Menyentuh Dengan Ahlak
Friday, October 9, 2020
Edit
Menyentuh Dengan Ahlak - Hallo sahabat Islam Itu Indah, Pada Artikel yang anda baca kali ini dengan judul Menyentuh Dengan Ahlak, kami telah mempersiapkan artikel ini dengan baik untuk anda baca dan ambil informasi didalamnya. mudah-mudahan isi postingan
Artikel kisah, yang kami tulis ini dapat anda pahami. baiklah, selamat membaca.
Judul : Menyentuh Dengan Ahlak
link : Menyentuh Dengan Ahlak
Pengaruh Ibrahim yang bersahaja, ternyata mengalahkan semua orang-orang pandai di sekitar Jad."
Pembaca.....
Anda sekarang membaca artikel Menyentuh Dengan Ahlak dengan alamat link https://lubukhatimuslim.blogspot.com/2020/10/menyentuh-dengan-ahlak.html
Judul : Menyentuh Dengan Ahlak
Menyentuh Dengan Ahlak
ARTIKEL KE 755
JAD DAN IBRAHIM
Tersebutlah seorang anak berjulukan Jad, seorang bocah umur 7 tahun di kala tahun 40-an. Jad kecil tinggal bersama keluarganya di salah satu apartemen kelas menengah di sebuah kota di Prancis. Ia terlahir dari keluarga Yahudi taat dan berpendidikan tinggi. Ibunya yaitu Professor di universitas terkemuka di Perancis kala itu.
Salah satu sudut lantai dasar apartemen tersebut, ada sebuah toko kelontong kecil yang menjadi daerah bagi warga sekitar untuk belanja kebutuhan sehari-hari mereka, termasuk keluarga Jad.
Toko itu milik seorang berkebangsaan Turki berjulukan Ibrahim, usia 67 tahun. Seorang muslim yang sangat sederhana, bukan dari kalangan berpendidikan tinggi.
Jad kecil hampir setiap hari berbelanja di toko ini. Bila berbelanja, selalu, tanpa sepengetahuan Ibrahim, setidaknya begitu persangkaannya, belakang layar ia mengambil sebatang permen coklat. Sampai suatu hari ia mungkin sedang terburu-buru, ia lupa mengambil (mencuri) coklat tersebut.
Ketika melangkah meninggalkan toko, Ibrahim memanggilnya dan berkata, "Jad, kau lupa sesuatu, Nak." Jad kecil menyelidiki belanjaannya. Tetapi, tidak menemukan sesuatu yang terlupakan.
"Bukan itu," kata Ibrahim dengan senyum. "Ini." Katanya sambil memegang coklat yang biasa diambil Jad. Tentu saja Jad kaget dan ketakutan. Takut bila Ibrahim memberikan 'hal memalukan' tersebut ke orang tuanya. Reaksinya, terdiam dan pucat.
"Tidak apa-apa, Nak,.. Kata Ibrahim dengan bijak. "Mulai hari ini kau boleh mengambil sebuah coklat gratis setiap berbelanja sebagai hadiah. Tapi, berjanjilah untuk jujur mengatakannya," Ibrahim pun tersenyum.
(baca : Sikap berujung bencana)
"Bukan itu," kata Ibrahim dengan senyum. "Ini." Katanya sambil memegang coklat yang biasa diambil Jad. Tentu saja Jad kaget dan ketakutan. Takut bila Ibrahim memberikan 'hal memalukan' tersebut ke orang tuanya. Reaksinya, terdiam dan pucat.
(baca : Sikap berujung bencana)
Sejak hari itu, Jad akrab dengan Ibrahim. Ia tidak hanya tiba menjumpai Ibrahim untuk berbelanja, tetapi juga menjadikannya daerah bercerita dan menumpahkan keluh kesahnya.
Bila menghadapi suatu masalah, Ibrahim yaitu orang yang pertama diajaknya berbicara.
Dan, bila itu Jad tiba dengan sejuta problemanya, Ibrahim tidak pernah eksklusif menjawabnya, namun selalu menyuruh Jad untuk membuka halaman sebuah buku tebal yang tersimpan di sebuah kotak kayu dan menentukan halaman secara acak.
Ibrahim akan membaca halaman demi halaman buku tebal tersebut tanpa suara, kemudian menjelaskan tanggapan dari problem yang dihadapi Jad.
