10 Tahun Mencari Gres Ketemu Jawabannya
Thursday, December 3, 2020
Edit
10 Tahun Mencari Gres Ketemu Jawabannya - Hallo sahabat Islam Itu Indah, Pada Artikel yang anda baca kali ini dengan judul 10 Tahun Mencari Gres Ketemu Jawabannya, kami telah mempersiapkan artikel ini dengan baik untuk anda baca dan ambil informasi didalamnya. mudah-mudahan isi postingan
Artikel alasan, yang kami tulis ini dapat anda pahami. baiklah, selamat membaca.
Judul : 10 Tahun Mencari Gres Ketemu Jawabannya
link : 10 Tahun Mencari Gres Ketemu Jawabannya
“Masalah apa bapak Presiden?” Tanya Prof. Kadirun Yahya.
“Saya bertanya terlebih dahulu ihwal yang lain, sebelum saya olok-olokan pertanyaan yang sebenarnya” jawab Presiden Soekarno.
“Baik Presiden” kata Prof. Kadirun Yahya
“Manakah yang lebih tinggi, Presiden atau Jenderal atau Profesor dibanding dengan sorga?” tanya Presiden. “Sorga” jawab Prof.Kadirun Yahya dengan yakin.
“Setuju”, balas Presiden terlihat lega.
Presiden bertanya lagi. “Lantas manakah yang lebih banyak dan lebih usang pengorbanannya antara pangkat-pangkat dunia yang tadi dibanding dengan pangkat sorga?” tanyanya.
“Namun cahaya matahari, bukanlah matahari – cahaya matahari yaitu getaran transversal dan longitudinal dari matahari sendiri (Prinsip Huygens)”, terang Prof.
Prof menyimpulkan, “Dan Rasulullah yaitu satu-satunya insan kiamat yang mendapat Nur Illahi dalam dadanya. Mutlak jikalau hendak mendapat frekuensi Allah, ujung dari nur itu yang berada dalam dada Rasulullah harus dihubungi.”
“Bagaimana cara menghubungkannya, sementara Rasulullah sudah wafat sekian lama?” tanya Presiden. “
Prof menjawab, “Memperbanyak sholawat atas Nabi tentu akan mendapat frekuensi Beliau, yang otomatis mendapat frekuensi Allah SWT.
Anda sekarang membaca artikel 10 Tahun Mencari Gres Ketemu Jawabannya dengan alamat link https://lubukhatimuslim.blogspot.com/2020/12/10-tahun-mencari-gres-ketemu-jawabannya.html
Judul : 10 Tahun Mencari Gres Ketemu Jawabannya
link : 10 Tahun Mencari Gres Ketemu Jawabannya
10 Tahun Mencari Gres Ketemu Jawabannya
ARTIKEL KE 716
Pertanyaan Spiritual Presiden Soekarno
Saya nemu dongeng ini di media umum dan saya tuliskan kembali di sini buat materi renungan kita semua.
Pertemuan sakral yang dialami oleh Prof. DR. H. Kadirun Yahya, Msc – seorang angkatan 1945, jago sufi, jago fisika dan metafisika dan pernah menjabat sebagai rektor Universitas Panca Budi, Medan – dengan Presiden RI pertama Ir. Soekarno terjadi sekitar bulan Juli 1965.
Saat itu ia bersama rombongan diterima di beranda Istana Merdeka bersama dengan Prof. Ir. Brojonegoro, Prof. dr. Syarif Thayib, Bapak Suprayogi, Admiral John Lie, Pak Sucipto, Kapolri dan Duta Besar Belanda.
Presiden Sukarno menyambut mereka dengan berkelakar,
“Wah, pagi-pagi begini saya sudah dikepung oleh 3 Profesor”. Kemudian ia mempersilakan rombongan tamunya untuk duduk.
“Profesor Kadirun Yahya silakan duduk akrab saya”, pinta presiden Soekarno kepada Prof. Kadirun Yahya, sambil pasang wajah serius.
“Profesor Kadirun Yahya silakan duduk akrab saya”, pinta presiden Soekarno kepada Prof. Kadirun Yahya, sambil pasang wajah serius.
