Jangan Sekali-Kali Mengkufuri Rezeki

Jangan Sekali-Kali Mengkufuri Rezeki - Hallo sahabat Islam Itu Indah, Pada Artikel yang anda baca kali ini dengan judul Jangan Sekali-Kali Mengkufuri Rezeki, kami telah mempersiapkan artikel ini dengan baik untuk anda baca dan ambil informasi didalamnya. mudah-mudahan isi postingan Artikel penghalang, Artikel Pesan, yang kami tulis ini dapat anda pahami. baiklah, selamat membaca.

Judul : Jangan Sekali-Kali Mengkufuri Rezeki
link : Jangan Sekali-Kali Mengkufuri Rezeki

Baca juga


Jangan Sekali-Kali Mengkufuri Rezeki

Kufur ialah kebalikan dari syukur. Kufur artinya mengingkari, tidak mendapatkan dan tidak ridha terhadap nikmat Allah. Kufur juga sanggup berarti mempergunakan nikmat Allah bukan di jalan yang benar. Mempergunakan nikmat dan rezeki yang telah diberi Allah untuk melaksanakan maksiat. Rezeki yang diperoleh berupa harta dipergunakan pada jalan yang haram.

Rezeki Disyukuri Terasa Lapang, Rezeki Dikufuri Terasa Kurang

Sebelumnya kita telah membahas jika rezeki disyukuri terasa lapang. Mensyukuri rezeki artinya mendapatkan rezeki yang telah dianugerahkan Allah dengan ikhlas, banyak ataupun sedikit semuanya diterima. Sementara mengkufurinya ialah mengingkari semua nikmat Allah, banyak dipermasalahkan, sedikit apalagi. Orang yang kufur nikmat senantiasa merasa kurang dan tidak cukup, selalu membandingkan dirinya dengan orang lain. Jika orang lain mendapatkan lebih banyak dari dia, jikalau orang lain lebih sukses, lebih kaya dan lebih segala-galanya dari dirinya, maka ia tidak pernah tenang. Hatinya dipenuhi dengan rasa dengki dan iri. Jika kebetulan dianugerahi rezeki yang banyak selalu saja merasa tidak cukup dan kurang. Lalu apa hubungannya dengan rezeki.



Kufur menghalangi rezeki

Waktu kecil dulu kita pernah menerima pelajaran bahwa di alam kubur nanti ada pertanyaan dari malaikat penjaga kubur dari Allah. Yaitu kemana kita menghabiskan rezeki yang diberikan Allah. Meski ekspresi kita sanggup berbohong tapi anggota tubuh yang lain akan menjelaskan kemana penggunaan rezeki kita. Marilah kita berfikir bahwa dunia ini ialah cerminan akhirat. Artinya tidak perlu menunggu mati dan dikubur. Bisa saja pertanyaan itu kita tanyakan pada diri kita kini ini. Apakah aku sudah menggunakan rezeki Allah dengan baik, sudah mensyukuri nikmatNya, atau selama ini salah menggunakan kebaikan Allah ?

Banyak orang yang lupa pada Allah dikala sedang jaya. Tapi begitu kejayaannya dihilangkan oleh Allah, ia segera tersungkur ingat padaNya. Banyak orang yang lupa shalat, lupa mengaji dan lupa bederma dikala kaya, dikala berlimpah rezeki dan harta, tapi mendadak jadi alim begitu kejayaan itu hilang dari genggaman. Itulah sifat manusia.

Perhatikan diri kita apakah kita sudah mengelola pinjaman Allah dengan baik? Semua yang kita miliki ialah pinjaman dari Allah, termasuk rezeki kita. Tidak ada hak kepemilikan mutlak terhadap apa-apa yang kita miliki dan apa saja yang ada di sekeliling kita. Semuanya berasal dari Allah dan hanya milikNya. Kita hanya sanggup memakainya. Jika Allah berkehendak Dia sanggup menghilangkan emas segede gunung. Kalau Allah mau makanan sebanyak pasar makanan pun tidak sanggup kita makan satupun. Bahkan kita sendiripun tidak berhak atas keabadian tubuh kita. Kita bertambah tua, mendekati final hidup hingga datang saatnya maut menjemput kembali ke asalnya Allah Rabbul Alamin.

Apakah kita sudah mengelola pinjaman Allah dengan baik? Apakah kita lebih banyak menengok janda-janda renta yang miskin, bukan janda muda untuk dipacari. Tanyalah diri kita, mata dipakai untuk apa? Melihat barang-barang indah tapi haram? Atau melihat kesusahan orang banyak lantas tergerak membantu? Telinga ini dibawa untuk mendengar apa? Mendengar keburukan orang lantas membuatkan lebih jauh lagi? Atau mendengar jeritan laparnya tetangga yang tak punya, kemudian melangkahkan kaki untuk membantu? Semakin banyak kita merenung ihwal pinjaman-pinjaman Allah, nikmatNya, rezekiNya akan semakin membantu kita menghargai segala rezeki dan pemberianNya.

Akan halnya jikalau kita banyak membandingkan diri dengan rezeki orang lain maka kita tidak akan pernah bersyukur alasannya ialah selalu merasa kurang dan merasa Alah tidak adil pada kita. Bagaimana kita menghadapkan muka minta tambah rezeki pada Allah? Apakah tidak malu, kita belum bersyukur tapi terus-terusan minta tambah? Allah itu tidak harus diminta gres memberi. Kalau kita sanggup memanfaatkan rezeki Allah dijalanNya, Dia tidak akan segan-segan untuk menunjukkan perhiasan rezeki pada kita.

Terakhir, kembali lagi ke pertanyaan alam kubur, bahwa semua pinjaman Allah, semua rezekinya akan dipertanyakan ulang, kemana dan untuk apa kita gunakan? Bagaimana? Anda sanggup menjawab?
Wallahu alam.


Demikianlah Artikel Jangan Sekali-Kali Mengkufuri Rezeki

Sekianlah artikel Jangan Sekali-Kali Mengkufuri Rezeki kali ini, mudah-mudahan bisa memberi manfaat untuk anda semua. baiklah, sampai jumpa di postingan artikel lainnya.

Anda sekarang membaca artikel Jangan Sekali-Kali Mengkufuri Rezeki dengan alamat link https://lubukhatimuslim.blogspot.com/2020/07/jangan-sekali-kali-mengkufuri-rezeki.html

Iklan Atas Artikel

Iklan Tengah Artikel 1

Iklan Tengah Artikel 2

Iklan Bawah Artikel