Kepemilikan Yang Menyengsarakan
Sunday, January 29, 2006
Edit
Kepemilikan Yang Menyengsarakan - Hallo sahabat Islam Itu Indah, Pada Artikel yang anda baca kali ini dengan judul Kepemilikan Yang Menyengsarakan, kami telah mempersiapkan artikel ini dengan baik untuk anda baca dan ambil informasi didalamnya. mudah-mudahan isi postingan
Artikel penghalang, yang kami tulis ini dapat anda pahami. baiklah, selamat membaca.
Judul : Kepemilikan Yang Menyengsarakan
link : Kepemilikan Yang Menyengsarakan
Anda sekarang membaca artikel Kepemilikan Yang Menyengsarakan dengan alamat link https://lubukhatimuslim.blogspot.com/2006/01/kepemilikan-yang-menyengsarakan.html
Judul : Kepemilikan Yang Menyengsarakan
Kepemilikan Yang Menyengsarakan
ARTIKEL KE 821
Sense of Belonging (Rasa Kepemilikan)
Hari Raya Idul Adha 1439H/2018M gres saja berlalu. Tulisan ini sebetulnya saya tulis dikala Idul Adha kemarin tapi teronggok diantara draft file yang belum terpublish di blog ini. Tapi saya kira masih relevan untuk dibicarakan.
Anyway, rasa kepemilkan yakni penting bagi semua orang. Namaku, rumahku, isteriku, suamiku, anakku, mobilku, barang-barangku yakni milikku dan bukan milikmu, kalau kau ingin memilikinya harus izin sama saya sebagai pemilik sahnya. Kalo kau kuizinkan ya silahkan memilikinya dan berpindahlah kepemilikan dariku ke kau secara sah baik secara gratis maupun lewat jual beli. Kalo kau tak kuizinkan maka kau tak sanggup mengambilnya dengan paksa atau dengan diam-diam, karena itu maling namanya..
Beginilah kira-kira konsep kepemilikan itu..
Rezekiku yakni milikku yang diberi Allah untukku alasannya yakni ridha atas hasil perjuangan dan kerja kerasku. Tapi jikalau bukan rezekiku niscaya akan pergi meninggalkanku dan mencari pemiliknya yang sah..
Begitu pula jikalau sebuah rezeki ditakdirkan menjadi milikku, meski banyak orang yang mengejarnya dan menginginkannya rezeki itu tetap jatuh dipangkuanku. Tapi jikalau rezeki itu bukan untukku sekeras apapun saya mengejarnya dan mengusahakannya tak mungkin kudapatkan..
Inilah konsep kepemilikan rezeki yang kita pahami.
Tapi betulkah kepemilikan itu milik kita?
Jika milik harusnya sanggup kita kontrol..mobilku mau kutaro di mana itu sepenuhnya kehendakku. Rumahku mau kubeli pinggir jalan atau masuk gang itu juga kehendakku. Tapi sewaktu-waktu mobilku tertabrak dan hancur lebur serta kebakaran tiba-tiba menghanguskan rumahku sehingga kepemilikanku atas kendaraan beroda empat dan rumah itu berakhir..
Artinya kita gak punya apa-apa.
Apa yang kita klaim sebagai milik itu takkan selamanya bersama kita. Karena ada Pemiliknya yang sah, kita cuma dipinjami alias dititipi.
Pemilik yang sangat murah hati memberi proteksi biar kita sanggup bertahan hidup dan memanfaatkan proteksi itu untuk kemaslahatan hidup kita.
Pinjaman tanpa bunga dan bebas ribawi.
Karena statusnya proteksi ya kita gak sanggup seenaknya menggunakannya alasannya yakni kita tentu tak mau dikala Pemiliknya meminta kondisinya rusak berat, berarti kita tak amanah alasannya yakni tak sanggup menjaga titipan dengan baik.
Tubuh ini dipinjami Allah biar sanggup digunakan beribadah dan amal saleh. Jika kita tak merawatnya dengan benar artinya kita berbuat zalim, merusak barang titipanNYA. Trus kalo tubuh ini digunakan untuk maksiat itu juga mencederai tujuan penciptaannya..
Inilah yang menjadi pangkal malapetaka di bumi. Saat insan menjadi begitu serakah alasannya yakni rasa kepemilikannya yang sangat tinggi. Semua mau diklaim sebagai miliknya, bahkan punya orang pun mau dimiliki juga. Terjadilah perang, korupsi, kolusi, gratifikasi dan tindak penyelewengan lainnya. Asal muasalnya dari keserakahan demi memuaskan rasa mempunyai yang tak ada ujungnya..
Seperti halnya Nabiyullah Ibrahim.
Tak ada yang mewaspadai kesalehan dan keimanan dia pada ketentuan Allah SWT. Tapi sebagai insan normal dia pun ingin sesuatu yang diidam-idamkan oleh setiap lelaki, mempunyai seorang anak. Tapi dari ijab kabul dia dengan ibunda Sarah, cita-cita untuk menjadi seorang ayah hanyalah tinggal harapan. Sampai balasannya Allah memberi buah hati lewat ibunda Hajar.
Lahirlah nabiyulah Ismail yang lucu dan menggemaskan.
Betapa bahagianya dia dengan karunia itu.
Anakku, milikku, sumber bahagiaku...mungkin itu yang ada dalam benak beliau.
Tapi rasa senang itu tak berlangsung usang ketika Allah memeritahkan isteri yang dikasihinya dan anak kesayangannya yang masih bayi untuk ditinggalkan di sebuah gurun tandus. Tak hanya hingga di situ saja, sesudah mereka survive di gurun itu dan Ismail tumbuh menjadi anak yang cerdas lagi-lagi tiba perintah untuk menyembelih buah hatinya tersebut. Ayah mana yang sanggup melaksanakan hal tersebut. Kalo bukan alasannya yakni keimanannya yang sangat mumpuni dan keyakinan bahwa apa yang diperintahkanNYA yakni yang terbaik untuknya, tentu dia tak sanggup menjalankannya.
Prasangka baik pada Allah menghiasi setiap langkah dia termasuk dikala menerima perintah yang sulit ibarat ini.
Apa yang kita pelajari dari sini?
Nabiyullah Ibrahim tidak diperintah Allah untuk membunuh Ismail, Ibrahim hanya diminta Allah untuk membunuh rasa *'KEPEMILIKAN'* terhadap Ismail.
Karena hakekatnya semua yakni milik Allah...
Karena hakekatnya semua yakni milik Allah...
Semoga Allah Subhanahu Wa Ta'ala menganugrahkan *KESALEHAN*Nabi Ibrahim dan *KEIKHLASAN* Nabi Ismail kepada kita semua, biar kita sanggup mengaplikasikan dalam kehidupan kita...,
Wallahu alam.
Demikianlah Artikel Kepemilikan Yang Menyengsarakan
Sekianlah artikel Kepemilikan Yang Menyengsarakan kali ini, mudah-mudahan bisa memberi manfaat untuk anda semua. baiklah, sampai jumpa di postingan artikel lainnya.
Anda sekarang membaca artikel Kepemilikan Yang Menyengsarakan dengan alamat link https://lubukhatimuslim.blogspot.com/2006/01/kepemilikan-yang-menyengsarakan.html