“Professor, saya dengar ihwal anda sudah semenjak 4 tahun belakangan ini, tapi gres kini bertemu langsung, bekerjsama ada sesuatu yang akan saya tanyakan pada anda,” kata presiden Soekarno membuka percakapan.
“Ya, ihwal apa itu Bapak Presiden…?”
“Tentang sesuatu hal yang sudah kira-kira 10 tahun, saya cari-cari jawabannya, tapi belum ketemu balasan yang memuaskan. Saya sudah bertanya pada semua ulama dan para intelektual yang saya anggap tahu. Tetapi semua jawabannya tetap tidak memuaskan saya.”
“Ya, ihwal apa itu Bapak Presiden…?”
“Tentang sesuatu hal yang sudah kira-kira 10 tahun, saya cari-cari jawabannya, tapi belum ketemu balasan yang memuaskan. Saya sudah bertanya pada semua ulama dan para intelektual yang saya anggap tahu. Tetapi semua jawabannya tetap tidak memuaskan saya.”
“Masalah apa bapak Presiden?” Tanya Prof. Kadirun Yahya.
“Saya bertanya terlebih dahulu ihwal yang lain, sebelum saya olok-olokan pertanyaan yang sebenarnya” jawab Presiden Soekarno.
“Baik Presiden” kata Prof. Kadirun Yahya
“Manakah yang lebih tinggi, Presiden atau Jenderal atau Profesor dibanding dengan sorga?” tanya Presiden. “Sorga” jawab Prof.Kadirun Yahya dengan yakin.
“Setuju”, balas Presiden terlihat lega.
Presiden bertanya lagi. “Lantas manakah yang lebih banyak dan lebih usang pengorbanannya antara pangkat-pangkat dunia yang tadi dibanding dengan pangkat sorga?” tanyanya.
“Untuk Presiden, Jenderal, Profesor harus berpuluh-puluh tahun berkorban dan mengabdi pada Negara, nusa dan bangsa atau pada ilmu pengetahuan. Sedangkan untuk mendapat sorga harus berkorban untuk Allah segala-galanya. Berpuluh-puluh tahun terus menerus, bahkan berdasarkan agama Hindu atau Budha harus beribu-ribu kali hidup dan mengabdi, gres barangkali sanggup masuk Nirwana,” jawab Prof. Kadirun.
“Setuju, kata Bung Karno.
“Sekarang gres paham Profesor)” lanjut Bung Karno. Tampak mukanya cerah berseri dengan senyumnya yang khas. Dan kelihatannya Bung Karno belum ingin cepat-cepat bertanya untuk yang pokok masalah. “Saya dongeng sedikit dulu” kata Bung Karno.
“Silakan Bapak Presiden”.
“Saya telah melihat teman-teman saya meninggal dunia lebih dahulu dari saya, dan hampir semuanya matinya buruk mungkin alasannya yaitu banyak dosa. Sayapun banyak dosa dan saya takut mati jelek. Maka saya selidiki Al-Quran dan Al-Hadits bagaimana caranya supaya dengan gampang dosa saya terhapus, sanggup ampunan dan sanggup meninggal dengan tersenyum.”
“Sekarang gres paham Profesor)” lanjut Bung Karno. Tampak mukanya cerah berseri dengan senyumnya yang khas. Dan kelihatannya Bung Karno belum ingin cepat-cepat bertanya untuk yang pokok masalah. “Saya dongeng sedikit dulu” kata Bung Karno.
“Silakan Bapak Presiden”.
“Saya telah melihat teman-teman saya meninggal dunia lebih dahulu dari saya, dan hampir semuanya matinya buruk mungkin alasannya yaitu banyak dosa. Sayapun banyak dosa dan saya takut mati jelek. Maka saya selidiki Al-Quran dan Al-Hadits bagaimana caranya supaya dengan gampang dosa saya terhapus, sanggup ampunan dan sanggup meninggal dengan tersenyum.”
