Debat Gak Bikin Rezekimu Hebat
Saturday, December 12, 2020
Edit
Debat Gak Bikin Rezekimu Hebat - Hallo sahabat Islam Itu Indah, Pada Artikel yang anda baca kali ini dengan judul Debat Gak Bikin Rezekimu Hebat, kami telah mempersiapkan artikel ini dengan baik untuk anda baca dan ambil informasi didalamnya. mudah-mudahan isi postingan
Artikel Pesan, yang kami tulis ini dapat anda pahami. baiklah, selamat membaca.
Judul : Debat Gak Bikin Rezekimu Hebat
link : Debat Gak Bikin Rezekimu Hebat
Logical fallacy yang paling sering dijumpai ada enam , sebagai berikut:
3. APPEAL TO EMOTION
Yakni memakai emosi sebagai dasar sebuah argumen.
Anda sekarang membaca artikel Debat Gak Bikin Rezekimu Hebat dengan alamat link https://lubukhatimuslim.blogspot.com/2020/12/debat-gak-bikin-rezekimu-hebat.html
Judul : Debat Gak Bikin Rezekimu Hebat
link : Debat Gak Bikin Rezekimu Hebat
Debat Gak Bikin Rezekimu Hebat
KESALAHAN LOGIKA.
Pernah liat orang yang gigih dalam berdebat? Apa aja diperdebatkan. Apapun sanggup diperselisihkan. Pokoknya gak ada yang lewat dari pantauannya, semua dikomentarin, seolah segala sesuatu itu penting dan jadi urusannya. Dalam urusan tarik urat leher ini ada yang namanya kesalahan logika..
Kesalahan logika yang dalam bahasa Inggris disebut *'logical fallacy'* - _adanya bias secara kognitif_ - ialah hal yang seharusnya sanggup dihindari. Namun justru umum dijumpai dalam setiap perdebatan, mulai dari yang disiarkan di tivi, debat di warung kopi, debat di SMA, hingga pada debat di sosial media. Bahkan oleh kaum intelektual sekalipun.
Logical fallacy yang paling sering dijumpai ada enam , sebagai berikut:
1. ARGUMENTUM AD HOMINEM
Yakni menyerang pribadi lawan, bukan argumennya.
Yakni menyerang pribadi lawan, bukan argumennya.
Contoh:
A : "Kita harus senantiasa menjaga kerukunan umat beragama di Indonesia."
B : "Lho keluarga kau sendiri awut-awutan kok, jangan sok ngurusin orang lain deh kalau ngurus anak bini sendiri aja gak bisa!"
A : "Kita harus senantiasa menjaga kerukunan umat beragama di Indonesia."
B : "Lho keluarga kau sendiri awut-awutan kok, jangan sok ngurusin orang lain deh kalau ngurus anak bini sendiri aja gak bisa!"
_Kesalahan:_
Alih-alih mematahkan argumen si A, si B justru eksklusif "menghunus keris" padanya. Jadi, si B shoots the messenger, not the message (Si B menembak sang pembawa pesan bukan pesannya).
Alih-alih mematahkan argumen si A, si B justru eksklusif "menghunus keris" padanya. Jadi, si B shoots the messenger, not the message (Si B menembak sang pembawa pesan bukan pesannya).
Begitu juga dengan semua goresan pena di blog ini. Blog yang membahas segala sesuatu perihal rezeki dari sudut pandang penulisnya yang sangat subjektif. Banyak yang skeptis dengan apa yang ditulis di sini dan berkomentar, "ah apa bener yang ditulis di sini, emang penulisnya rezekinya udah hebat gitu,? Kok berani beraninya ngasih tips sementara beliau sendiri ilmunya terbatas dan hidupnya biasa aja!"
