Untuk Ayah Renungkan
Friday, December 25, 2020
Edit
Untuk Ayah Renungkan - Hallo sahabat Islam Itu Indah, Pada Artikel yang anda baca kali ini dengan judul Untuk Ayah Renungkan, kami telah mempersiapkan artikel ini dengan baik untuk anda baca dan ambil informasi didalamnya. mudah-mudahan isi postingan
Artikel cerita, yang kami tulis ini dapat anda pahami. baiklah, selamat membaca.
Judul : Untuk Ayah Renungkan
link : Untuk Ayah Renungkan
Anda sekarang membaca artikel Untuk Ayah Renungkan dengan alamat link https://lubukhatimuslim.blogspot.com/2020/12/untuk-ayah-renungkan.html
Judul : Untuk Ayah Renungkan
link : Untuk Ayah Renungkan
Untuk Ayah Renungkan
ARTIKEL KE 690
BIAR KU BAYAR AYAH...
Saya terhenyak membaca dongeng ini bagaimana seorang anak antusias mengumpulkan uang untuk membayar ayahnya...semoga sanggup jadi renungan buat kita, khususnya para ayah...
Kisah ini dimulai dikala seorang ayah pulang kantor dalam keadaan letih, lelah dan penat luar biasa. Dengan sudut mata dilihatnya anak laki- lakinya yang berumur 4,5 tahun dengan riang menyambutnya di depan pintu.
Seperti biasa ia akan melontarkan banyak pertanyaan. Rasa ingin tahunya memang luar biasa besar.
Kisah ini dimulai dikala seorang ayah pulang kantor dalam keadaan letih, lelah dan penat luar biasa. Dengan sudut mata dilihatnya anak laki- lakinya yang berumur 4,5 tahun dengan riang menyambutnya di depan pintu.
Seperti biasa ia akan melontarkan banyak pertanyaan. Rasa ingin tahunya memang luar biasa besar.
Anak : "Ayah boleh saya tanya sesuatu?"
Kata si anak sambil menatap wajah ayahya yang nampak kuyu.
Ayah : "Tentu nak, ada apa?"
Meski lelah luar biasa, si ayah tetap berusaha memperhatikan apa yang dibicarakan si kecil. Kemudian dengan nada tinggi si anak bertanya lagi.
Anak : "Ayah kok pulang kerja malam terus, berapa duit yang ayah sanggup tiap hari ?"
Ayah : "Itu bukan urusanmu nak, kenapa kau tanya itu?" (jawab Ayah sedikit kesal, kok anak sekecil ini mau tau urusan yang beginian?). Tapi si kecil gak mengalah ia terus mencecar ayahnya dengan pertanyaan yang sama.
Anak : "Aku cuma ingin tahu Ayah, tolong beritahu aku, berapa duit yang Ayah sanggup sehari?" (kali ini dengan nada memelas)
Ayah : "Baiklah kalo kau ingin tahu, Ayah sanggup 100 ribu rupiah setiap harinya. Puas kan kini ayah mau mandi dan istirahat." Si ayah kemudian meninggalkan si kecil dengan sejuta pikiran di benaknya
Anak : "Ohhh" (terdengar sayup-sayup bunyi si kecil, tapi ayah sudah terlalu lelah untuk bertanya jawab lagi)
Selang beberapa hari berselang, si ayah sudah lupa percakapan dengan lelaki kecilnya hingga kemudian suatu hari menyerupai biasa ia menyambut ayahnya di depan pintu dan mulai bertanya lagi.
Anak : " Ayah niscaya capek ya?" Katanya dengan wajah polos.
Si ayah hanya sanggup menganggukan kepala tanda oke dengan pernyataan si kecil.
Kata si anak sambil menatap wajah ayahya yang nampak kuyu.
Ayah : "Tentu nak, ada apa?"
Meski lelah luar biasa, si ayah tetap berusaha memperhatikan apa yang dibicarakan si kecil. Kemudian dengan nada tinggi si anak bertanya lagi.
Anak : "Ayah kok pulang kerja malam terus, berapa duit yang ayah sanggup tiap hari ?"
