Bolehkah Pendakwah Dijadikan Profesi Untuk Mencari Rezeki?

Bolehkah Pendakwah Dijadikan Profesi Untuk Mencari Rezeki? - Hallo sahabat Islam Itu Indah, Pada Artikel yang anda baca kali ini dengan judul Bolehkah Pendakwah Dijadikan Profesi Untuk Mencari Rezeki?, kami telah mempersiapkan artikel ini dengan baik untuk anda baca dan ambil informasi didalamnya. mudah-mudahan isi postingan Artikel cerita, Artikel kisah, yang kami tulis ini dapat anda pahami. baiklah, selamat membaca.

Judul : Bolehkah Pendakwah Dijadikan Profesi Untuk Mencari Rezeki?
link : Bolehkah Pendakwah Dijadikan Profesi Untuk Mencari Rezeki?

Baca juga


Bolehkah Pendakwah Dijadikan Profesi Untuk Mencari Rezeki?

Menjadi pendakwah (da'i) itu panggilan.

  • Katakanlah ada seorang cowok jebolan pesantren dan bertekad melanjutkan pekerjaan para nabi yaitu menjadi penggiat dakwah. Dia sangat memahami hadits Rasulullah untuk memberikan walaupun hanya satu ayat. Ia merasa perlu untuk memberikan apa yang telah dipelajarinya di pesantren kepada umat, biar umat bisa mengetahui jalan yang benar dan gotong royong menuju keridhaan Allah SWT.
  • Menjadi pendakwah itu panggilan, alasannya tidak semua muslim bersedia untuk memberikan apa yang diketahuinya. Tidak semua muslim bisa bangkit di depan orang banyak memberikan kebenaran. Tidak semua muslim mau menyisihkan waktu mempelajari Al Alquran dan hadits kemudian mengajarkannya pada orang lain. Tidak semua muslim mau menjadi dai yang dianggap profesi yang susah kaya.... Mending jadi dokter, arsitek atau pebisnis sukses yang sudah terang bisa ngasilin duit lebih banyak. Makara pendakwah..??? mmmmm.... (mikir)

  • Lanjut pada dongeng anak muda di atas. Dia mulai meluruskan niat dan bertekad bahwa niatnya menjadi pendakwah semata-mata alasannya Allah Taala sehingga tak ingin aktivitasnya ternoda oleh amplop berisi uang yang diberikan sebagai balas jasa atas ceramah yang disampaikannya. Tapi sebagai manusia, ia butuh uang dan penghasilan tetap untuk hidup. Menerima uang sebagai balas jasa itu sama saja merendahkan diri baginya. Dia berharap bahwa balas jasa yang diterimanya hanya dari Allah menyerupai niatnya semula. 
  • Tapi bagaimana dengan kebutuhan hidupnya? Dia perlu makan, perlu berpakaian, perlu daerah tinggal bahkan butuh kendaraan untuk membantunya menuju daerah ceramah. Tapi semua itu butuh uang. Bagaimana kalau amplop berisi uang itu diterima saja? Toh niatnya tetap untuk Allah, amplop berisi uang itu juga rezeki dari Allah bukan?



Keperluan hidup versus tujuan hidup

  • Bagi seorang da'i perbedaan antara tujuan hidup dan keperluan hidup itu sangat jelas. Keperluan hidup ialah semua yang diharapkan untuk hidup, menyerupai makanan, pakaian, daerah tinggal, pendidikan, kendaraan, korelasi sosial dan berkeluarga. Tujuan hidupnya ialah meraih keridhaan Allah SWT melalui amal ibadahnya termasuk lewat kegiatan dakwah dan ceramahnya. 
  • Meski sangat paham bahwa rezeki sudah dijamin Allah, sang da'i pun tahu bahwa rezeki takkan tiba lewat berpangku tangan, tapi wajib diupayakan dengan usaha. Usaha ini yang menjadi tanda tanya. Apakah boleh pendakwah itu dianggap profesi yang ngasilin duit untuk membiayai keperluan hidup? Atau mencari profesi lain sebagai penopang hidup tanpa harus berhenti jadi penggiat dakwah?
  • Banyak pendakwah yang menentukan pekerjaan sebagai usahawan, penjahit, perjuangan katering dan profesi penghasil uang lainnya untuk memenuhi keperluan hidupnya. Tapi tidak sedikit juga pendakwah yang menimbulkan kegiatan dakwahnya sebagai profesi dan menentukan tarif sesuai durasi/lama ceramahnya. Beberapa diantaranya pun mengiklankan dirinya biar dipanggil ceramah pada kelompok pengajian atau majelis taklim tertentu, tentu saja dengan imbalan sehabis ceramah selesai. Kalau imbalannya cocok, kalau diundang kali berikutnya semangat, tapi kalau imbalannya tak seindah harapan, ogah tiba kalau diundang lagi.

