Kisah Sebongkah Emas Dan Tanah

Kisah Sebongkah Emas Dan Tanah - Hallo sahabat Islam Itu Indah, Pada Artikel yang anda baca kali ini dengan judul Kisah Sebongkah Emas Dan Tanah, kami telah mempersiapkan artikel ini dengan baik untuk anda baca dan ambil informasi didalamnya. mudah-mudahan isi postingan Artikel kisah, yang kami tulis ini dapat anda pahami. baiklah, selamat membaca.

Judul : Kisah Sebongkah Emas Dan Tanah
link : Kisah Sebongkah Emas Dan Tanah

Baca juga


Related

Kisah Sebongkah Emas Dan Tanah

EMAS VS TANAH

Kisah di bawah ini sanggup jadi dongeng fiktif tapi banyak kebijaksanaan yang kita sanggup darinya. Selamat membaca.
Kisah ini dimulai dengan perbincangan antara dua mahluk Allah yaitu sebongkah emas dan sebongkah tanah.
● Emas berkata pada tanah, “Coba lihat pada dirimu, suram dan lemah, apakah engkau mempunyai cahaya mengkilat menyerupai aku, menyilaukan semua mata yang memandang, menciptakan iri banyak orang.......???
Apakah engkau berharga menyerupai aku....... ???”
Kata emas dengan sombongnya... Dia memandang rendah tanah yang suram dan dekil..




● Tanah menggelengkan kepala dan menjawab, “Memang saya tak secemerlang dan seberkilau engkau. Tapi saya sanggup menumbuhkan bunga dan buah, sanggup menumbuhkan rumput dan pohon, sanggup menumbuhkan tumbuhan yang jadi masakan ternak dan insan ketika hidup dan matinya membutuhkanku, saya diperlukan dan bermanfaat bagi banyak orang. Bagaimana dengan engkau, apakah engkau memberi manfaat dalam kilauanmu....... ???” Dengan penuh kepercayaan diri si tanah membalas hinaan si emas.
Emas pun termangu seribu bahasa......!!!!! Tak sanggup berkata apa-apa lagi..

Percakapan yang singkat saja tapi penuh makna.
Dalam hidup ini banyak orang yang menyerupai emas, berharga, menyilaukan tetapi tidak bermanfaat bagi sesama. Mereka hanya muncul sebagai materi dekorasi, suplemen hiasan dinding semata. Yang jikalau silaunya sudah pudar jadi kurang berharga.
Sukses dalam karir, rezeki lancar jaya, harta melimpah dan rupawan dalam paras, tapi enggan membantu apalagi peduli dengan sesama ialah penggalan dari gaya hidupnya. Kemana-mana naik kendaraan beroda empat mewah, rumah megah bertingkat tiga dilengkapi bak renang langsung tapi sesama tetangga tak saling kenal.

Tapi ada juga orang yang menyerupai tanah. Posisi dalam masyarakat biasa saja, hidup bersahaja dalam kesederhanaan namun ringan tangan siap membantu siapapun, kapanpun dan di manapun. Tak pernah memungut biaya dan meminta akhir atas kebaikan yang dilakukannya. Baginya akhir hanya dari Allah sehingga ia tak butuh balas kebijaksanaan dari manusia.
Makna dari kehidupan yang fana ini bukan terletak pada seberapa bernilainya diri kita, tetapi seberapa besar bermanfaatnya kita bagi orang lain. Percuma jikalau kita hidup hanya sekedar hidup, sekedar ada aja di bumi ini, numpang eksis doang alasannya ialah babi hutan juga hidup kata Buya Hamka. Sementara kita tingkatannya jauh lebih mulia dari babi hutan. Kita sanggup menebar kebaikan menarik pahala berbonus rezeki
Jika keberadaan kita sanggup menjadi berkah bagi banyak orang, barulah kita benar- benar bernilai. Tahukah anda bahwa kebermanfaatan itu menarik rezeki? Karena Allah menyukainya dan ridha dengan usahanya yang selalu saja memberi manfaat bagi banyak orang. Rasulullah berkata bahwa orang yang paling dicintai Allah ialah orang yang paling bermanfaat untuk orang lain. Seperti halnya tanah yang meskipun terlihat kotor dan kumuh tapi di dalamnya hidup banyak organisma dan di atasnya sanggup tumbuh bermacam-macam tumbuhan, dan memberi ruang bagi insan dan binatang untuk berpijak.
Apalah gunanya kesuksesan bila itu tidak membawa manfaat bagi kita, keluarga dan orang lain. Apalagi jikalau kesuksesan itu malah merugikan orang lain dan menciptakan kita jauh dari Allah.
Apalah arti kemakmuran bila  tidak menyebarkan dengan yang membutuhkan.
Apalah arti kepintaran bila tidak memberi pandangan gres di sekelilingnya.
Apalah arti paras yang menawan jikalau hanya untuk diumbar dan dipake maksiat.
Apalah arti kekayaan jikalau hanya untuk dipake berfoya-foya dan dibiarkan mubazir.
Karena hidup ialah proses, ada saatnya kita memberi dan ada saatnya kita menerima. Jika sanggup memberi, lakukanlah, alasannya ialah tangan di atas jauh lebih baik daripada tangan di bawah. 

Wallahu alam..



Demikianlah Artikel Kisah Sebongkah Emas Dan Tanah

Sekianlah artikel Kisah Sebongkah Emas Dan Tanah kali ini, mudah-mudahan bisa memberi manfaat untuk anda semua. baiklah, sampai jumpa di postingan artikel lainnya.

Anda sekarang membaca artikel Kisah Sebongkah Emas Dan Tanah dengan alamat link https://lubukhatimuslim.blogspot.com/2021/01/kisah-sebongkah-emas-dan-tanah.html

Related Posts

Iklan Atas Artikel

Iklan Tengah Artikel 1

Iklan Tengah Artikel 2

Iklan Bawah Artikel