Ayah : "Itu bukan urusanmu nak, kenapa kau tanya itu?" (jawab Ayah sedikit kesal, kok anak sekecil ini mau tau urusan yang beginian?). Tapi si kecil gak mengalah ia terus mencecar ayahnya dengan pertanyaan yang sama.
Anak : "Aku cuma ingin tahu Ayah, tolong beritahu aku, berapa duit yang Ayah sanggup sehari?" (kali ini dengan nada memelas)
Ayah : "Baiklah kalo kau ingin tahu, Ayah sanggup 100 ribu rupiah setiap harinya. Puas kan kini ayah mau mandi dan istirahat." Si ayah kemudian meninggalkan si kecil dengan sejuta pikiran di benaknya
Anak : "Ohhh" (terdengar sayup-sayup bunyi si kecil, tapi ayah sudah terlalu lelah untuk bertanya jawab lagi)
Selang beberapa hari berselang, si ayah sudah lupa percakapan dengan lelaki kecilnya hingga kemudian suatu hari menyerupai biasa ia menyambut ayahnya di depan pintu dan mulai bertanya lagi.
Anak : " Ayah niscaya capek ya?" Katanya dengan wajah polos.
Si ayah hanya sanggup menganggukan kepala tanda oke dengan pernyataan si kecil.
Tak usang kemudian si kecilnya mendongakkan kepala, dan bertanya lagi pada ayahnya :
Anak : "Ayah, boleh saya pinjam uang ayah 10 ribu?"
Ayah : "Untuk apa? Pasti buat jajan ya... lebih baik kini kau ke kamarmu tidur!!" (jawab ayah dengan nada tinggi)
Ayah : "Untuk apa? Pasti buat jajan ya... lebih baik kini kau ke kamarmu tidur!!" (jawab ayah dengan nada tinggi)
Si Kecilpun pergi ke kamarnya dalam keadaan murung dan menutup pintu.
Setelah beristirahat sejenak dan pikirannya mulai tenang, ia berfikir barangkali ia terlalu garang pada si kecil, mungkin ada impian yang penting alasannya ialah alih-alih minta pada ibunya ia malah minta uang pada ayahnya. Ayahpun beranjak menuju kamar si kecil. Dia melihat anaknya masih terjaga, terduduk di pinggiran kawasan tidurnya. Berusaha untuk menetralisir keadaan kemudian ia bertanya :
Setelah beristirahat sejenak dan pikirannya mulai tenang, ia berfikir barangkali ia terlalu garang pada si kecil, mungkin ada impian yang penting alasannya ialah alih-alih minta pada ibunya ia malah minta uang pada ayahnya. Ayahpun beranjak menuju kamar si kecil. Dia melihat anaknya masih terjaga, terduduk di pinggiran kawasan tidurnya. Berusaha untuk menetralisir keadaan kemudian ia bertanya :
Ayah : "Kok belum tidur nak?"
Anak : "Belum Yah, saya belum ngantuk" (katanya pendek dengan wajah yang sedapat mungkin tidak memandang wajah ayahnya).
Pelan-pelan ayahnya kemudian berkata:
Ayah : "Maafkan Ayah ya nak, tadi Ayah terlalu keras sama kamu, hari ini Ayah begitu sibuk dan capek, jadi ayah terbawa emosi, maafin Ayah ya, nih uang yang kau minta tadi" Sambil mengangsurkan selembar uang sepuluh ribu ke tangan si anak.
Anak : "Asik..terima kasih Ayah" Tiba-tiba si anak lompat kegirangan dan memeluk ayahnya. Sekejap kemudian ia pun berbalik menuju kawasan tidurnya, pikir ayahnya si anak sudah mau tidur. Tapi yang dilakukannya sungguh di luar dugaan si ayah.
Anak : "Belum Yah, saya belum ngantuk" (katanya pendek dengan wajah yang sedapat mungkin tidak memandang wajah ayahnya).
Pelan-pelan ayahnya kemudian berkata:
Ayah : "Maafkan Ayah ya nak, tadi Ayah terlalu keras sama kamu, hari ini Ayah begitu sibuk dan capek, jadi ayah terbawa emosi, maafin Ayah ya, nih uang yang kau minta tadi" Sambil mengangsurkan selembar uang sepuluh ribu ke tangan si anak.