“Lantas saya ketemu dengan satu Hadits yang bagi saya sangat berharga. Bunyinya kira-kira mirip ini : Rasulullah berkata; Seorang perempuan penuh dosa berjalan di padang pasir, bertemu dengan seekor anjing dan kehausan. Wanita tadi mengambil gayung yang berisikan air dan memberi minum anjing yang kehausan itu. Rasul lewat dan berkata: Hai para sahabatku. Lihatlah, dengan memberi minum anjing itu, hapus dosa perempuan itu dunia dan akhirat. Ia jago sorga”.
“Nah Profesor, tadi engkau katakan bahwa untuk mendapat sorga harus berkorban segala-galanya, berpuluh-puluh tahun untuk Allah gres sanggup masuk sorga. Itupun barangkali. Sementara kini seorang perempuan yang berdosa dengan sedikit saja jasa, itupun pada seekor anjing pula, dihapuskan Tuhan dosanya dan ia jago sorga. How do you explain it Professor?” Tanya Bung Karno lanjut. Profesor Kadirun Yahya terlihat tidak eksklusif menjawab. Ia tenang sejenak. Lantas bangun dan meminta kertas.
“Presiden, tadi bapak katakan dalam 10 tahun tak ketemu jawabannya, coba kita lihat, mudah-mudahan dengan dukungan Allah dalam 2 menit saja saya coba memperlihatkan jawabannya dan memuaskan”, katanya.
Keduanya yaitu punya latar belakang ilmu eksakta (sains), Bung Karno yaitu seorang insinyur dan Profesor Kadirun Yahya yaitu jago kimia/fisika.
Di atas kertas Prof. Kadirun mulai menuliskan penjelasannya.
10/10 = 1 ;
“Ya” kata Presiden.
10/100 = 1/10 ; “Ya” kata Presiden.
10/1000` = 1/100 ;
“Ya” kata Presiden.
10/10.000 = 1/1000 ;
“Ya” kata Presiden.
10 / ∞ (tak terhingga) = 0 ;
“Ya” kata Presiden.
1000.000 … / ∞ = 0 ;
“Ya” kata Presiden.
(Berapa saja + Apa saja) /∞ = 0;
“Ya” kata Presiden.
Dosa / ∞ = 0 ;
“Ya” kata Presiden.
Nah…” lanjut Prof,
1 x ∞ = ∞ ;
“Ya” kata Presiden
½ x ∞ = ∞ ;
“Ya” kata Presiden.
1 zarah x ∞ = ∞ ;
“Ya” kata Presiden.
“… ini artinya, sang perempuan tadi, walaupun hanya 1 zarah jasanya, bahkan terhadap seekor anjing sekalipun, mengkaitkan, menggandengkan gerakannya dengan Allah SWT”
“Mengikutsertakan Allah SWT dalam gerakan-gerakannya, maka hasil dari gerakannya itu menghasilkan ibadah yang begitu besar, yang eksklusif dihadapkan pada dosa-dosanya, yang pada ketika itu juga hancur berkeping-keping. Ditorpedo oleh PAHALA yang Maha Besar itu. 1 zarah x ∞ = ∞ Dan, Dosa / ∞ = 0.
"Itulah dia jawabannya Presiden” jawab Profesor.
Keduanya yaitu punya latar belakang ilmu eksakta (sains), Bung Karno yaitu seorang insinyur dan Profesor Kadirun Yahya yaitu jago kimia/fisika.
Di atas kertas Prof. Kadirun mulai menuliskan penjelasannya.
10/10 = 1 ;
“Ya” kata Presiden.
10/100 = 1/10 ; “Ya” kata Presiden.
10/1000` = 1/100 ;
“Ya” kata Presiden.
10/10.000 = 1/1000 ;
“Ya” kata Presiden.
10 / ∞ (tak terhingga) = 0 ;
“Ya” kata Presiden.
1000.000 … / ∞ = 0 ;
“Ya” kata Presiden.
(Berapa saja + Apa saja) /∞ = 0;
“Ya” kata Presiden.
Dosa / ∞ = 0 ;
“Ya” kata Presiden.
Nah…” lanjut Prof,
1 x ∞ = ∞ ;
“Ya” kata Presiden
½ x ∞ = ∞ ;
“Ya” kata Presiden.
