Riba Mengambil Alih Rezeki Kita

Riba Mengambil Alih Rezeki Kita - Hallo sahabat Islam Itu Indah, Pada Artikel yang anda baca kali ini dengan judul Riba Mengambil Alih Rezeki Kita, kami telah mempersiapkan artikel ini dengan baik untuk anda baca dan ambil informasi didalamnya. mudah-mudahan isi postingan Artikel penghalang, yang kami tulis ini dapat anda pahami. baiklah, selamat membaca.

Judul : Riba Mengambil Alih Rezeki Kita
link : Riba Mengambil Alih Rezeki Kita

Baca juga


Riba Mengambil Alih Rezeki Kita

Riba Yang Membinasakan.

Sebuah pendapat perihal riba yang mungkin bisa menambah wawasan dan membuka pikiran kita. Tulisan ini saya temukan dan sharing di sini semata-mata untuk memperlihatkan pikiran penulisnya perihal sebuah realita yang umum terjadi di sekitar kita dan ditengarai sebagai pemicu kekacauan hidup serta mengambil alih rezeki kita.


Tulisan ini dimulai dengan problematika harian, lonjakan harga materi pokok. Bila hari-hari ini harga cabe, daging dan materi kuliner lainnya melonjak trus siapa yang paling pantas disalahkan ? Saya menyalahkan riba ! Kok bisa ? Bagaimana riba mengakibatkan harga pangan melonjak ? Inilah kesempatan bagi kita untuk bisa memahami dampak jelek riba yang seringkali kita sepelekan . Dampak itu begitu pribadi dan kasatmata bukan hanya sekedar teori, maka sehabis tiba petunjukNya yang begitu terang itu, apakah kita masih hendak melanggengkan sistem ribawi dalam pengelolaan ekonomi kita ? Allah menghalalkan jual beli dan mengharamkan riba. Yang namanya haram udah gak ada tawar menawar lagi, GAK BOLEH dilakukan..


Riba itu apa?

Riba berdasarkan wikipedia, berarti menetapkan bunga/melebihkan jumlah pinjaman saat pengembalian berdasarkan persentase tertentu dari jumlah pinjaman pokok, yang dibebankan kepada peminjam. Riba secara bahasa bermakna: ziyadah (tambahan). Dalam pengertian lain, secara linguistik riba juga berarti tumbuh dan membesar . Sedangkan berdasarkan istilah teknis, riba berarti pengambilan embel-embel dari harta pokok atau modal secara bathil. Ada beberapa pendapat dalam menjelaskan riba, namun secara umum terdapat benang merah yang menegaskan bahwa riba yakni pengambilan tambahan, baik dalam transaksi jual-beli maupun pinjam-meminjam secara bathil atau bertentangan dengan prinsip muamalat dalam Islam. 

Untuk memahami dampak jelek riba pada melonjaknya harga pangan secara mudah, saya uraikan secara ringkas melalui tiga poin berikut.

PERTAMA
Poin pertama yang kita pelajari semenjak kita mencar ilmu ekonomi di tingkat sekolah menengah dahulu, harga dibuat oleh prosedur supply and demand. Ketika supply (persediaan) terbatas sedangkan demand (permintaan) tinggi, niscaya harga melonjak.


Permintaan kita terhadap daging selalu tinggi sebab penduduk kita besar dan mayoritasnya ingin bisa makan daging, permintaan cabe juga tinggi sebab begitu banyak sajian kuliner kita yang enak-enak membutuhkan cabai sebagai pemberi rasa pedas yang nikmat. Di sisi persediaan, barang-barang itu cenderung terbatas sebab tidak banyak yang mau beternak, yang mau bertani, menanam cabai dan lain-lain.

KEDUA

Poin kedua mengapa orang enggan beternak dan bertani ? Beternak dan bertani yakni perjuangan yang beresiko relatif tinggi, sementara karenanya tidak tinggi-tinggi amat. Bila Anda beternak atau bertani dengan hasil 15 %-20% per tahun misalnya, maka itu sudah sangat bagus. Kalau untuk perjuangan ini Anda harus mengembangkan dengan pemodal 50/50 misalnya, maka Anda mendapatkan hasil 7.5% -10% dan demikian pula pemodal Anda. Menarikkah hasil sekitar 7.5 % -10% ini bagi Anda yang hendak bertani atau investor Anda yang mendapatkan hasil higienis yang sama ?