Anak : "Asik..terima kasih Ayah" Tiba-tiba si anak lompat kegirangan dan memeluk ayahnya. Sekejap kemudian ia pun berbalik menuju kawasan tidurnya, pikir ayahnya si anak sudah mau tidur. Tapi yang dilakukannya sungguh di luar dugaan si ayah.
Si anak mengeluarkan uang dari bawah bantal dan mulai mengitungnya. Ayah menatap heran kemudian bertanya :
Ayah : "Kamu sudah punya uang, kok masih minta lagi sama Ayah?"
Anak : "Aku menabung Yah, tabunganku gres 90 ribu, jadi masih kurang 10 ribu untuk sanggup membayar Ayah"
Anak : "Aku menabung Yah, tabunganku gres 90 ribu, jadi masih kurang 10 ribu untuk sanggup membayar Ayah"
Ayah semakin heran darimana anak ini menerima wangsit untuk menabung hingga dikala ia dengan alasannya..
Anak : "Ini yah, saya mau bayar Ayah 100 ribu untuk meminta waktu Ayah besok, satu hari aja untuk sanggup ayah bersamaku" Katanya sambil menyodorkan segepok uang penggalan seribuan dan dua ribuan yang terbungkus dalam plastik bekas mainan.
Terhenyak ayah mendengar undangan si kecil yang menatapnya dengan penuh harap. Tak disangka anaknya ingin membayar si ayah biar punya waktu untuk bersamanya, waktu yang memang menjadi haknya sebagai anak.
Terhenyak ayah mendengar undangan si kecil yang menatapnya dengan penuh harap. Tak disangka anaknya ingin membayar si ayah biar punya waktu untuk bersamanya, waktu yang memang menjadi haknya sebagai anak.
Ayahpun menteskan airmata, kemudian memeluk si kecil.
Ayah : "Maafkan Ayah nak, Ayah terlalu sibuk dan tak pernah ada waktu untukmu, Ayah memang jahat nak"
Si kecilpun mencium pipi dan berkata,
Anak : "Aku sayang Ayah"
Sambil memeluk si Kecil, dalam hati Ayah menangis sambil berkata :
"Lelahku untuk masa depanmu Nak".
Tak perlu ayah kalo hanya untuk cari nafkah. Karena kini banyak juga ibu-ibu yang bekerja, membantu suaminya untuk menghidupi keluarga. Tapi tugas seorang pria dalam rumah tangga ialah role model (teladan) bagi anak lelakinya. Pelajaran pertama menjadi ayah diperoleh anak lelaki dari ayahnya. Karena itu sediakan waktu untuk bawah umur anda. Karena mereka akan mencar ilmu cara memperlakukan anaknya kelak dari sikap kita kini ini.
Tak ada kata pensiun menjadi orang tua, kita harus terus belajar, trial dan error.
Wallahu alam..
Tak perlu ayah kalo hanya untuk cari nafkah. Karena kini banyak juga ibu-ibu yang bekerja, membantu suaminya untuk menghidupi keluarga. Tapi tugas seorang pria dalam rumah tangga ialah role model (teladan) bagi anak lelakinya. Pelajaran pertama menjadi ayah diperoleh anak lelaki dari ayahnya. Karena itu sediakan waktu untuk bawah umur anda. Karena mereka akan mencar ilmu cara memperlakukan anaknya kelak dari sikap kita kini ini.
Tak ada kata pensiun menjadi orang tua, kita harus terus belajar, trial dan error.
Wallahu alam..
Demikianlah Artikel Untuk Ayah Renungkan
Sekianlah artikel Untuk Ayah Renungkan kali ini, mudah-mudahan bisa memberi manfaat untuk anda semua. baiklah, sampai jumpa di postingan artikel lainnya.
Anda sekarang membaca artikel Untuk Ayah Renungkan dengan alamat link https://lubukhatimuslim.blogspot.com/2020/12/untuk-ayah-renungkan.html