Mengapa Muslim Harus Jadi Pengusaha?

Mengapa Muslim Harus Jadi Pengusaha? - Hallo sahabat Islam Itu Indah, Pada Artikel yang anda baca kali ini dengan judul Mengapa Muslim Harus Jadi Pengusaha?, kami telah mempersiapkan artikel ini dengan baik untuk anda baca dan ambil informasi didalamnya. mudah-mudahan isi postingan Artikel Pesan, Artikel tips, yang kami tulis ini dapat anda pahami. baiklah, selamat membaca.

Judul : Mengapa Muslim Harus Jadi Pengusaha?
link : Mengapa Muslim Harus Jadi Pengusaha?

Baca juga


Mengapa Muslim Harus Jadi Pengusaha?

Self Sufficient (Memenuhi Kebutuhan Sendiri)


Mengapa muslim harus jadi pengusaha, bisnismen, enterpreneur, wirausaha? Biar bisa memenuhi kebutuhan umat Islam sendiri. Kita mencari rezeki dan menebar rezeki bagi saudara-saudara kita sesama muslim dan non muslim juga kecipratan baiknya.
Jika umat Islam butuh pakaian, maka diantara kita harus ada yang jadi produsen atau pengusaha baju, biar bisa memproduksi pakaian yang islami, yang sesuai dengan aturan syariat agama. Dan yang memasarkan (marketingnya) juga harus muslim biar yang dipasarkan yang sesuai dengan kita.

Kalo yang memproduksi non muslim kesudahannya model bajunya dibentuk sesuka hati mereka, terbuka di sana, compang camping di sini kesudahannya aurat jadi terbuka alasannya ialah model pakaian yang dijual tidak ada yang sesuai. Terus yang memasarkan non muslim jadinya suka-suka ia menjual apa yang laris dan paling diidamkan konsumen meskipun itu melanggar syariat agama.
(baca : kiat menjadi pengusaha sukses penarik rezeki)

Contoh lain kalo muslim butuh roti, maka diantara kita harus ada yang jadi produsen dan pengusaha roti, biar yang dijual ialah roti yang halal alasannya ialah dibentuk dari bahan-bahan yang halal.
Kalo ada jutaan produk atau barang yang kita butuhkan, maka harus ada jutaan pula muslim di seluruh dunia yang harus jadi produsen dan mengusahakan produk tersebut baik skala nasional maupun internasioanal, punya daya saing yang mumpuni dengan produk orang non muslim. Kalo sekedar tingkat RT, RW, atau lokalan belum bisa dibilang punya daya saing yang kompetitif, wong skalanya masih kecil kok.

Utamanya produsen dan pengusaha (bisnis) kuliner dan minuman.
Untuk urusan produk yang masuk ke dalam perut ini termasuk hasil-hasil pertanian (buah, sayur, ternak, hasil laut/perikanan), sembako, yang berkaitan dengan kelangsungan hidup, maka kita wajib produksi sendiri dan sekaligus untuk dikonsumsi.
Sebagai muslim harusnya kita tahu bagaimana menumbuhkan tanaman yang baik, pupuk apa yang harus diberi yang tidak merusak tanah dan pestisida jenis apa yang harus disemprotkan yang tidak jadi residu pada hasil panen dan bisa merusak kesehatan. Tak ada lagi dongeng jual ayam tiren (mati kemaren), bakso celeng, sayur dan buah busuk, mengakali timbangan dan sebagainya.
(baca : tips mendatangkan rezeki untuk pengusaha kuliner)

