Adakah Allah Bagimu?
Saturday, December 12, 2020
Edit
Adakah Allah Bagimu? - Hallo sahabat Islam Itu Indah, Pada Artikel yang anda baca kali ini dengan judul Adakah Allah Bagimu?, kami telah mempersiapkan artikel ini dengan baik untuk anda baca dan ambil informasi didalamnya. mudah-mudahan isi postingan
Artikel cerita, yang kami tulis ini dapat anda pahami. baiklah, selamat membaca.
Judul : Adakah Allah Bagimu?
link : Adakah Allah Bagimu?
Anda sekarang membaca artikel Adakah Allah Bagimu? dengan alamat link https://lubukhatimuslim.blogspot.com/2020/12/adakah-allah-bagimu.html
Judul : Adakah Allah Bagimu?
link : Adakah Allah Bagimu?
Adakah Allah Bagimu?
DIMANAKAH ALLAH.?
Alkisah suatu saat, seorang kakek yang hadir dalam sebuah pengajian yang dipimpin oleh seorang ustad muda, bertanya: "Anakku... Tadi anakku memberikan ceramah perihal aqidah, perihal اللّـہ , boleh kakek bertanya, dimanakah اللّـہ itu?".
Sebuah pertanyaan yang membuat sang ustadz muda itu bingung.... sangat dalam sekali.
Sebuah pertanyaan yang membuat sang ustadz muda itu bingung.... sangat dalam sekali.
Saat itu pula ia teringat pesan gurunya, kalau ada yang bertanya... dimana pertanyaan itu sifatnya bukan sebab ingin tahu atau ingin sekedar menguji dan kita tidak tahu jawabannya maka berikanlah tanggapan mirip ini "Sesungguhnya orang yang ditanya tidak lebih tahu dari yang bertanya.." (mal mas-ul a'lamu minas saa-il).
Kakek itupun manggut-manggut... sambil tertunduk ia bertanya lagi...
Kakek itupun manggut-manggut... sambil tertunduk ia bertanya lagi...
"Anakku, coba ambilkan pelita itu (sebuah kaleng cat minyak yang berisi minyak tanah dan diberi api di sumbunya)...
Boleh kakek bertanya... Kapan pelita ini disebut pelita?".
Kembali sang Ustad memperlihatkan jawaban:
"Kakek.... saya tidak sanggup menjawabnya... terangkanlah pada saya".
Sang kakek bukannya menjawab, namun malah memperlihatkan pertanyaan gres lagi:
"Jika kakek tiup api diatas pelita ini... Kakek bertanya... Tahukah kau anakku... Kemana perginya api itu ?".
ALLAHU AKBAR!!! (Teriak bathin sang ustad muda... selama ini ia tidak pernah berfikir perihal kemana perginya api ketika ditiup dari pelita yang hidup. Oh iya ya... kemana perginya api itu, bahkan tidak berbekas sama sekali.)
Kembali ia menjawab:
"Saya tidak tahu Kek... Berikan ilmu pada saya".
Kakek itu kembali tidak menjawabnya...
Beliau justru menanyakan nama si ustadz muda tersebut...
Boleh kakek bertanya... Kapan pelita ini disebut pelita?".
Kembali sang Ustad memperlihatkan jawaban:
"Kakek.... saya tidak sanggup menjawabnya... terangkanlah pada saya".
Sang kakek bukannya menjawab, namun malah memperlihatkan pertanyaan gres lagi:
"Jika kakek tiup api diatas pelita ini... Kakek bertanya... Tahukah kau anakku... Kemana perginya api itu ?".
ALLAHU AKBAR!!! (Teriak bathin sang ustad muda... selama ini ia tidak pernah berfikir perihal kemana perginya api ketika ditiup dari pelita yang hidup. Oh iya ya... kemana perginya api itu, bahkan tidak berbekas sama sekali.)
Kembali ia menjawab:
"Saya tidak tahu Kek... Berikan ilmu pada saya".
