banyak_ *POPULARITAS*,
_Dan kutolak_ *SAKIT*,
_Kutolak *KEMISKINAN*,_
Seolah semua *DERITA* ialah eksekusi bagiku.
Seolah *KEADILAN* dan *KASIH-NYA*, 
harus berjalan ibarat penyelesaian matematika
dan sesuai dengan kehendakku.
Aku rajin beribadah,
maka selayaknyalah derita itu menjauh dariku,
Dan nikmat dunia seharusnya kerap menghampiriku ...
Betapa curangnya aku,
Kuperlakukan DIA seolah _Mitra   Dagang_ ku
dan bukan sebagai Kekasih!
Kuminta DIA membalas _perlakuan baikku_
dan menolak keputusan-NYA yang tidak sesuai dengan keinginanku ...
Duh ALLAH ..._
Padahal setiap hari kuucapkan,
Hidup dan Matiku, Hanyalah untuk-MU ya ALLAH, AMPUNI AKU, YA ALLAH ..._
Mulai hari ini, ajari saya supaya menjadi eksklusif yang selalu bersyukur
dalam setiap keadaan  dan menjadi bijaksana,
mau menuruti kehendakMU saja ya ALLAH ...
Sebab saya yakin....
ENGKAU akan memperlihatkan anugerah dalam hidupku ...
KEHENDAKMU  adalah yang ter BAIK bagiku ..
Ketika saya ingin hidup KAYA,
saya lupa,
bahwa HIDUP itu sendiri
ialah sebuah KEKAYAAN.
Ketika saya berat untuk MEMBERI, saya lupa,
bahwa SEMUA yang saya miliki juga ialah PEMBERIAN.
Ketika saya ingin jadi yang TERKUAT, ....aku lupa, bahwa dalam KELEMAHAN,
Tuhan memperlihatkan saya KEKUATAN.
Ketika saya takut Rugi,
Aku lupa, bahwa HIDUPKU ialah sebuah KEBERUNTUNGAN,
alasannya AnugerahNYA.
Ternyata hidup ini sangat indah, ketika kita selalu BERSYUKUR kepada NYA
Bukan alasannya hari ini INDAH bikin kita BAHAGIA.
Tetapi alasannya kita BAHAGIA, maka hari ini menjadi INDAH.
Bukan alasannya tak ada RINTANGAN kita menjadi OPTIMIS.
Tetapi alasannya kita optimis, RINTANGAN akan menjadi tak terasa.
Bukan alasannya MUDAH kita YAKIN BISA.
Tetapi alasannya kita YAKIN BISA.! Semuanya menjadi MUDAH.
Bukan alasannya semua BAIK kita TERSENYUM.
Tetapi alasannya kita TERSENYUM, maka semua menjadi BAIK,
Tak ada hari yang *MENYULITKAN* kita, kecuali kita *SENDIRI* yang menciptakan *SULIT*.
Bila kita tidak sanggup menjadi jalan besar, cukuplah menjadi *JALAN SETAPAK*
yang sanggup dilalui orang,
Bila kita tidak sanggup menjadi matahari, cukuplah menjadi *LENTERA*
yang sanggup menerangi sekitar kita,
Bila kita tidak sanggup berbuat sesuatu untuk seseorang, maka *BERDOALAH* untuk kebaikan.


Apa yang bisa kita pelajari dari puisi super ini?

(1) Hidup itu fana..
  • Semua yang berjiwa niscaya mencicipi mati, itu pasti. Kita hidup alasannya Allah memberi kesempatan kita untuk hidup. Semua yang kita lakukan dalam masa kehidupan itu akan memilih kualitas hidup kita.
  • Bukan harta, bukan bahan bukan pula status sosial yang setengah mati kita kumpulkan..yang menciptakan hidup kita bermakna, alasannya sesungguhnya semua itu akan kita tinggalkan jikalau maut sudah menjemput.
  • Hidup ini fana jadi maksimalkan waktu yang kita miliki untuk menjadi bermanfaat dengan menebar kebaikan sebanyak-banyaknya.
(2) Milik kita ialah titipan.
  • Apa yang kita klaim sebagai milik kita (dengan alasan alasannya kita yang mengusahakannya) sesungguhnya milik Allah dan kita hanya sekedar dititipi sejenak.. Bahkan nyawa kita pun bukan kita yang punya. jadi jikalau Allah meminta miliknya, kita harus mengikhlaskannya.
  • Mengapa  Allah menitipkan milikNya pada kita? Pasti ada tujuannya..dan kita akan ditanya perihal itu...Jadi yang paling penting gotong royong ialah menyiapkan jawaban atas pertanyaan Allah di Hari Perhitungan kelak.

(3) Manusia itu curang..
  • Pernah memperhatikan bagaimana kita berdoa? Kita minta semua yang kita anggap menguntungkan bagi diri kita. Ya.. Allah beri saya rezeki yang banyak, beri saya fasilitas dalam hidup, beri saya mobil, pangkat, jabatan, status sosial, beri saya ini beri saya itu.. seperti kita pengen ngatur Allah. Kalo kita gak dapet apa yang kita inginkan kita bakal ngambek, merasa Allah gak memperhatikan kita...
  • Memang Allah yang memerintahkan kita berdoa, dan doa itu memang kita butuhkan. Tapi mbok ya..lakukan dengan pantas..dengan berendah diri dan gak pake maksa...!! (baca : rezeki jago buah dari doa kita?)
  • Trus kalo kita udah ibadah dengan baik, melakukan kewajiban maunya sih semua keinginan kita dikabulkan Allah. Rezeki lancar, hidup mudah, urusan lancar, bisnis untung terus, belum dewasa sehat dan sukses, kesehatan mumpuni.. Sehingga ketika segala sesuatu gak sesuai impian mulailah kita frustasi dan merasa ibadah kita sia-sia.. (baca : banyak amalan banyak rezeki, betulkah?)
  • Padahal Allah punya "cara" sendiri memberi kita, dan yakin serta percayalah yang diberi Allah niscaya yang terbaik.
(4) Hiasi hidup dengan syukur.
  • Kebahagiaan hakiki bukan didapatkan dari banyaknya harta dan bahan tapi dari hati yang selalu bersyukur. Hati yang bersyukur akan selalu merasa cukup. Apapun yang diterimanya niscaya disyukuri. Sedikit atau banyak gak jadi soal, alasannya keyakinan dalam diri bahwa Allah hanya memberi yang terbaik, yaitu sesuatu yang kita butuhkan..
  • Keinginan insan itu tak terbatas tapi Allah paham apa kebutuhan kita. Sehingga kasih sayangNya memperlihatkan apa yang pantas dan layak kita terima sehingga bisa hidup layak di dunia ini. Layak bukan berarti kaya, tapi kemampuan untuk bertahan hidup di bumi Allah dan menjalankan kiprah sebagai khalifahNya, mensejahterakan bumi dan mahlukNya...
  • Sudahkah kita memetik pelajaran?
  • Wallahu alam.. 


Demikianlah Artikel Betapa Curangnya Kita !

Sekianlah artikel Betapa Curangnya Kita ! kali ini, mudah-mudahan bisa memberi manfaat untuk anda semua. baiklah, sampai jumpa di postingan artikel lainnya.

Anda sekarang membaca artikel Betapa Curangnya Kita ! dengan alamat link https://lubukhatimuslim.blogspot.com/2020/12/betapa-curangnya-kita.html

Iklan Atas Artikel

Iklan Tengah Artikel 1

Iklan Tengah Artikel 2

Iklan Bawah Artikel