Termasuk pula, banyakin bisnis masakan untuk menyediakan kawasan makan, restauran, warung, kantin, kafe halalan thoyyiban (halal lagi baik) bagi Umat Islam.
Karena bekerjsama kita bisa untuk melaksanakan itu. Cuma selalu terbentur dengan "making excuses" membuat alasan yang membuat kita tidak bisa berubah hidupnya.
Dari pengalaman, isu ataupun hasil googling menunjukkan bahwa bisnis masakan termasuk jual sembako mempunyai potensi profit sangat besar. Angka pastinya saya gak tau tapi nolnya berbagai hehehe... Mereka ini bisnis yang modalnya cepat balik. Siapa sih yang gak butuh makan? Orang jaman now pun lebih sering makan di luar daripada masak sendiri di rumah.
Kalo yang usaha kuliner itu non muslim tingkat kecolongan dan penyimpangannya bisa jadi sangat tinggi. Karena mereka gak tau kan apa yang halal/haram/mubah/makruh untuk orang Islam.
Kecolonganlah kuliner kita di beri sengaja atau tidak, P3 (Pengawet, Pewarna, Perasa), belum lagi buat ngenakin kuliner dikasi minyak atau daging babi. Belum lagi soal penyimpangan. Sapi dikasi minum air berlebihan biar kalo dipotong dagingnya lebih berat timbangannya, ayam disuntik formalin biar tahan dan kekal berhari-hari dan sebagainya..
Kasusnya udah banyak banget dan udah menelan korban juga.

Proses pengolahan pun bisa jadi masalah.
Misalnya ayam itu hakihatnya halal, tapi cara dan  teknis penyembelihannya salah dan tidak menyebut nama Allah (Basmallah), atau pengolahannya bercampur kotoran dan darah, MAKA daging ayam itu menjelma HARAM ketika dikonsumsi.
Hanya gara-gara mereka yang memproduksi itu gak tau atau masa udik maka kita hanya jadi obyek, konsumen yang gak ngerti, dan hanya jadi penikmat doang tanpa tau kalo bekerjsama kita "dikerjain"
Yang sedihnya.... mereka itu meraup untung dari bisnis mereka dengan mengorbankan kita. Dan parahnya sebagian laba mereka dipake untuk membuat senjata, membuat propaganda untuk menghancurkan kita umat Islam. Di beberapa belahan dunia kita lihat nasib saudara-saudara kita sesama muslim yang jadi objek penderita alasannya ialah secara ekonomi dan politik mereka itu lemah...

Bukan hanya lewat peperangan kita pelan-pelan dimusnahkan mereka terlalu cerdas untuk menghamburkan banyak sumberdaya (perang, senjata, militer itu ialah insustri yang high cost, berbiaya tinggi)
TAPI lewat perdagangan / bisnis yang dikuasai mereka. Dalam penguasaan itu mereka bisa membuat produk haram termasuk rokok (narkoba) dan minuman beralkhohol yang bikin kecanduan semoga gampang bisa di beli dan dikonsumsi tiap detik, jam, hari, bulan, tahun, oleh kaum muslimin. Mereka membuatkan iklan kalo itulah gaya hidup modern,mengikuti animo yang jaman now banget.
Padahal yang tahu halal dan haram kan kita. Tapi masih saja kita ikut-ikutan trend. Mestinya kita juga tahu cara dan teknis pengolahannya, teknik penjualan dan pemasaran yang tak melanggar syariat. Tapi alasannya ialah kita gak berkecimpung di bidang itu jadilah kita penikmat (baca : korban) kebudayaan yang mereka ciptakan.
Sekarang semua jadi terbalik-balik dan jungkir balik, ekonomi diserahkan kepada mereka yang jelas-jelas tidak beriman pada Al-Quran sebagai petunjuk untuk manusia. Yang mengaku muslim pun tak kalah menggelikan alasannya ialah mereka pun ikut-ikutan terseret dengan praktek-praktek tersebut. Karena mengejar laba dunia semata. Jadilah dunia ini berada dalam kekacauan /kehancuran. Allah melarang kita membuat kerusakan. 
" Dan janganlah kau berbuat kerusakan di muka bumi sesudah (diciptakan) dengan baik. Berdoalah kepadaNya dengan rasa takut dan penuh harap. Sesungguhnya rahmat Allah sangat erat pada orang-orang yang berbuat kebaikan (Al A'raf : 56).
Jadi kini paham kan, kenapa rezeki kita kok seret, kenapa dunia ini kok kacau? Karena rahmat Allah gak turun...!! Kenapa rahmatNya tertahan? Karena kita banyak membuat kerusakan !!