Bolehkah pendakwah dijadikan profesi buat nyari rezeki?

  • Bukan kapasitas saya untuk menyampaikan BOLEH atau TIDAK BOLEH. Karena sekali lagi ini ialah pilihan hidup. Saya sangat menghargai mereka yang mengabdikan hidupnya di jalan dakwah, menyebarluaskan kebaikan dan mengajak pada kebenaran itu sangat mulia. 
  • Tapi saya punya anutan sendiri bahwa seorang penggiat dakwah, balasannya ialah dari Allah SWT. Idealismenya untuk lillahi taala harusnya makin kokoh dan tak tercemari hal-hal yang sifatnya duniawi.
  • Bila setiap pendakwah mempunyai sumber penghasilan sendiri dan tidak menimbulkan pendakwah sebagai profesi untuk mencari nafkah, mencari materi, itu jauh lebih baik, alasannya :

# 1. LEBIH TERHORMAT
  • Jika seorang pendakwah punya sumber penghasilan sendiri untuk memenuhi keperluan hidupnya selain dari infak umat, alangkah terhormatnya mereka. Mereka memikirkan umat tanpa harus jadi beban umat. Kehormatan mereka tetap terjaga, alasannya mereka ini berdikari secara ekonomi. Apalagi kalau kegiatan ekonominya bisa ditingkatkan dan ditangani secara profesional, diperlakukan sebagai sebuah bisnis yang serius maka hasilnya pun bisa lebih banyak dan leih bermanfaat bagi umat juga. Lewat bisnis tersebut menyerap tenaga kerja, memutar roda ekonomi dan memberdayakan umat. 
  • Mereka juga jauh lebih dihormati dan disegani oleh umat, alasannya paham bahwa tujuannya berdakwah alasannya Allah semata dan tak bersedia mendapatkan amplop berisi uang. Bukan alasannya tak butuh tapi semata-mata memurnikan niat.

# 2. LEBIH FOKUS
  • Bukan diam-diam lagi kalau banyak pendakwah yang terlalaikan dari tujuan hidupnya untuk berdakwah alasannya fokus mencari bahan (harta) biar sanggup memenuhi keperluan hidupnya. Jadinya ia tidak fokus dengan isi ceramah dan bahan yang disampaikannya, alasannya padatnya jadwal yang harus dipenuhinya dari seruan satu ke seruan lainnya demi "kejar setoran". 
  • Tapi jikalau seorang pendakwah bisa memenuhi keperluannya dari profesi lainnya, ia bisa lebih fokus memikirkan umat, bisa memperhatikan bahan yang akan disampaikannya dan tak perlu harus lelah " mengejar setoran" dari satu program ke program lainnya. (baca : bagaimana Islam memandang rezeki dan harta)

# 3. TAK TERCEMARI NIATNYA.
  • Menjadi penggiat dakwah itu niatnya harus lillahi taala, hanya alasannya Allah. Memurnikan niat ini yang perlu dijaga oleh setiap da'i. Kalau motif dakwah sudah tercemari oleh bahan agak sulit mengharapkan isi ceramahnya berbobot. Karena kadang isi ceramah harus sesuai dengan pesanan alias kehendak si pemesan (pernah memperhatikan pendakwah yang ikut dalam kampanye calon yang ikut pilkada?). Sang pemesan berani membayar mahal yang penting bahan ceramahnya harus mengajak orang menentukan kandidat tertentu misalnya. Akhirnya ceramahnya jadi tak independen dan sepihak.
  • Kalau punya penghasilan sendiri yang cukup, tak perlu pusing dengan imbalan jasa berupa bahan yang dijanjikan / diberikan pihak pengundang. Berani menolak seruan yang memberi persyaratan tertentu meski berani memberi imbalan yang besar. Bukannya menolak rezeki, alasannya tidak ada rezeki yang bisa ditolak manusia. Karena niatnya berdakwah semata-mata mencari keridhaan Allah, bukan keridhaan manusia.

# 4. TAK PERLU MENJADI BEBAN
  • Ada juga kecenderungan pendakwah yang berpikir bahwa dirinya toh sudah memikirkan umat, jadi umat juga harus balas memikirkan dirinya. Amplop berisi uang itu menjadi haknya alasannya ia telah memikirkan dan membantu permasalahan umat, lewat ceramahnya. Umat harusnya beruntung masih ada orang yang bersedia berdakwah menyerupai dirinya.
  • Sadarkah kalau bergotong-royong itu menciptakan dirinya menjadi beban umat? Rasulullah SAW bersabda, bahwa kalau ada seseorang yang keluar dari rumahnya untuk bekerja guna membiayai anaknya yang masih kecil, maka ia telah bekerja fi sabilillah. Jika ia bekerja untuk dirinya sendiri biar tidak hingga meminta-minta pada orang lain, itu fi sabilillah. Tapi apabila ia bekerja untuk pamer atau untuk bermegah-megahan maka itu fi sabilisyaithan alias mengikuti jalan syaitan.
  • Bekerja untuk mencari nafkah, derajatnya sama dengan fi sabilillah. Tapi kalau menimbulkan kegiatan dakwah demi mengejar bahan dan membebankannya kepada umat itu tidak benar.

