Jadilah Jarum Dan Bukan Gunting

Jadilah Jarum Dan Bukan Gunting - Hallo sahabat Islam Itu Indah, Pada Artikel yang anda baca kali ini dengan judul Jadilah Jarum Dan Bukan Gunting, kami telah mempersiapkan artikel ini dengan baik untuk anda baca dan ambil informasi didalamnya. mudah-mudahan isi postingan Artikel Pesan, yang kami tulis ini dapat anda pahami. baiklah, selamat membaca.

Judul : Jadilah Jarum Dan Bukan Gunting
link : Jadilah Jarum Dan Bukan Gunting

Baca juga


Jadilah Jarum Dan Bukan Gunting

WAKTU KITA  

Waktu..sebuah kata yang pendek tapi mempunyai banyak makna..
Bahkan Allah pun bersumpah atas nama waktu..
Agar insan sadar dan mulai memperhatikan "waktu"nya.
Karena hidup ini bekerjsama menunggu "waktu kematian"
Yang entah kapan waktunya.
Nasib kita pun kelak ditentukan oleh seberapa banyak kita memanfaatkan waktu di dunia untuk menumpuk amal saleh.. (bukan harta benda duniawi)


Waktu memang dapat menjadi saksi perjalanan hidup setiap insan.
Waktu sedang  "Jaya",  kita merasa banyak sobat di sekeliling kita.
Banyak orang yang berkerumun ingin kecipratan kejayaan kita.
Banyak orang yang ingin menjadi bab dari kejayaan kita.
Padahal kita jaya bukan alasannya yakni kepintaran dan kepiawaian kita.
Tapi alasannya yakni Allah mengizinkannya.
Lalu mengapa kesombongan praktis menyeruak dalam hati ketika kita jaya?
Karena jaya yang tidak diikuti kebijaksanaan hanya menciptakan kita jadi jumawa, seolah mengakui keunggulan kita dan menafikan keagunganNya.
Jaya rezekinya, makmur hidupnya seringkali disertai dengan keangkuhan.
Padahal banyak yang jauh lebih jaya tapi tetap rendah hati.
Orang-orang pada mendekat dan mengidolakan kita menciptakan kita merasa hebat. Sejarah menandakan bagaimana kejayaan yang disertai keangkuhan berujung tragis. Tragedi Firaun, kesombongan Qarun bahkan keangkuhan si Malin Kundang semuanya berakhir mengenaskan..
Yang paling penting sikapilah kejayaan dengan kebijaksanaan. Buat kondisi itu sebagai ladang pahala untuk kita banyak bersyukur dan banyak berbuat baik. Kejayaan yang diberi Allah bukan tanpa tujuan.Tapi alasannya yakni Allah ingin kita jadi wakilNya di muka bumi, menebar kebaikan dengan kejayaan itu. 

Waktu sedang  "Berkuasa",  kita percaya diri melaksanakan apa saja.
Kita merasa mempunyai power yang luar biasa sehingga dapat mengontrol insiden di sekitar kita. Kita merasa begitu kuatnya, sehingga orang lain harus tunduk pada kita.
Rezeki itu bukan perihal kekuatan. Kuat nyari rezeki gak otomatis jadi kaya. Kuat alasannya yakni punya kekuasaan gak jadi jaminan masuk surga, dapat jadi masuk penjara alasannya yakni menyalahgunakan kekuasaan yang diberikan. 

Waktu sedang  "Tak Berdaya",  barulah kita sadar siapa saja teman sejati yang ada. Karena gak semua orang peduli pada mereka yang tak punya power, yang tak lagi jaya, yang tanda tangannya udah "gak laku". 
Karena sifat insan untuk selalu mencari keuntungan, memanfaatkan kesempatan dalam kesempitan. Berusaha mencari "gantungan" yang keliatannya berpengaruh padahal rapuh. Karena Allah lah sebaik-baik daerah bergantung.
Karena itulah pentingnya menjaga kehormatan ketika lagi di atas. Perlakukan orang-orang di sekitarmu dengan baik, penuh kasih dan murah hatilah. Orang kadang tidak mengingat kebaikan tapi cenderung mengingat kejahatan yang pernah kau lakukan meskipun kejahatan itu kecil saja. Tak heran pada ketika kau tak berdaya tak ada yang berniat mengulurkan tangan. Karena pada ketika jayapun yang orang lain ingat hanyalah kejahatanmu.

Waktu sedang  "Jatuh",  kita gres sadar selama ini siapa saja sobat yang memperalat dan memanfaatkan kita.
Saat jatuh kita jadi tahu ternyata kita ini bukanlah super power. Bahkan para satria super punya kelemahan masing-masing. Bahkan kelemahannya terlihat remeh, menyerupai Si Kuat Samson yang kelemahannya konon di bulu keteknya? Apalah kita ini yang bukan "manusia power."
Mengapa orang memanfaatkan kita?
Mengapa orang yang selama ini kita anggap sobat memperalat kita?
Mengapa kita kok sadar sedang diperalat dan dimanfaatkan?
Karena kekuasaan, jabatan, kekayaan, posisi menciptakan kita terlena. 
Karena keasikan "duduk" jadi lupa berdiri, sehingga tak sadar ketika seseorang memotong kaki "kursi" yang kita duduki.  