Kalo kita makan dan minum dari kuliner yang haram, apalagi alasannya ialah kecerobohan dan kebodohan kita, alasannya ialah kita menyerahkan segala sesuatu sama yang bukan ahlinya, kepada orang yang gak paham agama, maka kita jadi malas beribadah atau bahkan bisa jadi ibadah kita tidak diterima. 
(baca : efek dari rezeki haram)
Boro-boro jihad di medan perang membela agama, jihad ekonomi aja kita gak bisa !!
Dan mereka sangat tahu kelemahan umat Islam. Disusupkanlah aneka zat berbahaya dan haram ke dalam produk yang mereka ciptakan untuk kita konsumsi.
Hal ini bukan tanpa alasan yang kuat, TAPI menurut bukti dan fakta serta kasus-kasus yang diketahui dan mencuat ke  media (semoga bukan hoax).
Satu saja bukti, bahwa seorang ilmuwan Belanda telah meriset selama bertahun-tahun bhw ternyata ditemukan kurang lebih ada 180 produk apa saja di dalamnya terbuat dan mengandung babi.
Memang sih kita berlindung pada aturan kalo kita gak tau kan gak apa-apa. Tapi kita wajib mengusahakan kuliner yang dipastikan kehalalannya dna kita gak bisa hanya masa bodoh. Prinsip kehati-hatian itu perlu..

Sosis daging celeng yang dijual di kawasan wisata Taiwan
 (setidaknya menunjukkan "objeknya")
Penemuan dan info ini sungguh memprihatinkan dan merupakan peristiwa dan malapetaka bagi umat Islam sedunia.
Kalo anak cucu generasi muda tak kita inginkan jadi korban zaman alasannya ialah ketidaktahuannya, maka mulai kini kita wajib untuk berjihad KHUSUSNYA JIHAD EKONOMI UMAT.
(baca : jihad di kurun modern, jihad dengan rezeki yang diperoleh)
Jihad jadi produsen (membangun industri).
Jihad jadi pedagang, bisnisman dan pengusaha.
Jihad jadi konsumen bagi produk-produk milik muslim.
Jihad berbelanja di warung-warung tetangga dan di mini/super market milik muslim.
Berdayakan usaha kecil milik muslim.
Untuk ketika ini, mulai yang kecil dan nampak remeh, belilah produk karya anak bangsa, pribumi dan lebih khusus lagi muslim yang tersedia di pasaran.
Kita sudah tdk lagi minum, kecuali munum air mineral milik kita atau yang dijual saudara kita sendiri.
Kita sudah tidak lagi makan, kecuali makan yang kita atau saudara kita ciptakan sendiri.
Kita sudah tidak lagi belanja, kecuali belanja di warung tetangga dan toko, mini/super market milik muslim.
Jadi jihad dan usaha kita kini ini, diawali dari yang nampak sederhana dan sepele ibarat itu. Jika semua kita melakukannya...bukankah itu menjadi era kebangkitan muslim penebar kebaikan dan mengembalikan rahmat Allah yang tadinya tertahan..
Baca : Solusi dari semua duduk kasus rezeki.
Kalo bukan kita siapa lagi, kalo bukan kini kapan lagi?

Wallahu alam..


Demikianlah Artikel Mengapa Muslim Harus Jadi Pengusaha?

Sekianlah artikel Mengapa Muslim Harus Jadi Pengusaha? kali ini, mudah-mudahan bisa memberi manfaat untuk anda semua. baiklah, sampai jumpa di postingan artikel lainnya.

Anda sekarang membaca artikel Mengapa Muslim Harus Jadi Pengusaha? dengan alamat link https://lubukhatimuslim.blogspot.com/2021/01/mengapa-muslim-harus-jadi-pengusaha.html

Iklan Atas Artikel

Iklan Tengah Artikel 1

Iklan Tengah Artikel 2

Iklan Bawah Artikel