Bayarnya Ke Allah

Bayarnya Ke Allah - Hallo sahabat Islam Itu Indah, Pada Artikel yang anda baca kali ini dengan judul Bayarnya Ke Allah, kami telah mempersiapkan artikel ini dengan baik untuk anda baca dan ambil informasi didalamnya. mudah-mudahan isi postingan Artikel Amalan, yang kami tulis ini dapat anda pahami. baiklah, selamat membaca.

Judul : Bayarnya Ke Allah
link : Bayarnya Ke Allah

Baca juga


Bayarnya Ke Allah

Mbah Jum si serba bisa  

Sebuah dongeng perihal kesederhanaan dan filosofi yang menciptakan hidup tenteram dan rezeki lancar. Mbah Jum sosok perempuan bau tanah yang sederhana, pekerjaannya berdagang tempe. Biasanya ia diantar oleh cucunya yang bekerja sebagai buruh panggul di pasar. Ada yang istimewa dari Mbah Jum ini yaitu ia buta semenjak lahir. Meski begitu ia menentukan jualan daripada mengemis. Dia tidak ingin menghinakan diri dengan mengharap belas kasihan manusia. Karena baginya hanya kepada Allah lah kita berharap bukan kepada mahlukNya.


Tidak hingga 2 jam dagangan tempe mbah Jum sudah terjual habis. Mbah Jum selalu pulang paling awal dibanding pedagang lainnya. Sebelum pulang mbah Jum selalu meminta cucunya menghitung uang hasil dagangannya hari itu. Dan menariknya, bila cucunya menyebut angka lebih dari 50 ribu rupiah, mbah Jum selalu minta cucunya itu mampir ke masjid pasar dan memasukkan uang lebihnya itu ke kotak amal.
Modal untuk bikin tempe cuma 20 ribu. Menurutnya paling banyak dapetnya ya 50 ribu rupiah setiap hari. Kalau hingga lebih berarti itu kelebihan itu milik Allah dan harus dikembalikan lagi ke Pemliknya. Karena menganggap masjid yaitu rumah Allah sehingga mbah Jum selalu menyuruh cucunya untuk memasukkan ke kotak amal mesjid.

Luar biasa bukan si Mbah ini? Bukankah itu haknya dan bisa diputar jadi modal lagi? Tapi bukan begitu yang dilakukan simbah yang disela-sela menunggu pembeli senantiasa bershalawat memuji Baginda Nabi.
Jika setiap hari membawa pulang uang hanya 50 ribu rupiah berarti jumlah tempe yang dibawanya pun sama, sebab dipatok dengan modal 20 ribu rupiah per hari. Tapi apakah hasil jualannya juga sama setiap hari? Ternyata tidak ! Menurut cucunya, kalau ada yang beli tempe, sebab simbah tidak bisa melihat, simbah selalu bilang, ambil sendiri kembaliannya. Tapi mereka para pembeli itu selalu bilang, uangnya pas, gak ada kembalian. Padahal banyak dari mereka yang membeli tempe seharga 5 ribu, bayarnya pake uang 20 ribu. Ada yang beli tempe seharga 10 ribu dan bayar pake uang 50 ribu. Dan mereka semua selalu bilang uangnya pas, gak ada kembalian. Konon pernah suatu hari simbah sanggup uang 350 ribu. Ya 300 ribunya dimasukkan di kotak amal masjid.

Bukankah orang menyerupai ini langka? Disaat semua orang ingin semuanya menjadi uang, bahkan bila bisa kotorannya sendiripun disulap menjadi uang, tapi ini mbah Jum... Aahhh…. Logika kita yang hidup di kurun kemoderenan jahiliyah ini memang belum sampai.
Aktivitas selanjutnya sepulang dari pasar jualan yaitu simbah eksklusif masak untuk makan siang dan malam. Ternyata mbah Jum ini serba bisa, selain jualan tempe ia juga seorang tukang pijat bayi (begitulah orang dikampung itu menyebutnya). Bila ada bawah umur yang dikeluhkan demam, batuk, pilek, rewel, kejang, diare, muntah-muntah dan lain-lain, biasanya orangtua mereka akan eksklusif mengantarkan ke rumah mbah Jum. Bahkan bukan hanya untuk pijat bayi dan anak-anak, mbah Jum juga bisa membantu pemulihan kesehatan bagi orang remaja yang mengalami keseleo, memar, patah tulang, dan sejenisnya. 
Ternyata di balik kekurangannya Allah memeberikan kelebihan pada Mbah Jum.