Bukannya saya gak suka dikritik, silakan saja, tapi blog ini ialah blog pribadi dan tujuannya untuk pembelajaran setidaknya bagi saya sebagai penulisnya, pengalaman yang saya tulis juga ialah pengalaman yang sangat subjektif, yang saya alami dan rasakan. Jika anda ingin mengikutinya silakan, tidak pun gak apa-apa. Dalam berguru itu ada prosesnya. Daripada sibuk dengan kritikan, mengapa tidak fokus untuk membaikkan rezeki, mencoba mempraktekkan apa yang ditulis di sini? Bukankah kita gak tahu sesuatu itu berhasil bila tak mencobanya bukan??
(baca : mengapa si tukang kritik jauh rezeki?)
Bukannya saya gak suka dikritik, silakan saja, tapi blog ini ialah blog pribadi dan tujuannya untuk pembelajaran setidaknya bagi saya sebagai penulisnya, pengalaman yang saya tulis juga ialah pengalaman yang sangat subjektif, yang saya alami dan rasakan. Jika anda ingin mengikutinya silakan, tidak pun gak apa-apa. Dalam berguru itu ada prosesnya. Daripada sibuk dengan kritikan, mengapa tidak fokus untuk membaikkan rezeki, mencoba mempraktekkan apa yang ditulis di sini? Bukankah kita gak tahu sesuatu itu berhasil bila tak mencobanya bukan??
(baca : mengapa si tukang kritik jauh rezeki?)
2. STRAWMAN FALLACY
Yakni membuat 'manusia jerami' (image palsu) untuk diserang, bukan argumen aslinya.
Yakni membuat 'manusia jerami' (image palsu) untuk diserang, bukan argumen aslinya.
Contoh:_
A : "Hari ini ada program sama teman, jadi gak sanggup nganterin kau ke mall."
B : "Jadi kau udah males antar jemput aku? Udah gak sayang lagi sama aku? Kamu egois!"
A : "Hari ini ada program sama teman, jadi gak sanggup nganterin kau ke mall."
B : "Jadi kau udah males antar jemput aku? Udah gak sayang lagi sama aku? Kamu egois!"
_Kesalahan:_
Si A hanya bilang demikian, mengapa si B melontarkan argumen (manusia jerami) yang tidak relevan? Biasanya yang nuduh egois itulah yang egois asli.
Mengapa kita terlalu banyak protes pada pemerintah, pada bos, pada pimpinan, pada perusahaan, pada orang lain hanya alasannya hidup kita merana?
Kalo hidup kita menderita, rezeki macet, utang numpuk kesalahan adanya di kita? Bukankah miskin itu pilihan ! Karena bersama-sama Allah tidak membuat kemiskinan. Kalo kita hidupnya miskin artinya kesalahan bukan sama pemerintah, sama bos, sama perusahaan, sama orang lain. Kesalahannya ada di kita. Kita membiarkan diri kita menjadi miskin dan tidak melaksanakan apa-apa untuk memperbaiki keadaan itu.
(baca : 3 fakta mengejutkan orang kaya Indonesia)
Si A hanya bilang demikian, mengapa si B melontarkan argumen (manusia jerami) yang tidak relevan? Biasanya yang nuduh egois itulah yang egois asli.
Mengapa kita terlalu banyak protes pada pemerintah, pada bos, pada pimpinan, pada perusahaan, pada orang lain hanya alasannya hidup kita merana?
Kalo hidup kita menderita, rezeki macet, utang numpuk kesalahan adanya di kita? Bukankah miskin itu pilihan ! Karena bersama-sama Allah tidak membuat kemiskinan. Kalo kita hidupnya miskin artinya kesalahan bukan sama pemerintah, sama bos, sama perusahaan, sama orang lain. Kesalahannya ada di kita. Kita membiarkan diri kita menjadi miskin dan tidak melaksanakan apa-apa untuk memperbaiki keadaan itu.
(baca : 3 fakta mengejutkan orang kaya Indonesia)
3. APPEAL TO EMOTION
Yakni memakai emosi sebagai dasar sebuah argumen.
Contoh:
A : "KPK menangkap tangan hakim MK berjulukan Patrialis sebagai akseptor suap."
B : "Tidak mungkin, selama ini beliau sangat baik dan bijak..Jidatnya hitam..bersorban. Lihat saja tulisan-tulisannya dan penampilan beliau yang sangat agamis itu!"
