Syukurlah Yang Menciptakan Bahagia

Syukurlah Yang Menciptakan Bahagia - Hallo sahabat Islam Itu Indah, Pada Artikel yang anda baca kali ini dengan judul Syukurlah Yang Menciptakan Bahagia, kami telah mempersiapkan artikel ini dengan baik untuk anda baca dan ambil informasi didalamnya. mudah-mudahan isi postingan Artikel kisah, Artikel Pesan, yang kami tulis ini dapat anda pahami. baiklah, selamat membaca.

Judul : Syukurlah Yang Menciptakan Bahagia
link : Syukurlah Yang Menciptakan Bahagia

Baca juga


Syukurlah Yang Menciptakan Bahagia

PERBEDAAN SUDUT PANDANG.   

Tulisan ini menciptakan ku terpaku. Ternyata perbedaan sudut pandang terhadap sesuatu duduk kasus dapat mensugesti perasaan seseorang..
Yuk kita baca...
Seorang penulis buku  yang populer duduk di ruang kerjanya...dia mengambil penanya... dan mulai menulis :
"Tahun lalu... saya harus dioperasi untuk mengeluarkan watu empedu. Saya harus terbaring cukup usang di ranjang.
Di tahun yang sama.... saya berusia 60 tahun dan memasuki usia pensiun, keluar dari pekerjaan di perusahaan yang begitu saya senangi...saya harus tinggalkan pekerjaan yang sudah saya tekuni selama 35 tahun.
Di tahun itu juga..saya ditinggalkan ayah yang tercinta.
Kemudian... masih di tahun yang sama anak saya gagal di ujian tamat kedokteran, alasannya kecelakaan mobil. Biaya bengkel akhir kerusakan kendaraan beroda empat ialah puncak kesialan di tahun lalu..."
Di pecahan tamat dia menulis :
"Sungguh...tahun yang sangat jelek !"
                                     
 
Tentu anda niscaya tahu reaksi sang penulis terhadap tulisannya bukan? Memberengut, sedih, kuyu bahkan enggan membaca goresan pena itu lagi.


Istri sang penulis masuk ke kamar itu dan menjumpai suaminya yang sedang sedih dan termenung. Dari belakang...sang istri melihat goresan pena sang suami. Perlahan-lahan ia mundur dan keluar dari ruangan itu...
15 menit kemudian dia masuk lagi dan meletakkan sebuah kertas berisi goresan pena sebagai berikut :
"Tahun lalu... akibatnya saya berhasil menyingkirkan kantong empedu saya yang selama bertahun-tahun menciptakan perut saya sakit.
Di tahun itu juga...saya bersyukur dapat pensiun dengan kondisi sehat dan bahagia. Saya bersyukur kepada Tuhan sudah diberikan kesempatan berkarya dan penghasilan selama 35 tahun untuk menghidupi keluargaku.
Sekarang... saya dapat memakai waktu saya lebih banyak untuk menulis, yang merupakan hobi-ku semenjak dulu ...
Pada tahun yang sama... ayah saya yang berusia 95 tahun... tanpa sakit telah mengakhiri hidupnya dengan tenang dan bahagia.
Dan masih di tahun yang sama pula... Tuhan telah melindungi anak saya dari kecelakaan yang hebat.....Mobil kami memang rusak berat akhir kecelakaan tersebut... tapi anak saya selamat tanpa cacat sedikit pun..."
                                      
Pada kalimat terakhir istrinya menulis :
"Tahun lalu.... ialah tahun yang penuh berkat yang luar biasa dari Tuhan.... dan kami lalui dengan penuh rasa takjub dan syukur..."
                                      
Sang penulis tersenyum haru... dan mengalir rasa hangat di pipinya... Ia berterima kasih atas sudut pandang berbeda untuk setiap tragedi yang dilaluinya tahun lalu... Perspektif yang berbeda membuatnya bahagia.
                                      
Pembaca, di dalam hidup ini kita harus mengerti bahwa bukan kebahagiaan yang menciptakan kita bersyukur. Namun rasa syukurlah yang menciptakan kita bahagia.

Begitu juga terkait dengan rezeki. Bukan besarnya (nilainya) yang menciptakan senang tapi bagaimana kita MEMANDANG REZEKI itu. Jika kita merasa cukup dengan rezeki yang diberi Allah, maka kita akan tercukupi sepanjang tahun, percaya deh... ini namanya mindset, istilah sederhananya menset (mengatur) pikiran semoga sejalan dengan yang kita inginkan.. (baca : rezeki sama tapi dampaknya beda). Inilah positive thinking (berpikir positif)

Berpikir positif itu menarik rezeki, setidaknya menunjukkan ketenangan pada jiwa dan pikiran. Jika ingin menjadi magnet  rezeki harus selalu berpikir positif. 

Sedikit kisah di kala senggang..