1 zarah x ∞ = ∞ ;
“Ya” kata Presiden.
“… ini artinya, sang perempuan tadi, walaupun hanya 1 zarah jasanya, bahkan terhadap seekor anjing sekalipun, mengkaitkan, menggandengkan gerakannya dengan Allah SWT”
“Mengikutsertakan Allah SWT dalam gerakan-gerakannya, maka hasil dari gerakannya itu menghasilkan ibadah yang begitu besar, yang eksklusif dihadapkan pada dosa-dosanya, yang pada ketika itu juga hancur berkeping-keping. Ditorpedo oleh PAHALA yang Maha Besar itu. 1 zarah x ∞ = ∞ Dan, Dosa / ∞ = 0.
"Itulah dia jawabannya Presiden” jawab Profesor.
Bung Karno membisu sejenak . “Geweldig (hebat)” katanya kemudian. Dan Bung Karno terlihat semakin penasaran.
Masih ada lagi pertanyaan yang ia ajukan. “Bagaimana biar sanggup korelasi dengan Allah SWT?” katanya.
Profesor Kadirun Yahya pun lanjut menjawabnya. “Dengan mendapat frekuensi-Nya. Tanpa mendapat frekuensi-Nya tak mungkin ada kontak dengan Allah SWT.”
“Lihat saja, walaupun satu mm jaraknya dari sebuah zender radio, kita letakkan radio dengan frekuensi yang tidak sama, maka radio kita itu tidak akan mengeluarkan bunyi dari zender tersebut. Begitu juga dengan Allah SWT, walaupun Dia berada lebih akrab dari kedua urat leher kita, tak mungkin ada kontak jikalau frekuensi-Nya tidak kita temukan, jelasnya.
“Bagaimana biar sanggup frekuensi-Nya, sementara kita yaitu insan kecil yang serba kekurangan ?” tanya Presiden kemudian.
“Melalui isi dada Rasulullah” jawab Prof.
“Dalam Hadits Qudsi berbunyi yang artinya : Bahwasanya Al-Quran ini satu ujungnya di tangan Allah dan satu lagi di tangan kamu, maka peganglah kuat-kuat akan dia” (Abi Syuraihil Khuza’ayya.r.a), lanjutnya.
Masih ada lagi pertanyaan yang ia ajukan. “Bagaimana biar sanggup korelasi dengan Allah SWT?” katanya.
Profesor Kadirun Yahya pun lanjut menjawabnya. “Dengan mendapat frekuensi-Nya. Tanpa mendapat frekuensi-Nya tak mungkin ada kontak dengan Allah SWT.”
“Lihat saja, walaupun satu mm jaraknya dari sebuah zender radio, kita letakkan radio dengan frekuensi yang tidak sama, maka radio kita itu tidak akan mengeluarkan bunyi dari zender tersebut. Begitu juga dengan Allah SWT, walaupun Dia berada lebih akrab dari kedua urat leher kita, tak mungkin ada kontak jikalau frekuensi-Nya tidak kita temukan, jelasnya.
“Bagaimana biar sanggup frekuensi-Nya, sementara kita yaitu insan kecil yang serba kekurangan ?” tanya Presiden kemudian.
“Melalui isi dada Rasulullah” jawab Prof.
“Dalam Hadits Qudsi berbunyi yang artinya : Bahwasanya Al-Quran ini satu ujungnya di tangan Allah dan satu lagi di tangan kamu, maka peganglah kuat-kuat akan dia” (Abi Syuraihil Khuza’ayya.r.a), lanjutnya.
Prof menyambung, “Begitu juga dalam QS.Al-Hijr :29 – Maka sehabis Aku sempurnakan dia dan Aku tiupkan di dalamnya sebagian rohKu, rebahkanlah dirimu bersujud kepadanya”. (ayat ini mengenai keutamaan Adam as sehingga malaikat dan jin diperintahkan untuk bersujud, yaitu sujud penghormatan bukan sujud menyembah)
“Nur Illahi yang terbit dari Allah sendiri yaitu tali yang aktual antara Allah dengan Rasulullah. Ujung Nur Illahi itu ada dalam dada Rasulullah. Ujungnya itulah yang kita hubungi, maka terang kita akan sanggup frekuensi dari Allah SWT”, kata Prof.