KETIGA

Inilah poin ketiga dimana riba berperan, dengan hasil yang 7.5% - 10 % sekalipun – investor kebanyakan belum akan tertarik, mengapa ? Karena mereka akan bandingkan investasinya dengan investasi yang kondusif dan dijamin oleh pemerintah dan rakyatnya, yaitu investasi deposito yang dengan gampang memperlihatkan hasil di kisaran 6 % tanpa resiko !

Investor kebanyakan akan dihadapkan pada pilihan hasil pertanian 7.5% - 10 % tetapi beresiko, atau menaruh uang di bank saja memperlihatkan hasil di kisaran 6 % tetapi tidak beresiko. Pilihan kebanyakan orang yang mempunyai uang apa kira-kira ? Mayoritas mereka akan menentukan menaruh uangnya di bank saja yang tanpa resiko !

Maka dengan 3 poin tersebut Anda sudah akan bisa melihat begitu gamblang bagaimana riba memenangkan persaingan, melawan produksi pertanian dalam meraih hati kebanyakan orang yang mempunyai uang. Melalui proses mirip inilah riba mengambil sumber-sumber rezeki kita.

Mungkin akan timbul pertanyaan bagi Anda, bagaimana dengan negara-negara lain ? bukankah mereka juga negara-negara ribawi ? Kok mereka bisa survive (bertahan hidup) dengan pertaniannya bahkan hingga bisa mengekspor produksinya ke kita ?

Riba juga ada di negara-negara pengekspor hasil pertanian ke kita, dan hasil pertaniannya bersama-sama juga tidak terlalu jauh dengan hasil pertanian di negeri kita. Yang membedakannya yakni suku bunga deposito di negara-negara mereka rata-rata sangat rendah dibandingkan tingkat suku bunga deposito di negeri kita.

Amerika mengekspor kedelai ke kita, suku bunga deposito mereka hanya sekitar 1.35 % per tahun rata-rata. Artinya kalau petani kedelai mereka menghasilkan return (laba) higienis sama dengan kita 7.5 % - 10% pun orang sudah akan mau invest di kedelai.

Belanda suku bunga deposito rata-rata hanya 0.05 %, artinya kalau peternak susunya bisa memperlihatkan hasil 5 % saja pertahun – itu sudah 100 x lebih besar dibandingkan bunga deposito mereka, maka peternak susu
 sapi mereka tidak ada kesulitan untuk mengumpulkan modal.

Australia dan Selandia Baru tingkat suku bunga depositonya di kisaran 3% - 3.5%, artinya kalau peternak sapi pedaging mereka menghasilkan hasil higienis 7.5 % saja bagi investornya, itu sudah lebih dari dua kali lipat dari suku bunga deposito perbankan mereka.

Dari sini kita bisa melihat polanya dengan terang bahwa seluruh negara-negara yang berhasil mengalahkan kita dalam perdagangan materi pangan yakni negara-negara d yang tingkat suku bunga perbankannya lebih rendah dari kita.

Bayangkan bila negara yang masih memakai sistem riba – tetapi dengan tingkat bunga yang lebih rendah saja sudah sanggup dengan gampang mengalahkan negara yang tingkat suku bunganya lebih tinggi, apalagi negara yang tanpa riba niscaya bisa mengalahkan kekuatan ekonomi negara-negara lainnya yang masih memakai riba.

Maka inilah peluang kita sesungguhnya, bukan hanya mencukupi kebutuhan kuliner dalam negeri dengan harga yang terjangkau – lebih dari itu bila bisa menghilangkan riba kita akan bisa unggul dalam produksi dan perdagangan materi pangan dibandingkan negara-negara lain yang masih memakai riba.