Kakek itu kembali tidak menjawabnya...
Beliau justru menanyakan nama si ustadz muda tersebut...
"Nak, namamu siapa?"
Ustadz muda itu menjawab: "Abdullah..."
Kakek itu pun manggut-manggut lagi.
Sang ustadz makin bertambah heran dengan kakek ini.
"Boleh Kakek bertanya lagi... Dimana Abdullah Itu..?" Tanya sang kakek pada ustadz muda itu.
Wah pertanyaan apa lagi ini pikirnya, untuk yang satu ini..ustadz itu menjawab "Di depan kakek... Inilah Abdullah".
Si kakek renta itu hanya geleng2 kepala dan merenung sejenak...
Sang ustadz pun terbawa suasana merenung mirip kakek ini dan tiba-tiba sang kakek menepuk pundak ustadz muda sambil memanggil namanya "Abdullah…….!".
Dengan impulsif ustadz itu menjawab: "Saya kek!".
Kakek itu tersenyum kemudian mengatakan:
"Anakku... Barusan kakek mencicipi adanya Abdullah... sebab bagimu Abdullah itu tidak ada...
kalau kau pegang tanganmu, itu tangan Abdullah...
kalau kau pegang keningmu, itu kening Abdullah...
kalau kau pegang kepalamu, itu kepala Abdullah...
kalau kau pegang tangan dan kakimu, itu ialah tangan dan kaki Abdullah.... lalu….. DIMANAKAH ABDULLAH ITU???
Abdullah itu ada... dikala begitu banyak orang mencicipi banyaknya manfaat kehadiran dirimu... sehingga banyak orang menyebut namamu anakku...".
"Demikianlah perumpamaan اللّـہ سبحانہ و تعالے ...
Sesungguhnya اللّـہ itu sudah ada sebelum apapun ada di alam raya ini... اللّـہ itu sudah ada bahkan jikapun alam raya ini tidak diciptakan olehNYA.
Tapi اللّـہ itu tidak ada "bagimu"... kalau kau tidak pernah mengerti tentangNYA.
Kau sebut langit itu ialah langit ciptaan اللّـہ ....
Kau sebut api itu ialah api ciptaan اللّـہ .....
Kau sebut air itu ialah air ciptaan اللّـہ ...
Lalu dimanakah اللّـہ ..? Dimanakah اللّـہ...?
Anakku... اللّـہ itu ada bagimu bila kau selalu menyebut namaNYA...
Kau dzikirkan disetiap hembusan nafasmu... Maka kau akan mencicipi اللّـہ selalu ada bersamamu... Maka اللّـہ itu ada bagimu.. Karena ada dan tidak adanya dirimu, اللّـہ itu tetap ada..!!", demikian si Kakek menjawab panjang.
Ustadz muda itu menjawab: "Abdullah..."
Kakek itu pun manggut-manggut lagi.
Sang ustadz makin bertambah heran dengan kakek ini.
"Boleh Kakek bertanya lagi... Dimana Abdullah Itu..?" Tanya sang kakek pada ustadz muda itu.
Wah pertanyaan apa lagi ini pikirnya, untuk yang satu ini..ustadz itu menjawab "Di depan kakek... Inilah Abdullah".
Si kakek renta itu hanya geleng2 kepala dan merenung sejenak...
Sang ustadz pun terbawa suasana merenung mirip kakek ini dan tiba-tiba sang kakek menepuk pundak ustadz muda sambil memanggil namanya "Abdullah…….!".
Dengan impulsif ustadz itu menjawab: "Saya kek!".
Kakek itu tersenyum kemudian mengatakan:
"Anakku... Barusan kakek mencicipi adanya Abdullah... sebab bagimu Abdullah itu tidak ada...
kalau kau pegang tanganmu, itu tangan Abdullah...
kalau kau pegang keningmu, itu kening Abdullah...
kalau kau pegang kepalamu, itu kepala Abdullah...
kalau kau pegang tangan dan kakimu, itu ialah tangan dan kaki Abdullah.... lalu….. DIMANAKAH ABDULLAH ITU???