Waktu sedang "Sakit*",  kita gres tahu bahwa sehat itu sangat penting,  jauh melebihi harta.
Karena kita ini payah dalam bersyukur.
Kita merasa kesehatan yakni sesuatu yang "biasa". Karena kita lebih banyak sehatnya daripada sakitnya.
Tapi pada ketika divonis dokter penyakit yang mematikan mulailah hati kita ciut.
Kita selalu menganggap sakit sebagai penderitaan yang berujung kematian. Padahal sakit dapat mendatangkan sejuta kebaikan. Kita hanya belum tahu bagaimana menyikapinya.

Manakala  "Miskin",  kita gres tahu jadi orang harus banyak memberi / menderma dan saling membantu.
Seringkali kita tak dapat melihat sesuatu secara objektif alasannya yakni kita bukan di posisi itu. Jauh lebih praktis memahami arti kemiskinan bila kita miskin atau pernah miskin.
Seringkali kekayaan membutakan mata kita dan keegoisan untuk mempunyai harta itu bulat-bulat demikian kuatnya. Sehingga pemberian atau sedekah yakni kata yang paling malas kita dengar. Kita berpikir bahwa kerja keras itulah yang menciptakan kita kaya. Bagi mereka yang miskin harusnya berusaha dan bekerja lebih keras untuk meningkatkan taraf hidupnya dan bukannya menjual kemiskinan dan minta dikasihani lewat mengemis?
Tapi kita lupa bahwa Allah menghadirkan orang miskin semoga si Kaya dapat mendapat pahala lewat hartanya. Kalo semua orang kaya, sia-sia lah harta si Kaya alasannya yakni tak ada lagi orang yang mau disedekahi.
Jangan takut miskin alasannya yakni banyak pembelajaran yang diberi oleh kemiskinan.

Masuk  "Usia Tua",  kita gres tahu kalau masih banyak yang belum dikerjakan.
Waktu berjalan dengan terlalu banyak candaan dan senda gurau. Begitu tersadar rambut sudah memutih, penglihatan mulai rabun dan tulang belulang mulai keropos. Ibadah jadi tak optimal alasannya yakni kesehatan sudah mulai menurun. Padahal waktu sehat dan berpengaruh waktunya habis untuk hal-hal duniawi yang bukan hanya tak bermanfaat tapi juga tak menambah timbangan pahala.
Tapi penyesalan selalu muncul belakangan.
Bagi yang masih muda, manfaatkan waktumu sebaik-baiknya.

Saat  "di Ambang Ajal*",  kita gres tahu ternyata begitu banyak waktu yang terbuang sia sia.
Tapi semua itu sudah terlambat.
Kita tak dapat memutar waktu kembali.
Jadi sadarlah wahai saudaraku...
Hidup tidaklah lama.
Sudah saatnya kita bersama sama membuat
HIDUP LEBIH BERHARGA :
Saling menghargai,
Saling membantu,
Saling memberi,
Saling mendukung, dan
Saling mencintai
Jadilah sobat setia tanpa syarat
Tunjukkanlah bahwa kita masih mempunyai hati nurani yang tulus.

Yang menolong alasannya yakni memang hati tergerak, bukan demi pencitraan dan imej.
Apa yang ditabur itulah yang akan dituai
Allah tidak pernah menjanjikan bahwa : langit itu selalu biru,  bunga selalu mekar,  dan mentari selalu bersinar
Tapi ketahuilah bahwa Allah :
Selalu memberi pelangi di setiap badai.
Memberi senyum di setiap air mata.
Memberi kasih sayang dan berkah di setiap cobaan,  dan
Jawaban di setiap doa.
Jangan pernah menyerah
Terus berjuanglah,  hidup ini indah dan berwarna.
Hidup bukanlah suatu tujuan,  melainkan sebuah perjalanan

Indahnya hidup bukan alasannya yakni banyak orang mengenal kita,  namun berapa banyak orang yang senang alasannya yakni kita.
Jangan pernah menjadi  "gunting"
Karena gunting bisa  memotong sesuatu menjadi terpisah,  jadilah "jarum",  meskipun tajam tetapi dapat menyatukan apa yang sudah terpisah.

Wallahu alam 


Demikianlah Artikel Jadilah Jarum Dan Bukan Gunting

Sekianlah artikel Jadilah Jarum Dan Bukan Gunting kali ini, mudah-mudahan bisa memberi manfaat untuk anda semua. baiklah, sampai jumpa di postingan artikel lainnya.

Anda sekarang membaca artikel Jadilah Jarum Dan Bukan Gunting dengan alamat link https://lubukhatimuslim.blogspot.com/2020/12/jadilah-jarum-dan-bukan-gunting.html

Iklan Atas Artikel

Iklan Tengah Artikel 1

Iklan Tengah Artikel 2

Iklan Bawah Artikel