Meskipun tugas riba yang begitu kasatmata dalam menghancurkan ekonomi persis mirip yang dingatkanNya pribadi (QS 2:275-279), ironinya di negeri yang lebih banyak didominasi muslim ini – saya belum pernah mendengar satupun (calon) pemimpin kawasan maupun pusat, muslim maupun non muslim, kawasan istimewa maupun yang tidak istimewa – belum pernah ada yang mencanangkan untuk menghilangkan riba sebagai programnya untuk memakmurkan rakyatnya.

Mestinya sekaranglah waktunya umat ini untuk menentukan pemimpinnya dengan benar, yaitu dengan menyodorkan kontrak kerja terhadapnya – bahwa bila mereka bener-bener terpilih nanti, mereka harus mempunyai kegiatan untuk menghilangkan riba di daerahnya – sebab itulah satu-satunya jalan untuk menghadirkan kemakmuran yang sesungguhnya bagi negeri ini.


Bahayanya Riba

1. Harta menjadi gak berkah.
Berapapun harta yang diperoleh dari hasil riba gak akan bermanfaat sedikitpun bagi pemiliknya. Meskipiun kelihatan jumlahnya banyak, tapi keuntungannya belum tentu sebanding...Bisa saja harta itu menggelincirkannya ke jurang kemaksiatan, diberi penyakit kronis yang membuatnya harus menghabiskan harta untuk berobat atau hidupnya celaka terus menerus, anak narkoba, isteri menduakan atau dirinya sendiri dipenjara... (baca : ciri-ciri rezeki yang tidak berkah).
Apapun harta yang diperoleh dari riba akan dimusnahkan Allah mirip janjinya dalam ayat di bawah ini : 


2. Menyerupai orang asing dan awet di neraka.
Anda tentu tahu bagaimana watak orang gila? Makan kotoran pun beliau gak keberatan sebab nalar sehatnya udah gak jalan..
Orang yang mengambil riba diibaratkan mirip orang asing yang bersama-sama pikirannya waras tapi tindakannya jauh dari waras..


Orang yang melaksanakan praktek riba jikalau hingga mati belum juga taubat dipastikan akan menjadi penghuni neraka selamanya...dipastikan kekal.. Sungguh celaka. Hidup di dunia gak berkah, mati masuk neraka, awet pula di dalamnya, naudzu billah min dzalik.

3. Berenang di sungai darah..
Masuk neraka aja udah mengerikan apalagi sampe berenang di sungai darah? Betapa menyedihkan nasib pelaku riba di neraka sebagaimana digambarkan oleh hadits di bawah ini...


4. Sedekahnya tertolak.
Allah itu Maha Baik dan hanya mendapatkan yang baik..Jadi kalo sumbernya gak baik, dari hasil maksiat, menentang Allah termasuk riba, jangan harap pahala sedekahnya bisa diterima.


5. Doa tertolak..
Betapa celakanya kita jadi hamba jikalau cita-cita kita pada Allah tertolak. Kita ingin doa kita diijabah oleh Allah, tapi jikalau hidup kita berhias yang haram, maka pupuslah cita-cita itu.


Sekarang paham kah anda jikalau dikatakan riba mengambil alih rezeki kita, menghilangkan keberkahannya, menimbulkan kita penghuni neraka, dilaknat, dikutuk serta semua amal kebajikan termasuk sedekah tertolak dan satu-satunya cita-cita memohon dukungan yaitu doa pun tertolak..?
Naudzubillahi min dzalik..

Wallahu alam...


Demikianlah Artikel Riba Mengambil Alih Rezeki Kita

Sekianlah artikel Riba Mengambil Alih Rezeki Kita kali ini, mudah-mudahan bisa memberi manfaat untuk anda semua. baiklah, sampai jumpa di postingan artikel lainnya.

Anda sekarang membaca artikel Riba Mengambil Alih Rezeki Kita dengan alamat link https://lubukhatimuslim.blogspot.com/2021/05/riba-mengambil-alih-rezeki-kita.html

Iklan Atas Artikel

Iklan Tengah Artikel 1

Iklan Tengah Artikel 2

Iklan Bawah Artikel