A : "KPK menangkap tangan hakim MK berjulukan Patrialis sebagai akseptor suap."
B : "Tidak mungkin, selama ini beliau sangat baik dan bijak..Jidatnya hitam..bersorban. Lihat saja tulisan-tulisannya dan penampilan beliau yang sangat agamis itu!"
_Kesalahan:_
Yang sanggup dijadikan tolok ukur sebuah kebenaran ialah data dan bukti empiris, bukan evaluasi menurut emosi yang subyektif ataupun agama seseorang. Itulah yang terjadi di negara kita. Kita sangat menghargai simbol-simbol, kalo yang bersorban udah niscaya alim, kalo lulusan luar negeri udah niscaya hebat, kalo udah sanggup mengutip satu dua ayat suci udah dibilang uztad. Mereka ini seolah gak boleh membuat kesalahan alasannya kita udah terlajur melekatkan sesuatu yang tinggi pada diri mereka. Padahal mereka juga insan biasa, sanggup melaksanakan kesalahan atau memang kita salah menilai orang?
Buat apa berdebat untuk sesuatu yang kita sendiri gak yakin? Si A anggun alasannya operasi, si B kaya alasannya korupsi, si C itu isteri simpanan pejabat D dan sok alim. Kalo sangkaan kita salah, kita terjerumus fitnah, kalo pun bener apa pedulinya kita? Bukankah dosa mereka yang tanggung, kita gak dirugikan sama sekali. Operasi plastik si A yang bayar, korupsi dan dipenjara di B yang tanggung, poligami urusan di C dan si D, gak ada kaitannya dengan kita (kecuali kalo kita isteri si D..).
Jangan-jangan rezeki kita begitu-begitu saja alasannya kita salfok (salah fokus) kebanyakan ngurus yang bukan urusan kita...
(baca : salah kaprah soal rezeki)
Yang sanggup dijadikan tolok ukur sebuah kebenaran ialah data dan bukti empiris, bukan evaluasi menurut emosi yang subyektif ataupun agama seseorang. Itulah yang terjadi di negara kita. Kita sangat menghargai simbol-simbol, kalo yang bersorban udah niscaya alim, kalo lulusan luar negeri udah niscaya hebat, kalo udah sanggup mengutip satu dua ayat suci udah dibilang uztad. Mereka ini seolah gak boleh membuat kesalahan alasannya kita udah terlajur melekatkan sesuatu yang tinggi pada diri mereka. Padahal mereka juga insan biasa, sanggup melaksanakan kesalahan atau memang kita salah menilai orang?
Buat apa berdebat untuk sesuatu yang kita sendiri gak yakin? Si A anggun alasannya operasi, si B kaya alasannya korupsi, si C itu isteri simpanan pejabat D dan sok alim. Kalo sangkaan kita salah, kita terjerumus fitnah, kalo pun bener apa pedulinya kita? Bukankah dosa mereka yang tanggung, kita gak dirugikan sama sekali. Operasi plastik si A yang bayar, korupsi dan dipenjara di B yang tanggung, poligami urusan di C dan si D, gak ada kaitannya dengan kita (kecuali kalo kita isteri si D..).
Jangan-jangan rezeki kita begitu-begitu saja alasannya kita salfok (salah fokus) kebanyakan ngurus yang bukan urusan kita...
(baca : salah kaprah soal rezeki)
4. ARGUMENTUM AD POPULUM/BANDWAGON FALLACY
Yakni mendasari kebenaran argumen dengan bunyi mayoritas.
Yakni mendasari kebenaran argumen dengan bunyi mayoritas.
_Contoh:_
A : "Menurut penelitian, merokok tidak baik bagi kesehatan."
B : "Orang jaman dulu kebanyakan merokok, tapi mereka sehat-sehat aja tuh!"
A : "Menurut penelitian, merokok tidak baik bagi kesehatan."
B : "Orang jaman dulu kebanyakan merokok, tapi mereka sehat-sehat aja tuh!"
