Haruskah Mencium Hajar Aswad?

Haruskah Mencium Hajar Aswad? - Hallo sahabat Islam Itu Indah, Pada Artikel yang anda baca kali ini dengan judul Haruskah Mencium Hajar Aswad?, kami telah mempersiapkan artikel ini dengan baik untuk anda baca dan ambil informasi didalamnya. mudah-mudahan isi postingan Artikel Pesan, yang kami tulis ini dapat anda pahami. baiklah, selamat membaca.

Judul : Haruskah Mencium Hajar Aswad?
link : Haruskah Mencium Hajar Aswad?

Baca juga


Haruskah Mencium Hajar Aswad?

Gak perlu maksa mencium Hajar Aswad  

Berbicara soal hajar aswad saya jadi teringat perjalanan umroh saya tahun 2015 silam. Saat itu saya diberi kesempatan untuk melaksanakan ibadah umroh bersama suami dan kedua orang renta saya, yaitu ibu dan almarhum bapak saya.
(baca : 8 cara gampang menarik rezeki umrah dan haji)
Selama kurang lebih 9 hari kami tak menyia-nyiakan kesempatan untuk melaksanakan ibadah dan ritual umroh, mendekatkan diri kepada Allah SWT. Setiap kali berada di depan kabah hati saya selalu trenyuh penuh rasa haru. 
Dan setiap kali berada di sana selalu terlihat jamaah yang menyesaki sebuah sudut dari Kabah di mana hajar aswad berada, berebut untuk mendekati, memegang dan menciumnya. Tadinya saya tak berminat untuk melakukannya sebab persaingan yang sangat ketat di sana, bahkan seperti kita harus ngotot dan main keras untuk menggapainya. Tapi suami saya yang sudah berhasil melakukannya lebih dulu kemudian menawari untuk menemani saya mencapai sudut itu.


Karena ingin tau dengan sebentuk kerikil yang menjadi fokus para jamaah umroh itupun saya setuju. Akhirnya saya berhasil mencium hajar aswad sehabis melalui usaha yang keras, desak-desakan dan saling dorong dengan sumbangan dari suami. Sebuah kerikil hitam yang konon dibawa dari nirwana dan mempunyai nilai histori yang besar ini berhasil saya cium, sebagaimana Rasulullah pernah melakukannya.

Tapi haruskah mencium hajar aswad?
Ini ada kisah jamaah umroh lainnya yang mungkin bisa jadi masukan.
Setelah menuntaskan thawaf, saya mencari kawasan lowong untuk memanjatkan doa di depan kabah.


Seketika seorang lelaki berkulit hitam legam yang saya asumsi tiba dari benua afrika eksklusif mengambil kawasan di samping kanan saya.
Seperti kebanyakan orang saya pun menilai jamaah hitam ini sebagai orang yang garang dan tak berpendidikan.
Lalu menyerupai kebiasaan di masjid di Indonesia, ketika duduk bersebelahan dalam satu shaf, saya menyalami jamaah kiri dan kanan saya, termasuk si Afrika.
Tiba-tiba ia bertanya negara asal saya dengan bahasa Inggris yang sangat fasih. "I am from Nigeria, where are you from?" Katanya dengan sopan. Saya jawab kalo saya berasal dari Indonesia.
"Kenapa orang Indonesia suka sekali berusaha mencium kerikil hajar aswad"?, tanyanya memulai percakapan. Ternyata si Nigeria ini memperhatikan tingkah laris jamaah kita di sana, sebab memang jumlah kita yang sangat banyak dan suka bergerombol sehingga menarik perhatian.
"Mungkin sebab cinta. Kabah yaitu rumah Tuhan, dan hajar aswad yaitu kerikil yang pernah dicium Rasulullah. Maka mencium hajar aswad yaitu refleksi cinta orang Indonesia terhadap Tuhan dan Rasulnya", jawab saya sekenanya.
"Apakah orang Indonesia juga bertingkah laris menyerupai itu terhadap cinta Allah SWT yang dianugerahkan kepada mereka?", Tanya ia lagi.
"Maksud anda? Kata saya tak paham. "Cinta Allah SWT menyerupai apa yang dianugerahkan kepada kami"?, Jawab saya dengan verbal bingung.
Lalu Si Nigeria menjawab, "Jika Allah Taala menganugerahkan kalian istri, belum dewasa dan orang renta yang masih hidup, itulah wujud cinta Allah kepada kalian."
"Pertanyaan saya", katanya melanjutkan.
"Apakah orang-orang Indonesia, berusaha dengan keras dan gigih mencurahkan kasih sayang terhadap anak, istri dan orang renta mereka yang masih hidup yang diamanahkan Allah Taala sebagaimana mereka berusaha mencium hajar aswad, "? Ujarnya.
"Jika terhadap kerikil saja refleksi cinta kalian begitu dahsyat, lebih lagi terhadap makhluk Allah yang telah diamanahkan kepada kalian"?, tegasnya lagi.
Saya tercekat, hilang nalar dan tak bisa berkata lagi. Terus terperinci hal itu tak pernah terpikirkan oleh saya.
Kemudian ia bercerita bahwa ia menuntaskan S3 (PhD)-nya di AS namun menentukan pulang ke Nigeria demi membesarkan anak-anaknya yang 6 orang semoga bisa menjadi muslim yang baik.
Maka hilang semualah persangkaan saya terhadap orang ini. ALLAH membayarnya eksklusif tunai ketika itu juga.
Setelah shalat subuh, sebelum berpisah ia memberi nasehat yang hingga ketika ini masih teringat di kepala saya.

Keberhasilan haji dan umrah kita, mabrur atau tidaknya dinilai bukan pada ketika kita menuntaskan ritual-ritual haji dan umrah menyerupai tawaf, sai atau bahkan mencium hajar aswad, namun dinilai pada ketika kita kembali.
Apakah kita bisa menunaikan amanah-amanah, anugerah-anugerah, kasih sayang Allah Taala  dengan bersungguh-sungguh, bersusah payah, mencurahkan kasih sayang kepada orang-orang yang kita cintai, pekerjaan dan masyarakat?
Saya genggam tangannya, saya memeluknya dan memberikan terima kasih.
Saat ia pergi diantara kerumunan orang, saya faham, inilah cara Allah Taala menegur saya dan memberikan makna mencium hajar aswad.
Oleh sebab itu mari kita bersama mencar ilmu untuk menimbulkan orang renta kita, istri, anak-anak, saudara-saudara serta masyarakat di sekitar kita sebagai ladang amal ibadah kita.... Dan bukan merupakan sumber informasi atau ladang dosa-dosa kita...
Pengingat untuk diri saya yang lemah dan masih banyak kekurangan..


Wallahu alam..


Demikianlah Artikel Haruskah Mencium Hajar Aswad?

Sekianlah artikel Haruskah Mencium Hajar Aswad? kali ini, mudah-mudahan bisa memberi manfaat untuk anda semua. baiklah, sampai jumpa di postingan artikel lainnya.

Anda sekarang membaca artikel Haruskah Mencium Hajar Aswad? dengan alamat link https://lubukhatimuslim.blogspot.com/2020/12/haruskah-mencium-hajar-aswad.html

Iklan Atas Artikel

Iklan Tengah Artikel 1

Iklan Tengah Artikel 2

Iklan Bawah Artikel