“Nur Illahi yang terbit dari Allah sendiri yaitu tali yang aktual antara Allah dengan Rasulullah. Ujung Nur Illahi itu ada dalam dada Rasulullah. Ujungnya itulah yang kita hubungi, maka terang kita akan sanggup frekuensi dari Allah SWT”, kata Prof.
Prof melanjutkan, “Lihat saja sunnatullah, hanya cahaya matahari saja yang satu-satunya hingga pada matahari. Tak ada yang hingga pada matahari melainkan cahayanya sendiri. Juga gas-gas yang saringan-saringannya tak ada yang hingga matahari, walaupun ‘edelgassen’ mirip : Xenon, Crypton, Argon, Helium, Hydrogen dan lain-lain. Semua vacuum!
Yang hingga pada matahari hanya cahayanya alasannya yaitu ia terbit darinya dan tak bercerai siang dan malamnya dengannya. Kalaulah matahari umurnya 1 (satu) juta tahun, maka cahayanyapun akan berumur sejuta tahun pula. Kalau matahari hilang maka cahayanyapun akan hilang. Matahari hanya sanggup dilihat melalui cahayanya, tanpa cahaya, mataharipun tak sanggup dilihat”.
“Namun cahaya matahari, bukanlah matahari – cahaya matahari yaitu getaran transversal dan longitudinal dari matahari sendiri (Prinsip Huygens)”, terang Prof.
Prof menyimpulkan, “Dan Rasulullah yaitu satu-satunya insan kiamat yang mendapat Nur Illahi dalam dadanya. Mutlak jikalau hendak mendapat frekuensi Allah, ujung dari nur itu yang berada dalam dada Rasulullah harus dihubungi.”
“Bagaimana cara menghubungkannya, sementara Rasulullah sudah wafat sekian lama?” tanya Presiden. “
Prof menjawab, “Memperbanyak sholawat atas Nabi tentu akan mendapat frekuensi Beliau, yang otomatis mendapat frekuensi Allah SWT.
–Tidak kukabulkan doa seseorang, tanpa shalawat atas Rasul-Ku. Doanya tergantung di awang-awang – (HR. Abu Daud dan An-Nasay).
Jika diterjemahkan secara akademis mungkin kurang lebih : “Tidak engkau mendapat frekuensi-Ku tanpa lebih dahulu mendapat frekuensi Rasul-Ku”.
Sontak Presiden berdiri. “You are wonderful” teriaknya. Sejurus kemudian, dengan merangkul kedua tangan profesor, Presidenpun bermohon : “Profesor, doakan saya supaya sanggup mati dengan tersenyum dibelakang hari nanti"
Jika diterjemahkan secara akademis mungkin kurang lebih : “Tidak engkau mendapat frekuensi-Ku tanpa lebih dahulu mendapat frekuensi Rasul-Ku”.
Sontak Presiden berdiri. “You are wonderful” teriaknya. Sejurus kemudian, dengan merangkul kedua tangan profesor, Presidenpun bermohon : “Profesor, doakan saya supaya sanggup mati dengan tersenyum dibelakang hari nanti"
Keutamaan Shalawat
Dari dongeng di atas terlihat bagaimana Prof Kadirun Yahya menghubungkan frekuensi Allah SWT dengan shalawat pada Rasulullah SAW. Sebenarnya kita diperintahkan untuk bershalawat pada Baginda Rasul sebagaimana dijelaskan Allah SWT dalam Surah Al AHZAB AYAT 56 :
Sesungguhnya Allah dan malaikat-malaikat-Nya bershalawat untuk Nabi. Hai orang-orang yang beriman, bershalawatlah kau untuk Nabi dan ucapkanlah salam penghormatan kepadanya.
Apa keutamaan shalawat kaitannya dengan rezeki?
a) Terkabulnya doa.