_Kesalahan:_
B tidak otomatis mematahkan kebenaran argumen A hanya alasannya beliau menyimpulkan suatu evaluasi dari pandangan terhadap mayoritas, tapi beliau tetap gak setuju.
Banyak lho orang ibarat ini..
Udah tahu kelakuannya buruk dan merugikan orang lain, tapi kalo dikasi nasehat niscaya selalu punya akhir yang pada dasarnya gak baiklah dengan nasehat itu. Katanya kalo sering maksiat rezeki jauh, tapi banyak kok orang yang kerjaanya bikin dosa melulu rezeki baik-baik aja tuh..! Kelapangan rezeki pun sanggup jadi jebakan lho ! Bisa jadi itu istidraj..
(baca : ahli maksiat kok rezekinya makin lancar?).
Tau gak orang yang gak mau mendapatkan nasehat itu ialah ciri-ciri orang yang rezekinya susah.
B tidak otomatis mematahkan kebenaran argumen A hanya alasannya beliau menyimpulkan suatu evaluasi dari pandangan terhadap mayoritas, tapi beliau tetap gak setuju.
Banyak lho orang ibarat ini..
Udah tahu kelakuannya buruk dan merugikan orang lain, tapi kalo dikasi nasehat niscaya selalu punya akhir yang pada dasarnya gak baiklah dengan nasehat itu. Katanya kalo sering maksiat rezeki jauh, tapi banyak kok orang yang kerjaanya bikin dosa melulu rezeki baik-baik aja tuh..! Kelapangan rezeki pun sanggup jadi jebakan lho ! Bisa jadi itu istidraj..
(baca : ahli maksiat kok rezekinya makin lancar?).
Tau gak orang yang gak mau mendapatkan nasehat itu ialah ciri-ciri orang yang rezekinya susah.
5.APPEAL TO AUTHORITY*
Yakni mendasarkan argumen pada pendapat orang yang berpengaruh/punya otoritas.
Yakni mendasarkan argumen pada pendapat orang yang berpengaruh/punya otoritas.
Contoh:
A : "Ada apa dengan sekolah itu?"
B : "Kata Pak Bupati, sekolah X ialah sekolah yang paling menakutkan di kawasan sini. Berarti benar kan dugaanku!"
A : "Ada apa dengan sekolah itu?"
B : "Kata Pak Bupati, sekolah X ialah sekolah yang paling menakutkan di kawasan sini. Berarti benar kan dugaanku!"
_Kesalahan:_
Hanya alasannya Pak Bupati menyampaikan suatu hal, bukan berarti hal itu otomatis jadi kebenaran.
Hanya alasannya seorang yang dikenal sebagai "uztaz" ngomong kalo sesuatu itu gak boleh, haram, eksklusif deh kita ikutan alasannya kita idola sama uztaznya, bakal dibela sampe mati kalo ada yang jelek-jelekin uztaz itu. Padahal fatwanya itu tidak ada dasarnya, tidak ada dalilnya, hanya pendapat pribadi yang sanggup jadi ada kepentingannya di situ.
Boleh sih jadi follower atau pengikut orang yang besar lengan berkuasa tapi gak berarti fanatik sehingga apapun yang diomongin semuanya diterima. Kita harus jadi follower cerdas, otak kudu dipake, dipikirin benar ato nggaknya...
(baca : ada yang salah dengan otak kita, makanya rezeki kita hanya seuprit)
Hanya alasannya Pak Bupati menyampaikan suatu hal, bukan berarti hal itu otomatis jadi kebenaran.
Hanya alasannya seorang yang dikenal sebagai "uztaz" ngomong kalo sesuatu itu gak boleh, haram, eksklusif deh kita ikutan alasannya kita idola sama uztaznya, bakal dibela sampe mati kalo ada yang jelek-jelekin uztaz itu. Padahal fatwanya itu tidak ada dasarnya, tidak ada dalilnya, hanya pendapat pribadi yang sanggup jadi ada kepentingannya di situ.