Mbah Jum tidak pernah menawarkan tarif untuk jasanya itu, padahal ia tak keberatan diganggu 24 jam bila ada yang butuh pertolongannya. Bahkan bila ada yang menawarkan imbalan untuk jasanya itu, ia selalu masukan lagi semuanya ke kotak amal masjid. Ya, semuanya, 100% ! 
Kenapa harus semuanya dimasukkan ke kotak amal ? Bukankah itu hak simbah dan ia bisa memakai untuk membeli keperluan dan menciptakan hidupnya lebih layak.
Mbah Jum memberi klarifikasi begini :
"Saya itu bekerjsama nggak pinter mijit. Kalau ada yang sembuh sebab saya pijit, itu bukan sebab saya, tapi sebab gusti Allah. Jadi bayarnya bukan sama saya, tapi sama gusti Allah."

Wajah keriput mbah Jum nampak bersinar. Manusia yang tiba dari peradaban kapitalis akan terkaget-kaget dikala dihadapkan oleh peradaban sedekah tingkat tinggi macam ini. Di kurun kapitalis menyerupai kini ini orang sekarat saja masih bisa dijadikan lahan bisnis. Orang miskin tidak boleh sakit, katanya. Karena rumah sakit dan pelayanan medis itu mahal dan mereka tidak mendapatkan pasien yang tak bisa bayar. Yang punya kartu BPJS pun kerap dipandang sebelah mata. Apalagi kini BPJS konon merugi milyaran rupiah.....
Anyway lanjut soal Mbah Jum yang luar biasa ini..
Mbah Jum tinggal bersama 5 orang cucunya. Sebenarnya yang cucu kandung mbah Jum hanya satu, yaitu yang paling besar usia 20 tahun (laki-laki), yang selalu mengantar dan menemani mbah Jum berjualan tempe dipasar. Sisanya yang 4 orang lagi itu yaitu bawah umur yatim piatu dari tetangganya yang dulu rumahnya kebakaran. Masing-masing mereka berumur 7- 12 tahun.
Dikarenakan kondisinya yang tuna netra semenjak lahir, menciptakan mbah Jum tidak bisa membaca dan menulis, namun ternyata ia hafal 30 juz Al-Quran. Subhanallah!

Cucunya yang paling besar ternyata guru mengaji untuk bawah umur di kampung mereka. Ke-4 orang cucu-cucu angkatnya ternyata semuanya sudah khatam Al-Quran, bahkan 2 diantaranya sudah ada yang hafal 6 juz dan 2 juz.
Mengenai keadaannya Mbah Jum menyampaikan :
"Saya ini orang kampung. Tidak bisa melihat apapun dari bayi. Alhamdulillah kehendak gusti Allah, saya diberi keberkahan, bisa hafal Al-Quran. Gusti Allah itu benar-benar sayang sama saya."

Mbah Jum tidak kaya, tidak berlebih harta, tak hidup glamor tapi hidupnya tenang. Dia tak diperbudak trend. Mencari rezeki pun secukupnya, menyerahkan pada Allah SWT. Jika berlebih semua tidak dimakannya, lebih banyak ia kembalikan pada Allah SWT lewat sedekah. Mungkin kita bertanya bagaimana mungkin Mbah Jum bisa hidup dengan 50 ribu rupiah perhari, dengan tanggungan 5 orang cucu. Kalo pun dibantu oleh cucu tertuanya, berapa sih penghasilan seorang buruh panggul setiap hari? 
Tapi begitulah Allah memelihara hambaNya. Allah lah yang menjamin hidupnya, sederhana tapi berkah. Meski matanya tak melihat tapi batinnya bercahaya, jauh lebih terang dari matanya.
Kurasa dikala ini bidadari nirwana iri melihat mbah Jum, sebab kelak di nirwana para bidadari itu akan menjadi pelayan bagi mbah Jum.

Wallahu alam


Demikianlah Artikel Bayarnya Ke Allah

Sekianlah artikel Bayarnya Ke Allah kali ini, mudah-mudahan bisa memberi manfaat untuk anda semua. baiklah, sampai jumpa di postingan artikel lainnya.

Anda sekarang membaca artikel Bayarnya Ke Allah dengan alamat link https://lubukhatimuslim.blogspot.com/2006/05/bayarnya-ke-allah.html

Iklan Atas Artikel

Iklan Tengah Artikel 1

Iklan Tengah Artikel 2

Iklan Bawah Artikel