Setiap doa akan terhalang (untuk dikabulkan) hingga dibacakan shalawat kepada Muhammad dan keluarganya." (HR Thabrani).
Mau doa minta rezeki dikabulkan, jangan lupa sertakan shalawat sebelum doa-doa kita dimulai.
(baca : doa hebat untuk rezeki itu begini)
Mau doa minta rezeki dikabulkan, jangan lupa sertakan shalawat sebelum doa-doa kita dimulai.
(baca : doa hebat untuk rezeki itu begini)
b) Allah bershalawat padanya.
Barang siapa yang bershalawat kepadaku sekali, maka Allah akan bershalawat untuknya sepuluh kali." (HR Muslim).
Allah Sang Pembagi Rezeki bershalawat pada kita karenanya, isn't that cool?)
(baca : amalan bacaan penarik rezeki)
Allah Sang Pembagi Rezeki bershalawat pada kita karenanya, isn't that cool?)
(baca : amalan bacaan penarik rezeki)
c) Digugurkan dosanya dan ditinggikan derajatnya.
Barang siapa di antara umatmu yang bershalawat kepadamu sekali, maka Allah menuliskan baginya sepuluh kebaikan, menghapuskan dari dirinya sepuluh keburukan, meninggikannya sebanyak sepuluh derajat, dan mengembalikan kepadanya sepuluh derajat pula'." (HR Ahmad).
Bukankah dosa penghalang rezeki nomor satu? Supaya dosa sanggup berkurang dan kemungkinan rezeki sanggup lancar ya...banyak-banyakin shalawat pada baginda Rasul.
Bukankah dosa penghalang rezeki nomor satu? Supaya dosa sanggup berkurang dan kemungkinan rezeki sanggup lancar ya...banyak-banyakin shalawat pada baginda Rasul.
d.)Berdekatan dengan Rasulullah SAW kelak.
Manusia yang paling berhak bersamaku pada hari kiamat ialah yang paling banyak membaca shalawat kepadaku." (HR Tirmidzi).
Siapa yang gak pengen deketan baginda Rasul di hari darul abadi nanti? Bukankah masuk nirwana yaitu rezeki tertinggi yang diperoleh seorang hamba?
(baca : amalan sakti pembuka pintu rezeki)
Siapa yang gak pengen deketan baginda Rasul di hari darul abadi nanti? Bukankah masuk nirwana yaitu rezeki tertinggi yang diperoleh seorang hamba?
(baca : amalan sakti pembuka pintu rezeki)
Shalawat menyerupai penerang..
“Dialah yang bershalawat kepadamu (wahai manusia) dan malaikat-Nya (dengan memohonkan ampunan untukmu), supaya Dia mengeluarkan kau dari kegelapan kepada cahaya (yang terang). Dan yaitu Dia Maha Penyayang kepada orang-orang yang beriman” (QS al-Ahzab:43).
Lafazh bacaan sholawat yang paling ringkas yang sesuai dalil-dalil yang shahih yaitu :
اَللَّهُمَّ صَلِّ وَسَلِّمْ عَلَى نَبِيِّنَا مُحَمَّدٍ
Allahumma shallii wa sallim ‘alaa nabiyyinaa Muhammad.
“Ya Allah, limpahkanlah shalawat dan salam kepada Nabi kami Muhammad) .
[SHAHIH. HR. At-Thabrani melalui dua isnad, keduanya baik. Lihat Majma’ Az-Zawaid 10/120 dan Shahih At- Targhib wat Tarhib 1/273].
Sudahkah anda bershalawat hari ini?
Wallahu alam..
Demikianlah Artikel 10 Tahun Mencari Gres Ketemu Jawabannya
Sekianlah artikel 10 Tahun Mencari Gres Ketemu Jawabannya kali ini, mudah-mudahan bisa memberi manfaat untuk anda semua. baiklah, sampai jumpa di postingan artikel lainnya.
Anda sekarang membaca artikel 10 Tahun Mencari Gres Ketemu Jawabannya dengan alamat link https://lubukhatimuslim.blogspot.com/2020/12/10-tahun-mencari-gres-ketemu-jawabannya.html