# 5. MAMPU MELIHAT PERMASALAHAN UMAT SECARA LEBIH BAIK.
  • Permasalahan umat sangat beragam, sehingga pendakwah perlu menginventarisir duduk problem yang dihadapi masyarakat menurut prioritas. Ibaratnya kita berada di kapal yang tenggelam, menyelamatkan penumpang kemudian mencari sumber kebocoran dan menanganinya itu lebih prioritas dibanding membereskan meja dingklik yang acak-acakan alasannya kapal hendak tenggelam atau sibuk menyelamatkan diri sendiri dan harta benda milik langsung tanpa peduli penumpang lainnya lagi meregang nyawa berusaha bertahan hidup.
  • Ada yang berpikir bahwa berdakwah dan mencari nafkah sama-sama perintah Allah dan rasul serta sama-sama dedikasi kepada Allah, maka apa salahnya dakwah dijadikan lahan penghidupan, sumber nafkah dan rezeki? Jika demikian maka pendakwah fokus pada pihak pengundang. Materi yang disampaikannya pun sudah tak imbang lagi, alasannya menurut pesanan, menurut keinginan pengundang. Kalau pihak pengundang tidak memuaskan, bakal kecewa dan ogah tiba lagi. Permasalahan umat bukan masalahnya, itu urusan pemerintah, ia toh juga punya perkara dan kebutuhan yang harus dipenuhi sendiri.
  • Belum lagi bagi mereka yang terlalaikan hidupnya dari tujuan utama untuk berdakwah tapi lebih banyak disibukkan dengan kegiatan non dakwah. Sibuk dengan bisnis, ikut bermain di kancah politik, sibuk dalam kegiatan sosial kelompok / golongan tertentu. Mereka berlindung dalam dalih bahwa ini juga bentuk dakwah yang lain. Benarkah? Banyak yang kesannya melupakan kegiatan dakwah alasannya waktunya habis mengurusi hal lainnya.
  • Rasulullah SAW pernah memboikot 3 orang andal Badar saat mereka dengan sengaja tidak ikut perang / jihad. Secara sosial mereka dikucilkan, salamnya tidak dijawab, keluarganya dipisahkan, hingga beberapa waktu bumi terasa jadi sempit bagi mereka. Mereka dikucilkan bukan alasannya tidak membayar zakat, bukan pula alasannya meninggalkan ibadah, tapi alasannya meninggalkan apa yang menjadi prioritas yang sangat mendesak kala itu. 

KESIMPULAN.

  • Menjadi pendakwah itu mulia. Anda menempatkan dakwah sejajar dengan mencari nafkah? Sesungguhnya kedua hal itu sangat berbeda dan tak bisa disamakan. Jadilah pendakwah yang terhormat serta dihormati umat. Letakkan kewibawaan anda sebagai abdi Allah yang memberikan risalahnya semata-mata alasannya Allah. 
  • Dakwah ialah kewajiban dan mencari nafkah juga keharusan. Jalan tengahnya, sukseskan keduanya, biar kita menjadi insan yang paripurna. Mandiri secara ekonomi dan memberikan dakwah yang independen, tak tercemari hal-hal lainnya.
  • Wallahu alam.

DISCLAIMER :
  • Tulisan ini tidak ditujukan pada kelompok orang atau langsung tertentu, tapi hanya pendapat langsung saja. 


Demikianlah Artikel Bolehkah Pendakwah Dijadikan Profesi Untuk Mencari Rezeki?

Sekianlah artikel Bolehkah Pendakwah Dijadikan Profesi Untuk Mencari Rezeki? kali ini, mudah-mudahan bisa memberi manfaat untuk anda semua. baiklah, sampai jumpa di postingan artikel lainnya.

Anda sekarang membaca artikel Bolehkah Pendakwah Dijadikan Profesi Untuk Mencari Rezeki? dengan alamat link https://lubukhatimuslim.blogspot.com/2016/05/bolehkah-pendakwah-dijadikan-profesi.html

Iklan Atas Artikel

Iklan Tengah Artikel 1

Iklan Tengah Artikel 2

Iklan Bawah Artikel