Presiden Soekarno konon pernah 'menyerang' ulama besar di masanya, yaitu Buya Hamka. Bersama Mohammad Yamin, Soekarno melalui headline beberapa media cetak asuhan Pramoedya Ananta Toer melaksanakan pembunuhan aksara atas diri Hamka, namun tak sedikit pun fokus Hamka bergeser dalam menegakkan amar ma'ruf nahi mungkar. 
Sebab terlalu kuatnya aksara Hamka, di tahun 1964, Soekarno tak sungkan-sungkan menjebloskan ulama besar asal Minangkabau ini ke dalam penjara tanpa melewati persidangan.
Bukan waktu yang singkat bagi Buya Hamka untuk mencicipi hotel prodeo. Sekitar 2 tahun 4 bulan lamanya Hamka dipenjara, apakah lantas ia bersedih, mendendam dan mengutuk-ngutuk betapa jahatnya Soekarno padanya?
Tidak! Hamka justru bersyukur dapat masuk penjara. Di dalam terali besi itu ia punya waktu yang banyak untuk menuntaskan menulis  Tafsir Alqur'an 30 juz  yang dikenal dengan Tafsir Al-Azhar.
Lantas, bagaimana dengan ketiga tokoh tadi? Pramoedya, Mohammad Yamin dan Soekarno?
Ternyata Allah masih sayang pada mereka, Pramoedya, Mohammad Yamin dan Soekarno. Kekejian mereka pada Buya Hamka tidak harus diselesaikan di akhirat. Allah mengizinkan duduk kasus ini diselesaikan di dunia.
Di usia senja, Pramoedya mengakui kesalahannya di masa lalu. Ia mengirim putrinya, Astuti dengan calon suaminya, Daniel yang mualaf untuk berguru Islam pada Hamka sebelum mereka menjadi suami istri. Apakah Hamka menolak? Tidak! Justru dengan hati yang sangat lapang Hamka mengajarkan ilmu agama pada anak dan calon menantu Pramoedya tanpa sedikit pun mengungkit-ungkit kekejaman Pramoedya. Astuti, anak wanita Pramoedya pun menangis haru melihat kebesaran hati ulama besar ini. Hamka juga yang menjadi saksi atas ijab kabul anak Pramoedya.
Saat Mohammad Yamin sakit keras, ia meminta orang terdekatnya untuk memanggil Hamka. Dengan segala kerendahan hati dan penyesalannya pada ulama besar ini, Mohammad Yamin meminta maaf atas segala kesalahannya. Dalam kesempatan nafas terakhirnya, tokoh besar Indonesia, Mohammad Yamin pun meninggal dunia dengan ucapan kalimat-kalimat tauhid yang dituntun oleh Hamka.
Begitu juga dengan Soekarno, Hamka justru berterima kasih dengan hadiah penjara yang diberikan padanya alasannya berhasil menulis buku yang menjadi dasar umat Islam dalam menafsirkan Alqur'an. Tak ada marah, tak ada dendam, ia malah merindukan tokoh besar Indonesia, proklamator bangsa dikarenakan telah menciptakan ujian hidup sang Buya menjadi semakin berliku namun sangat indah. Hamka ingin berterima kasih untuk itu semua. Tanggal 16 Juni 1970, seorang asisten Soekarno tiba ke rumah Hamka membawa secarik kertas bertuliskan pendek;
Bila saya mati kelak, saya minta kesediaan Hamka untuk menjadi imam shalat jenazahku.”
Hamka eksklusif bertanya pada sang ajudan, "Di mana? Di mana ia sekarang?" Dengan pelan dijawab, "Bapak sudah wafat di RSPAD, jenazahnya sedang dibawa ke Wisma Yoso."
Mata sang Buya menjadi sayu dan berkaca-kaca. Rasa rindunya ingin bertemu dengan tokoh besar negeri ini malah berhadapan dengan badan yang kaku tanpa dapat berbicara. Hanya keikhlasan dan sumbangan maaf yang dapat diberikan Hamka pada Soekarno. Untaian doa yang lembut dan tulus dipanjatkannya ketika menjadi Imam Shalat Jenazah Presiden Pertama Indonesia.
Terima kasih Buya, atas pembelajaran kehidupan dari kisah hidupmu...

Mari kita berlatih melihat suatu tragedi dari sudut pandang positif. Bersyukurlah atas apa yang terjadi padamu. Komplen dan keluhan gak akan menuntaskan masalah.. Rezeki banyak atau sedikit terima dengan lapang dada. Karena sebetulnya bukan kuantitas rezeki yang penting tapi kualitasnya (berkahnya). (baca : ciri-ciri orang yang banyak rezekinya dan berkah)


"We can complain because rose bushes have thorns, or rejoice because thorn bushes have roses"_ -  Abraham Lincoln
Kita dapat komplen alasannya semak mawar itu berduri atau bersyukur alasannya diantara semak ada bunga mawar yang indah.. Konsepnya sama saja, cuma cara pandang yang beda, bikin suasana hati juga beda.. Bukan lingkungan luar lah yang mengontrol hidup kita. Tapi kita lah yang dapat mengontrol reaksi kita terhadap apapun yang terjadi di luar diri.
Have a positive day!

Wallahu alam...


Demikianlah Artikel Syukurlah Yang Menciptakan Bahagia

Sekianlah artikel Syukurlah Yang Menciptakan Bahagia kali ini, mudah-mudahan bisa memberi manfaat untuk anda semua. baiklah, sampai jumpa di postingan artikel lainnya.

Anda sekarang membaca artikel Syukurlah Yang Menciptakan Bahagia dengan alamat link https://lubukhatimuslim.blogspot.com/2020/12/syukurlah-yang-menciptakan-bahagia.html

Iklan Atas Artikel

Iklan Tengah Artikel 1

Iklan Tengah Artikel 2

Iklan Bawah Artikel