Hutang Bukan Untuk Jaga-Jaga

Hutang Bukan Untuk Jaga-Jaga - Hallo sahabat Islam Itu Indah, Pada Artikel yang anda baca kali ini dengan judul Hutang Bukan Untuk Jaga-Jaga, kami telah mempersiapkan artikel ini dengan baik untuk anda baca dan ambil informasi didalamnya. mudah-mudahan isi postingan Artikel cerita, yang kami tulis ini dapat anda pahami. baiklah, selamat membaca.

Judul : Hutang Bukan Untuk Jaga-Jaga
link : Hutang Bukan Untuk Jaga-Jaga

Baca juga


Hutang Bukan Untuk Jaga-Jaga

ARTIKEL KE 688

Istighfar PAKDE.. !

Cerita hari-hari yang sanggup jadi anda pernah alami juga. Saya modifikasi kembali di sini dengan Ali Kurnia seorang "pakar hutang" sebagai tokoh "SAYA:.
Suatu hari datanglah seorang bapak, sebut saja Pakde. Pakde ini lelaki paruh baya berusia sekitar separuh abad.

Pakde yang biasanya sibuk kali ini punya waktu untuk ngobrol dan bercerita panjang lebar perihal hutangnya pada saya.
Sambil mendengarkan ceritanya saya amati, mo
bil Pakde yang diparkir dengan manisnya depan rumah saya sumpah...KEREN ABIS, tampaknya keluaran terbaru, harganya sekitar 500 juta-an ke atas (saya aja belum sanggup atau kalopun ada uang malah enggan beli kendaraan beroda empat semahal itu)


Lanjut soal Pakde. Beliau tiba berbaju koko putih, berpeci, dan melontarkan senyum ramah nan ELEGAN.
Diapun memperkenalkan diri, dan bercerita kalau beliau dengar banyak dari orang-orang perihal saya.. Kebetulan jarak rumahnya tidak terlalu jauh dari jarak rumah saya.

Pakde bercerita kalo hutangnya tidak banyak, "hanya" sekitar 12 Milyar.. dan ketika ini Pakde betul-betul merasa kesulitan karenanya. Itulah sebabnya beliau tiba menemui saya, mungkin untuk mendapat pencerahan.
Pakde punya beberapa properti dan propertinya itu masih aktif lantaran gres saja dibeli berupa ruko sebanyak 3 buah di luar kota.

Setelah merampungkan ceritanya dari A-Z perihal perjalanan karir, bisnis dan investasinya mulai dari nol hingga menyerupai sekarang.... beliau kemudian meminta saran pada saya bagaimana harusnya menyikapi hutang-hutang yang kian membesar dan solusi terbaik apa yang dialkukan untuk merampungkan hutang-hutang tersebut.

Lalu saya pun bertanya.."saat ini ada hutang macet tidak pak?"

Dengan senyum besar hati beliau berkata.. "O maaf, saya masih disiplin membayarnya, lantaran saya tidak mau menunggak.. nama baik
saya dipertaruhkan.."

Baguslah...pikir saya.
Kemudian saya bertanya lagi.. "Bapak membayarnya dengan hasil USAHA?"

Kali ini beliau menjawab sambil nyengir: " Naa.. itu masalahnya.. saya membayarnya dengan hasil hutang kemarin yang gres saja TOP UP"

GUBRRAKKK!!
Jawaban yang gak saya sangka sama sekali, kemudian saya memejamkan mata, lantaran batin saya sedang jatuh sekeras-kerasnya di lantai.. dan berteriak
"WOOOALAH PAKDEEEE...sumpah.. saya gemessss!!"

Pakde ini gimana toh, lhawong mbayar hutang pakai hutang yang lebih besar, demi menjaga nama baik di bank.. kok buangga, dan masih tersenyum
elegan pula ?? (tapi cuma ngomong dalam hati)

Saya pun mulai berpikir sambil tetap tahan mulut, takut keceplosan apa yang saya batin, dan khawatir nanti menyinggung perasaanya..
Pakde sangat keberatan untuk menjual harta, termasuk kendaraan beroda empat glamor dan rukonya, lantaran masih menjaga image (jaim jauh lebih berharga).

Dia melontarkan pendapat menyerupai ini :
"Saya tidak mau orang melihat saya jatuh, lantaran kuat ke bisnis saya, pada kepercayaan klien pada saya, status sosial saya di mata masyarakat, pokoknya nggak lah !!"

Masih aja gemes trus Pakde saya tanya
"Cashflow bisnisnya aktual atau negatif pak.."
Eh beliau malah bengong.. Dan jawabannya sangat mengherankan, "Saya ga pernah ngitung untungnya mas, tapi tiap tahun saya besarkan hutang."

