Toleransi Ala Uztad Felix Siaw
Friday, October 9, 2020
Edit
Toleransi Ala Uztad Felix Siaw - Hallo sahabat Islam Itu Indah, Pada Artikel yang anda baca kali ini dengan judul Toleransi Ala Uztad Felix Siaw, kami telah mempersiapkan artikel ini dengan baik untuk anda baca dan ambil informasi didalamnya. mudah-mudahan isi postingan
Artikel kisah, yang kami tulis ini dapat anda pahami. baiklah, selamat membaca.
Judul : Toleransi Ala Uztad Felix Siaw
link : Toleransi Ala Uztad Felix Siaw
Terbayang sudah sejuta bantahan dan omelan yang bakal diterima. Apaagi menjelaskan bahwa saya tidak lagi ikut-ikutan Natalan. Hanya saja saya tahu persis apa itu Natal. Bagi kaum Katolik itu perayaan terbesar yaitu kelahiran Yesus, Tuhan Juru selamat. Maka perayaan Natal itu bagi saya mempunyai konsekuensi aqidah, yang takkan pernah saya sampaikan selamat padanya apalagi saya ikuti.
Begitulah saya jelaskan dengan baik. Dengan perkataan lembut lagi menghormati kedua orangtua sebagaimana perintah Allah. Alhamdulillah, hingga ketika ini mereka memahami dengan baik. Bahwa toleransi Muslim yaitu membiarkan perayaan mereka. Alhamdulillah pula mereka melihat perubahan saya sehabis menjadi Muslim, yang tentu lebih menghargai, menyayangi, menghormati orangtua. Tiada kebencian pada orang non Islam. Justru lantaran sayang kita ingin mengajak mereka menuju cahaya Islam, termasuk orangtua saya.
Alhamdulillah, Allah memudahkan saya menjaga aqidah saya. Bukan terombang-ambing tak terang atas alasan toleransi. Bila kita selalu baik pergaulannya setiap ketika pada saudara kita non-Muslim, tidak mengucap Selamat Natal tak menjadi soalan dan masalah. Alhamdulillah Allah sudah menunjuki kita Islam | Mudah-mudahan kita selalu menjaganya.
Wallahua'lam.
Anda sekarang membaca artikel Toleransi Ala Uztad Felix Siaw dengan alamat link https://lubukhatimuslim.blogspot.com/2020/10/toleransi-ala-uztad-felix-siaw.html
Judul : Toleransi Ala Uztad Felix Siaw
Toleransi Ala Uztad Felix Siaw
ARTIKEL KE 753
TOLERANSI ITU MEMBIARKAN, BUKAN MENGIKUTI
Berikut ini yaitu kisah Uztad keturunan Cina, Felix Siaw ketika awal memeluk Islam dan bercerita soal makna toleransi dalam keluarga besarnya.
Uzatz Felix memulai ceritanya, "Walau masih berbeda aqidah dgn kedua orangtua, Alhamdulillah saya dikaruniai fasilitas dalam keluarga. Saat pertama kali menjadi Muslim di tahun 2002, sehabis 18 tahun merayakan Natal terasa banyak perubahan, terutama sehabis saya memahami agama Islam.
Proses berpikir lah yang mengantarkan saya pada Islam, agama logis yang bisa memuaskan akal, menenangkan hati, dan sesuai fitrah. Prinsip tauhid di dalam Islam itu sederhana dan sangat mengena. Prinsip Satu Tuhan itu menenangkan dan menentramkan.
Setelah menjadi seorang Muslim tentu banyak adaptasi yang harus saya lakukan, "lanjut uzatz Felix. Aqidah Islam tentu mengubah banyak prinsip hidup.
Salah satu prinsip yang terpenting yaitu penjagaan terhadap aqidah semoga tidak terjatuh pada pemahaman usang yang salah. Terutama pengukuhan bahwa Allah itu Satu dan tiada yang menyamai-Nya.
Saya memasuki Islam sekira bln Oktober 2002, Maka ujian pertama ada di bulan Desember 2002 ketika perayaan Natal keluarga. Sulit sekali pada waktu itu untuk memberikan pada orangtua, saya sudah menjadi seorang Muslim, apalagi menjelaskan wacana Natal.
Terbayang sudah sejuta bantahan dan omelan yang bakal diterima. Apaagi menjelaskan bahwa saya tidak lagi ikut-ikutan Natalan. Hanya saja saya tahu persis apa itu Natal. Bagi kaum Katolik itu perayaan terbesar yaitu kelahiran Yesus, Tuhan Juru selamat. Maka perayaan Natal itu bagi saya mempunyai konsekuensi aqidah, yang takkan pernah saya sampaikan selamat padanya apalagi saya ikuti.
Terbayang lagi respon yang saya terima nantinya? Sudah niscaya akan dimarahi? diamuk? apalagi diusir? Bagaimanapun juga ini prinsip aqidah yang harus saya tegakkan.
Saat memberikan keislaman saya, benar saja, orangtua saya tentu tidak terima. Dengan perdebatan alot selama 3 hari hasilnya ke-Islam-an saya bisa menerima tempat. Saat itu ayah saya berucap, "Papi tidak bisa melarang kau Muslim, tapi Papi juga tidak bisa mendapatkan kau Muslim".
Sementara isak tangis ibu saya menjadi latar diskusi panjang kami selama 3 hari. Hati anak mana yang tak murung melihat airmata ibunya berderai karenanya?