Boleh sih jadi follower atau pengikut orang yang besar lengan berkuasa tapi gak berarti fanatik sehingga apapun yang diomongin semuanya diterima. Kita harus jadi follower cerdas, otak kudu dipake, dipikirin benar ato nggaknya...
(baca : ada yang salah dengan otak kita, makanya rezeki kita hanya seuprit)
6. FALSE DILEMMA
Yakni sering juga disebut dengan 'argumen hitam-putih', sederhananya ialah argumen yang "kalau tidak gini niscaya gitu".
Yakni sering juga disebut dengan 'argumen hitam-putih', sederhananya ialah argumen yang "kalau tidak gini niscaya gitu".
Contoh:_
A : "Dukung FPI atau tidak?"
B : "Tidak"
A : "Jika tidak dukung FPI berarti kafir !"
A : "Dukung FPI atau tidak?"
B : "Tidak"
A : "Jika tidak dukung FPI berarti kafir !"
_Kesalahan:_
A melontarkan kesimpulan "kafir" pada B sebagai satu-satunya opsi, padahal A tidak seharusnya mengesampingkan faktor-faktor lain yang sanggup mendasari keputusan B tidak mendukung FPI, dan sanggup saja si B pun tidak anti FPI secara keseluruhan tapi ada bab tindakan yang tidak sejalan.
Jangan segampang itu menggeneralisir, segampang itu menuduh, menjudge orang lain hanya alasannya berbeda dengan kita. Perbedaan itu rahmat bukan untuk dibesar-besarkan tapi untuk dirangkul. Bukankah perbedaan itu membuat hidup kita lebih berwarna?
A melontarkan kesimpulan "kafir" pada B sebagai satu-satunya opsi, padahal A tidak seharusnya mengesampingkan faktor-faktor lain yang sanggup mendasari keputusan B tidak mendukung FPI, dan sanggup saja si B pun tidak anti FPI secara keseluruhan tapi ada bab tindakan yang tidak sejalan.
Jangan segampang itu menggeneralisir, segampang itu menuduh, menjudge orang lain hanya alasannya berbeda dengan kita. Perbedaan itu rahmat bukan untuk dibesar-besarkan tapi untuk dirangkul. Bukankah perbedaan itu membuat hidup kita lebih berwarna?
(baca : belajar rezeki dari sepasang sepatu)
Keenam macam Fallacies tersebut di atas hanya sebagian saja, sisanya sanggup anda cari sendiri.
Keenam macam Fallacies tersebut di atas hanya sebagian saja, sisanya sanggup anda cari sendiri.
Sejauh yang saya tahu, memakai gestur (bahasa tubuh) yang merendahkan lawan ketika debat, ialah hal yang tidak etis. Usahakan untuk tetap menjaga kesantunan dan adat dalam debat yang sehat.
Don't raise your voice, but improve your argument.(Saat debat gak usah kerasin volume bunyi tapi tingkatkan argumentasimu)
Menanglah secara elegan dengan menghindari logical fallacy.
Menanglah secara elegan dengan menghindari logical fallacy.
RUGINYA ORANG BERSELISIH
1. Kalau berselisih dengan pelanggan... walaupun kita menang... Pelanggan tetap akan lari...
2. Kalau berselisih dengan rekan sekerja... Walaupun kita menang... Tiada lagi semangat bekerja dalam tim...
3. Kalau berselisih dengan boss... Walaupun kita menang... Tiada lagi masa depan di tempat itu...
4. Kalau berselisih dengan keluarga... Walaupun kita menang... Hubungan kekeluargaan akan renggang...
5. Kalau berselisih dengan teman... Walaupun kita menang... Yang niscaya kita akan kekurangan teman...
6. Kalau berselisih dengan pasangan... Walaupun kita menang... Perasaan sayang niscaya akan berkurang...
7. Kalau berselisih dengan siapapun... Walaupun kita menang... Pada prinsipnya kita kalah...
Suka berselisih = jauh rezeki...
Yang menang, hanya EGO DIRI SENDIRI Yang tinggi dan naik ialah EMOSI......