GUBRAAAK (lagi)
Saya jawab: "Itu tandanya bisnis anda tidak sanggup membiayai keperluanya sendiri.."
Pakde manggut-manggut tapi bertanya lagi: "Berarti negatif ya mas?"
Saya jawab: "Nggih pak.. bisnis yang aktual cashflownya bahkan sanggup untuk bayar hutang, bukan nambah hutang."

Pakde malah bengong, trus nanya lagi : "Saya mesti gimana ya, mas, selain jual aset, dan biar nama baik saya di bank tetap bagus.

Saya jawab dengan tegas: "Saya tidak punya saran apapun untuk orang sekelas anda pak.." (bingung juga mesti kasi saran gimana wong beliau menyerupai gali lobang tutup lobang..lama kelamaan ya beliau yang masuk lobang dan tertimbun sendiri lantaran utang yang makin membengkak. Yang menurutnya semuanya baik-baik saja..)
Kemudian sesudah beramah tamah, Pakde pun pulang..

PERTANYAANYA:
Mengapa saya tidak bersedia memberi saran?


1. GILA PUJIAN DAN RIYA
Karena Pakde tidak meninggalkan GENGSI. Dia lebih suka hancur di dalam tapi tetap kelihatan megah di luar. Padahal bahwasanya beliau sudah keropos dan berpotensi untuk bangkrut. Dia lebih suka dipuji dan diagungkan manusia, menganggap bahwa kebanggaan insan lah yang memilih dirinya. 


2. BERGANTUNG PADA MAHLUK
Karena Pakde (orang terpandang, dan juga seorang yang agamis) masih bergantung pada riba dengan menjaga nama baik di bank. Nasabah sejati yang gak pernah nunggak dan terus menerus nambah utang menciptakan banknya makin untung. Akhirnya beliau sangat menggantungkan hidupnya pada bank, bukan pada Allah yang maha memberi rezeki, dan maha memberi solusi.

(baca : waspadai praktek riba di sekitar kita)

3. SANGAT CINTA HARTA
Karena PAKDE terlalu menyayangi hartanya dibanding ketenangan batin. Beliau rela memperbesar hutang daripada menjual harta untuk menutupi hutangnya. Karena harta yaitu status sosial baginya. Turunlah derajatnya jikalau hartanya berkurang dan beliau nampak sengsara dan merana.

Ya.. 3 hal diatas yaitu hal yang bertentangan dengan prinsip bebas hutang ala saya. Sekedar mengingatkan pada semua pihak, (yang masih hidup dengan menggantungkan diri pada bank) segeralah beristighfar..

Ingat hutang bukanlah untuk jaga-jaga, tetapi yaitu hal yang mesti dihindari apabila tidak terdesak / terpaksa sekali (misal kena peristiwa alam dan tak ada alternatif lain selain ngutang).

Kalau untuk menjalankan bisnis dimodali hutang, beli kendaraan juga ngutang, beli properti lagi-lagi ngutang.. yaa.. hidup kita akan dikendalikan oleh hutang yang makin membesar. Jauh lebih besar dari hasil bisnis.

Hutang sekali lagi bukan jaga-jaga tapi alternatif terakhir yang ditempuh dalam keadaan terdesak. Jika pun terpaksa berhutang, berusahalah untuk melunasi dengan segera. Jangan ditunda dan jangan ditambah...
Semoga kita dijauhkan dari kondisi terdesak..

(baca : tips bebas hutang dan rezeki mengalir masuk)
Akhirnya artikel ini saya tutup dengan doa bebas hutang...

Doa Bebas Hutang
"Allahumma inni a'udzubika minal hammi wal hazani wa a'udzubika minal 'ajzi wal kasali wa a'udzubika minal jubni wal bukhli wa a'udzubika min ghalabatiddaini wa qahrirrijali"
“Ya Allah, sesungguhnya saya berlindung kepada Engkau dari galau dan sedih. Aku berlindung kepada Engkau dari lemah dan malas. Aku berlindung kepada Engkau dari pengecut dan kikir. Dan saya berlindung kepada Engkau dari tekanan hutang dan kesewenang-wenangan manusia.”
(baca : doa dan zikir keberlimpahan rezeki)

Wallahu alam..


Demikianlah Artikel Hutang Bukan Untuk Jaga-Jaga

Sekianlah artikel Hutang Bukan Untuk Jaga-Jaga kali ini, mudah-mudahan bisa memberi manfaat untuk anda semua. baiklah, sampai jumpa di postingan artikel lainnya.

Anda sekarang membaca artikel Hutang Bukan Untuk Jaga-Jaga dengan alamat link https://lubukhatimuslim.blogspot.com/2006/05/hutang-bukan-untuk-jaga-jaga.html

Iklan Atas Artikel

Iklan Tengah Artikel 1

Iklan Tengah Artikel 2

Iklan Bawah Artikel