Tapi sekali lagi ini yaitu aqidah yang tidak bisa ditawar. Saya pun menguatkan hati sambil mengingat usaha sahabat Saad bin Abi Waqqash. Saya hanya berharap pada Allah jikalau saya bertahan dengan aqidah ini. Allah memperkenankan suatu ketika kelak ayah-ibu saya Muslim. Namun ada hal yang benar-benar sulit mereka terima. "Mengapa saya dihentikan hanya sekadar mengucap Natal atau ikut merayakan?".
Saya pahami cara pikir orangtua saya tentu tidak sama dengan apa yang saya pahami. Menjelaskan prinsip aqidah bukan mudah.
Bagi mereka "Selamat Natal" itu cuma sekedar ucapan. Bagi saya kata-kata "cuma" itu seringkali hasutan setan yang paling laku manis. Walau "cuma" ucapan selamat, saya tidak ingin mengingkari keyakinan utama bahwa Allah itu Satu dan tiada yang bersekutu dengan-Nya.
Dengan rasa berat hati dan kelu pengecap lantaran beratnya amanah ini, saya mencoba menjelaskan pada kedua orangtua saya. "Islam itu sangat menghormati Yesus (Isa). Namun kami memuliakannya sebagai Nabi bukan sebagai Tuhan". "Isa Ibnu Maryam disebut lebih banyak dari Muhammad di dalam Al-Qur'an. Namun kami tidak bisa mendapatkan bahwa beliau dianggap Tuhan. Sedang ibunya Maryam itu perempuan terbaik di dunia tersebab kesuciannya. Namun kami tidak bisa menganggapnya ibunda dari Tuhan. Sedang kelahiran dari Isa Ibnu Maryam tertulis mulia di dalam Al-Qur'an dan keselamatan padanya selalu sepanjang masa". Jelas Uztaz Felix pada keluarganya.
"Dan salam dilimpahkan kepadaku, pada hari saya lahir, pada hari saya wafat dan pada hari saya dibangkitkan hidup kembali" (Qur'an Surat 19:33).
Kami menghormati Isa sebagaimana kami memuliakan ibunya. Juga keluarga Imran, Daud, Musa, dan Ibrahim. Sulit kami merayakan atau mengucapkan yang dianggap sebagai hari lahir (natal) Tuhan Yesus (Isa). Tidak bisa kami menyelisihi Isa"
Kami menghormati Isa sebagaimana kami memuliakan ibunya. Juga keluarga Imran, Daud, Musa, dan Ibrahim. Sulit kami merayakan atau mengucapkan yang dianggap sebagai hari lahir (natal) Tuhan Yesus (Isa). Tidak bisa kami menyelisihi Isa"
Sedang Isa bin Maryam berpesan. "Sungguh saya ini hamba Allah, Dia memberiku AlKitab (Injil) dan Dia menimbulkan saya Nabi" (QS 19:30). Amanah sudah kami sampaikan bahwa kami tidak bisa ikuti perayaan Natal. Tidak juga mengucap "Selamat Natal" pada satu hal yang batil.
Kami mengakui dan memberi salam pada kelahiran Isa Ibnu Maryam, Sang Nabi yang disucikan. Bukan salam pada hari kelahiran Tuhan.
Begitulah saya jelaskan dengan baik. Dengan perkataan lembut lagi menghormati kedua orangtua sebagaimana perintah Allah. Alhamdulillah, hingga ketika ini mereka memahami dengan baik. Bahwa toleransi Muslim yaitu membiarkan perayaan mereka. Alhamdulillah pula mereka melihat perubahan saya sehabis menjadi Muslim, yang tentu lebih menghargai, menyayangi, menghormati orangtua. Tiada kebencian pada orang non Islam. Justru lantaran sayang kita ingin mengajak mereka menuju cahaya Islam, termasuk orangtua saya.
Tidak pernah hubungan saya-ayah, saya-ibu lebih baik dari hari ini, bercanda bergurau, berkisah wacana banyak hal. Seingat saya tak pernah ada sebelum menjadi Muslim. Islam mengajarkan saya menghormati dan memuliakan orangtua sepenuh jiwa. Maka tak pernah ada dongeng mereka protes wacana toleransi. Karena orangtua saya tahu persis hanya lantaran Islam saya bisa berkasih dengan mereka. Allah yang ajarkan saya mengasihi kedua orangtua.
Alhamdulillah, Allah memudahkan saya menjaga aqidah saya. Bukan terombang-ambing tak terang atas alasan toleransi. Bila kita selalu baik pergaulannya setiap ketika pada saudara kita non-Muslim, tidak mengucap Selamat Natal tak menjadi soalan dan masalah. Alhamdulillah Allah sudah menunjuki kita Islam | Mudah-mudahan kita selalu menjaganya.
Wallahua'lam.
Demikianlah Artikel Toleransi Ala Uztad Felix Siaw
Sekianlah artikel Toleransi Ala Uztad Felix Siaw kali ini, mudah-mudahan bisa memberi manfaat untuk anda semua. baiklah, sampai jumpa di postingan artikel lainnya.
Anda sekarang membaca artikel Toleransi Ala Uztad Felix Siaw dengan alamat link https://lubukhatimuslim.blogspot.com/2020/10/toleransi-ala-uztad-felix-siaw.html