Yang jatuh ialah CITRA dan JATI DIRI KITA SENDIRI.....
Tidak ada artinya kita menang dalam perselisihan...
2. Kalau berselisih dengan rekan sekerja... Walaupun kita menang... Tiada lagi semangat bekerja dalam tim...
3. Kalau berselisih dengan boss... Walaupun kita menang... Tiada lagi masa depan di tempat itu...
4. Kalau berselisih dengan keluarga... Walaupun kita menang... Hubungan kekeluargaan akan renggang...
5. Kalau berselisih dengan teman... Walaupun kita menang... Yang niscaya kita akan kekurangan teman...
6. Kalau berselisih dengan pasangan... Walaupun kita menang... Perasaan sayang niscaya akan berkurang...
7. Kalau berselisih dengan siapapun... Walaupun kita menang... Pada prinsipnya kita kalah...
Suka berselisih = jauh rezeki...
Yang menang, hanya EGO DIRI SENDIRI Yang tinggi dan naik ialah EMOSI......
Yang jatuh ialah CITRA dan JATI DIRI KITA SENDIRI.....
Tidak ada artinya kita menang dalam perselisihan...
Apabila mendapatkan teguran, tidak usah terus melenting atau berkelit, bersyukurlah, masih ada yang mau menegur kesalahan kita... Berarti masih ada orang yang memperhatikan kita...
Jaga selalu kekompakan dalam kebersamaan... Jaga lisan, perbuatan dan goresan pena biar tidak ada hati yang tersakiti.
Semoga kita semua selalu sanggup menjaga Ego dan Emosi, Dan selalu menjadi insan yang berilmu bersyukur... Aamiin........
Sayidina Ali bin Abi Tholib*_ berkata :
_*"Jangan menjelaskan perihal dirimu kepada siapa pun,*_
_*Karena yang menyukaimu tidak butuh itu dan yang membencimu tidak percaya itu."*_
_*Teruslah melangkah selama engkau berada di jalan yang baik, meski terkadang kebaikan tidak selamanya dihargai.*_
_*Hidup bukan perihal siapa yang terbaik, tapi siapa yang mau berbuat baik.*_
_*Jika tiba kepadamu gangguan, jangan berpikir bagaimana cara membalas dengan yang lebih pedih, tapi berpikirlah bagaimana cara membalas dengan yang lebih baik.*_
_*Teruslah berdoa dan berikhtiar*_
_*Sibukkan diri dalam kebaikan. Hingga keburukan lelah mengikutimu.*_
*Semoga hari ini lebih baik dari hari kemarin
Wallahu alam...
Sayidina Ali bin Abi Tholib*_ berkata :
_*"Jangan menjelaskan perihal dirimu kepada siapa pun,*_
_*Karena yang menyukaimu tidak butuh itu dan yang membencimu tidak percaya itu."*_
_*Teruslah melangkah selama engkau berada di jalan yang baik, meski terkadang kebaikan tidak selamanya dihargai.*_
_*Hidup bukan perihal siapa yang terbaik, tapi siapa yang mau berbuat baik.*_
_*Jika tiba kepadamu gangguan, jangan berpikir bagaimana cara membalas dengan yang lebih pedih, tapi berpikirlah bagaimana cara membalas dengan yang lebih baik.*_
_*Teruslah berdoa dan berikhtiar*_
_*Sibukkan diri dalam kebaikan. Hingga keburukan lelah mengikutimu.*_
*Semoga hari ini lebih baik dari hari kemarin
Wallahu alam...
Demikianlah Artikel Debat Gak Bikin Rezekimu Hebat
Sekianlah artikel Debat Gak Bikin Rezekimu Hebat kali ini, mudah-mudahan bisa memberi manfaat untuk anda semua. baiklah, sampai jumpa di postingan artikel lainnya.
Anda sekarang membaca artikel Debat Gak Bikin Rezekimu Hebat dengan alamat link https://lubukhatimuslim.blogspot.com/2020/12/debat-gak-bikin-rezekimu-hebat.html