Abdullah itu ada... dikala begitu banyak orang mencicipi banyaknya manfaat kehadiran dirimu... sehingga banyak orang menyebut namamu anakku...".
"Demikianlah perumpamaan اللّـہ سبحانہ و تعالے ...
Sesungguhnya اللّـہ itu sudah ada sebelum apapun ada di alam raya ini... اللّـہ itu sudah ada bahkan jikapun alam raya ini tidak diciptakan olehNYA.
Tapi اللّـہ itu tidak ada "bagimu"... kalau kau tidak pernah mengerti tentangNYA.
Kau sebut langit itu ialah langit ciptaan اللّـہ ....
Kau sebut api itu ialah api ciptaan اللّـہ .....
Kau sebut air itu ialah air ciptaan اللّـہ ...
Lalu dimanakah اللّـہ ..? Dimanakah اللّـہ...?
Anakku... اللّـہ itu ada bagimu bila kau selalu menyebut namaNYA...
Kau dzikirkan disetiap hembusan nafasmu... Maka kau akan mencicipi اللّـہ selalu ada bersamamu... Maka اللّـہ itu ada bagimu.. Karena ada dan tidak adanya dirimu, اللّـہ itu tetap ada..!!", demikian si Kakek menjawab panjang.
(baca : kalo hidup sekedar hidup, babi hutan juga hidup !)
SUBHANALLAH.... sebuah ilmu yang mustahil ia dapatkan di dingklik kuliah... ALLAHU AKBAR! ALLAHU AKBAR! WALILLAHILHAMD... gumam sang ustadz.
Sebelum perpisahan dengan kakek itu, ia masih ingin tau dengan perumpamaan pelita yang ditanyakan tadi.
Maaf kek... Lantas... Apa maksud kakek dengan pelita tadi??
Sang kakek pun lanjut menjelaskan:
"Pelita itu tidak sanggup kau sebut pelita tanpa ada apinya...
Ketika pelita itu tidak ada apinya... dia hanya sanggup disebut kaleng cat minyak yang berisi minyak tanah dan bersumbu, itu saja...
Pelita itu gres sanggup kau sebut pelita, apabila kau berikan api disumbunya...
Ini bermakna demikianlah manusia...
Ketika ruhnya tidak ada, maka dia menyerupai hanya bangkai yang berjalan...
Sehingga yang perlu kau hidupkan setiap hari ialah ruhnya...
Sehingga dia sanggup menerangi dan memperlihatkan manfaat bagi sekitarnya".
ALLAHU AKBAR!!! Teriak bathin si ustadz muda.
Kembali sebuah nasehat yang luar biasa ini baginya, dan ketika sebelum ia cium tangannya... Sang kakek ini membisikan ke telinga:
"Anakku... Ingatlah dikala api diatas pelita itu ditiup...
Api menghilang, tak berbekas dan kau tidak sanggup melihatnya lagi...
Bahkan bentuk, rasa, sudah tidak sanggup kau lihat...
Bahkan kau tanyakan seribu kali kemana perginya api itu pun kau tidak akan sanggup menjawabnya...
Demikianlah dgn "ruh" anakku...
Saat dia pergi dari jasadmu dia tidak akan membentuk apapun bagimu...
Dia seperti raib sebagaimana DZAT yang menciptakannya... DIA-lah اللّـہ سبحانہ و تعالے ....
Maka rawat dengan benar ruh yang ada dalam jasadmu.....Assalamu'alaikum". Salam sang kakek pada ustadz itu. (baca : rawatlah jiwamu)
"Wa'alaikumussalaam" jawab si ustad sembari menitikkan air mata.
Begitulah sang Kakek dengan cara nya membagi ilmu..Wallahu'alam bisshowab..
