Renungan Rezeki, Saya Yang Dulu Dan Saya Yang Sekarang

Renungan Rezeki, Saya Yang Dulu Dan Saya Yang Sekarang - Hallo sahabat Islam Itu Indah, Pada Artikel yang anda baca kali ini dengan judul Renungan Rezeki, Saya Yang Dulu Dan Saya Yang Sekarang, kami telah mempersiapkan artikel ini dengan baik untuk anda baca dan ambil informasi didalamnya. mudah-mudahan isi postingan Artikel cerita, yang kami tulis ini dapat anda pahami. baiklah, selamat membaca.

Judul : Renungan Rezeki, Saya Yang Dulu Dan Saya Yang Sekarang
link : Renungan Rezeki, Saya Yang Dulu Dan Saya Yang Sekarang

Baca juga


Renungan Rezeki, Saya Yang Dulu Dan Saya Yang Sekarang

hal berikut ini sanggup menjadi renungan buat saya dan kita semua Renungan Rezeki, Aku yang Dulu dan Aku yang Sekarang

RENUNGAN UNTUK KITA SEMUA

  • Mudah-mudahan hal-hal berikut ini sanggup menjadi renungan buat saya dan kita semua. 
(1) Aku sangat KAGUM 
  • DULU : kagum pada mereka yang sangat pandai, cerdas, berhasil dalam karier, mempunyai kehidupan yang makmur sejahtera. Hidup tampak nyaman, rezeki terus mengalir, seolah tak mempunyai kesusahan dan problem hidup (setidaknya itu yang tampak dari luar)
  • SEKARANG : kagum pada mereka yang andal di mata Allah, memahami agama dengan benar, memperhatikan ibadahnya, menyibukkan diri dalam dakwah dan amal saleh tanpa harus tampil menonjol. Mereka memukau dalam kesederhanaan dan kebersahajaan.
  • Tujuan insan diciptakan apa sih? Kan untuk mengabdi kepada Allah. Tidak duduk perkara menjadi orang sukses, berhasil, kaya, cerdas dan cerdik sepanjang semua itu semakin membuatnya bersyukur dan mendekatkan diri pada Allah, sesuai tujuan penciptaannya.
(2) Aku sangat MARAH
  • DULU : pada mereka yang kuanggap menginjak-nginjak harga diriku, mencemoh dan mengejekku. Kuanggap mereka mencoba-coba cari duduk perkara denganku dan mereka akan mendapatkan akibatnya. Aku tak takut untuk melawan dan menghancurkan siapapun yang coba menggangguku.
  • SEKARANG : pada mereka yang menyakiti hatiku kumemilih untuk BERSABAR dan MEMAAFKAN. Karena saya paham bahwa mereka dihadirkan untukku tujuannya entah sebagai berkah atau sebagai pembelajaran bagiku. (baca : mengapa rezeki saya pergi, hilang, atau diambil kembali?)
  • Jika seseorang murka pada kita membalas dengan marah, memaki tidak akan menciptakan kita lebih baik. Yang ada malah kita sama buruknya dengan mereka. Butuh 2 orang untuk memulai pertengkaran, permusuhan bahkan perkelahian. Tapi jikalau hanya satu orang maka tidak akan terjadi. Untuk apa memperbanyak lawan dan musuh?
(3) Aku memilih....
  • DULU : dunia dan segala isinya alasannya ialah kupikir itulah yang akan membuatku bahaya. Rezeki yang diberi Allah kutumpuk sedemikian rupa untuk menyenangkan hatiku. Tapi diantara tumpukan harta benda itu saya mencicipi kehampaan. Aku tak mencicipi kepuasan dan terus menerus menambahnya alasannya ialah saya selalu merasa kurang.
  • SEKARANG : untuk bersyukur dengan semua yang saya miliki. Aku sadar bahwa rezekiku hanya yang 3 ini. Jika semua itu sudah terpenuhi (pasti terpenuhi) saya mencicipi kebahagiaan. Tumpukan harta yang tadinya membuatku hampa saya bagi bagi mereka yang membutuhkan.
  • Hidup yang bermakna bukanlah yang berlimpah rezeki dan harta benda tapi yang berlimpah manfaat. Buat apa harta dan rezeki banyak tapi tidak bermanfaat? Harta yang banyak tanggung jawabnya besar. Karena nanti kita akan ditanya di Yaumul Hisab nanti kemana harta itu kita manfaatkan?
(4) Aku berpikir..
  • DULU : sanggup membahagiakan orangtua, saudara, keluarga dan orang di sekitarku jikalau saya berhasil meraih dunia. Sukses dalam karier, berharta banyak, keluarga serasi dan melimpahi mereka semua dengan kenyamanan materi.
  • SEKARANG : yang mereka butuhkan bukannya bahan yang banyak dariku tapi kehadiranku ketika dibutuhkan, perilaku dan perhatianku pada mereka, ucapan yang lembut dan tingkah laris yang menyenangkan hati mereka. (baca : jadikan orangtuamu raja, maka rezeki menyerupai rezeki raja).
  • Buat apa harta banyak tapi malah menjauhkan kita dari orang terkasih? Mereka tidak butuh harta kita, tapi kehadiran kita di sisi mereka. Kesediaan kita membantu ketika mereka butuh. Kesediaan kita mendengar keluh kesah di ketika mereka berduka, dan kesediaan membagi kebahagiaan dengan mereka. Jangan hingga kesibukan mengejar dunia menciptakan kita lupa bahwa kita punya keluarga, orangtua, saudara, teman dan orang-orang yang peduli pada kita.
(5) Aku membuat..
  • DULU : rencana-rencana andal untuk masa depanku. Cita-citaku yang ingin merengkuh dunia dengan serangkaian planning untuk mencapainya. Tahapan-tahapan hidupku telah kufokuskan untuk mencapai impian besar itu. Tapi.. kulihat satu demi satu kawan-kawanku pergi menghadap Sang Khalik ketika berjuang untuk mencapai cita-citanya sama sepertiku.
  • SEKARANG : hidupku fokus pada ibadah dan amal saleh, bagaimana hidupku berkenan di mata Allah dan sesama. Karena kematian itu sanggup setiap saat. Aku tak ingin pergi menghadapNYA tanpa membawa bekal yang cukup. Aku aib padaNYA yang telah begitu baik menganugerahiku rezeki dan kecukupan tapi ku hanya tiba tanpa modal. Celakalah aku!
  • Dunia ini ialah daerah transit / daerah persinggahan semata. Jika tiba waktunya kita meninggalkan daerah ini, maka kita tak sanggup menolaknya. Kematian sanggup tiba esok atau lusa, siapkah kita?
  • Wallahu alam
    hal berikut ini sanggup menjadi renungan buat saya dan kita semua Renungan Rezeki, Aku yang Dulu dan Aku yang Sekarang


Demikianlah Artikel Renungan Rezeki, Saya Yang Dulu Dan Saya Yang Sekarang

Sekianlah artikel Renungan Rezeki, Saya Yang Dulu Dan Saya Yang Sekarang kali ini, mudah-mudahan bisa memberi manfaat untuk anda semua. baiklah, sampai jumpa di postingan artikel lainnya.

Anda sekarang membaca artikel Renungan Rezeki, Saya Yang Dulu Dan Saya Yang Sekarang dengan alamat link https://lubukhatimuslim.blogspot.com/2016/07/renungan-rezeki-saya-yang-dulu-dan-saya.html

Iklan Atas Artikel

Iklan Tengah Artikel 1

Iklan Tengah Artikel 2

Iklan Bawah Artikel