SUBHANALLAH.... sebuah ilmu yang mustahil ia dapatkan di dingklik kuliah... ALLAHU AKBAR! ALLAHU AKBAR! WALILLAHILHAMD... gumam sang ustadz.
Sebelum perpisahan dengan kakek itu, ia masih ingin tau dengan perumpamaan pelita yang ditanyakan tadi.
Maaf kek... Lantas... Apa maksud kakek dengan pelita tadi??
Sang kakek pun lanjut menjelaskan:
"Pelita itu tidak sanggup kau sebut pelita tanpa ada apinya...
Ketika pelita itu tidak ada apinya... dia hanya sanggup disebut kaleng cat minyak yang berisi minyak tanah dan bersumbu, itu saja...
Pelita itu gres sanggup kau sebut pelita, apabila kau berikan api disumbunya...
Ini bermakna demikianlah manusia...
Ketika ruhnya tidak ada, maka dia menyerupai hanya bangkai yang berjalan...
Sehingga yang perlu kau hidupkan setiap hari ialah ruhnya...
Sehingga dia sanggup menerangi dan memperlihatkan manfaat bagi sekitarnya".
ALLAHU AKBAR!!! Teriak bathin si ustadz muda.
Kembali sebuah nasehat yang luar biasa ini baginya, dan ketika sebelum ia cium tangannya... Sang kakek ini membisikan ke telinga:
"Anakku... Ingatlah dikala api diatas pelita itu ditiup...
Api menghilang, tak berbekas dan kau tidak sanggup melihatnya lagi...
Bahkan bentuk, rasa, sudah tidak sanggup kau lihat...
Bahkan kau tanyakan seribu kali kemana perginya api itu pun kau tidak akan sanggup menjawabnya...
Demikianlah dgn "ruh" anakku...
Saat dia pergi dari jasadmu dia tidak akan membentuk apapun bagimu...
Dia seperti raib sebagaimana DZAT yang menciptakannya... DIA-lah اللّـہ سبحانہ و تعالے ....
Maka rawat dengan benar ruh yang ada dalam jasadmu.....Assalamu'alaikum". Salam sang kakek pada ustadz itu. (baca : rawatlah jiwamu)
"Wa'alaikumussalaam" jawab si ustad sembari menitikkan air mata.
Begitulah sang Kakek dengan cara nya membagi ilmu..Wallahu'alam bisshowab..
Pernahkah kita mencicipi kehadiran Allah mirip pada kisah di atas? Kita ada sebab orang mencicipi manfaat dengan kehadiran kita. Kita mencicipi begitu banyak nikmat dan rezeki yang diberi Allah SWT pada kita apakah kita sadar dengan kehadiranNya? Kalo kita sadar harusnya kita perbaiki ibadah kita kepadaNya, sebagai tanda syukur atas segala rezeki yang diberiNya..
(baca : Jagalah ini, insya Allah rezekimu berberkah)
(baca : Jagalah ini, insya Allah rezekimu berberkah)
Lalu mengapa kita banting tulang mencari rezeki hanya untuk memberi makan jasad? Yang perlu diperhatikan ialah memelihara ruh dengan mengembalikan fungsinya lewat memurnikan ketaatan padaNya. Masihkan kita mengasihi jasad sedemikian rupa, merawat dan membaguskannya sementara ruh tak kita perhatikan, malah kita sia-siakan.. Padahal jasad itu nantinya hanya jadi makanan cacing di kuburan.. (baca : apa yang terjadi pada jasad kita di dalam kubur?)
Sudahkah kita melakukannya?
Wallahu alam..
Demikianlah Artikel Adakah Allah Bagimu?
Sekianlah artikel Adakah Allah Bagimu? kali ini, mudah-mudahan bisa memberi manfaat untuk anda semua. baiklah, sampai jumpa di postingan artikel lainnya.
Anda sekarang membaca artikel Adakah Allah Bagimu? dengan alamat link https://lubukhatimuslim.blogspot.com/2020/12/adakah-allah-bagimu.html