Ibrahim akan membaca halaman demi halaman buku tebal tersebut tanpa suara, kemudian menjelaskan tanggapan dari problem yang dihadapi Jad.
Hal tersebut berlangsung selama lebih kurang 17 tahun. Sampai satu ketika salah seorang anak Ibrahim mendatangi Jad dan memperlihatkan kotak beserta isinya tersebut kepadanya sembari membawa informasi yang sangat menyedihkan.
Jad yang ketika itu telah menjadi cowok mendapatkan kabar jikalau Ibrahim, sahabat sejatinya telah berpulang. Wafat kembali keharibaan penciptaNya.
Kotak berisi kitab itu diterimanya penuh haru. Jad memperlakukannya dengan takzim sebagai representasi sang sahabat, Ibrahim memperlakukan kitab itu.
Jad yang ketika itu telah menjadi cowok mendapatkan kabar jikalau Ibrahim, sahabat sejatinya telah berpulang. Wafat kembali keharibaan penciptaNya.
Kotak berisi kitab itu diterimanya penuh haru. Jad memperlakukannya dengan takzim sebagai representasi sang sahabat, Ibrahim memperlakukan kitab itu.
Satu ketika, ketika ia berhadapan dengan satu problem pelik, ia membuka kotak dan mengambil kitab yang ada di dalamnya, sebagaimana yang sering ia lakukan dengan almarhum Ibrahim. Ternyata kitab itu bertuliskan karakter Arab. Karena tak bisa membaca goresan pena dalam bahasa Arab, Jad pun tak kurang akal.
Ia meminta tolong kepada temannya yang berkebangsaan Tunisia untuk menjelaskan makna dari 2 halaman yang dipilihnya secara acak. Sang sahabat ini pun kemudian membacakan makna goresan pena itu. Sungguh, apa yang disampaikan sahabatnya, seakan bagai tanggapan khusus bagi problem yang sedang ia hadapi...
(baca : hidup itu butuh masalah)
(baca : hidup itu butuh masalah)
Jad kemudian bertanya kepada sahabat Tunisianya: "Ini kitab apa..?"
"Al-Qur'an, kitab suci Umat Islam." Jawab temannya.
Kaget dan takjub Jad mendengar hal tersebut. Ia eksklusif bertanya bagaimana syarat untuk menjadi seorang Muslim.
Dijawab oleh Si Tunisia : "Mudah, Syahadat dan berusaha menjalankan Syariah."
"Al-Qur'an, kitab suci Umat Islam." Jawab temannya.
Kaget dan takjub Jad mendengar hal tersebut. Ia eksklusif bertanya bagaimana syarat untuk menjadi seorang Muslim.
Dijawab oleh Si Tunisia : "Mudah, Syahadat dan berusaha menjalankan Syariah."
Hari itu Jad masuk Islam dan mengubah namanya menjadi Jadullah Al-Qurani. Dia berjanji untuk mempelajari Al-Quran dengan sebaik-baik dan semampunya.
Tentu saja keluarganya yang beragama Yahudi, terutama Ibunya yang profesor, sulit mendapatkan hal tersebut dan berusaha untuk mengembalikan Jad kepada keyakinannya semula.
Tentu saja keluarganya yang beragama Yahudi, terutama Ibunya yang profesor, sulit mendapatkan hal tersebut dan berusaha untuk mengembalikan Jad kepada keyakinannya semula.
Sang Ibu berjuang dengan aneka macam cara bahkan mengajak teman-teman dari kalangan intelektual Yahudi untuk memberi pengertian pada Jad. Ini terus berlangsung selama 30 tahun, tetapi tidak berhasil.
(baca : Dibanjiri sejuta keberkahan dan kebaikan)
(baca : Dibanjiri sejuta keberkahan dan kebaikan)
Pengaruh Ibrahim yang bersahaja, ternyata mengalahkan semua orang-orang pandai di sekitar Jad."
Jadullah pun berkata:
"Saya menjadi Muslim di tangan seorang lelaki yang justru tidak pernah berbicara ihwal agama".
"Saya menjadi Muslim di tangan seorang lelaki yang justru tidak pernah berbicara ihwal agama".
"Tak pernah berkata":
_"Kamu Yahudi!"_
_"Kamu Kafir!"_
_"Belajarlah agama!"_
_"Jadilah muslim!"_
_"Kamu Yahudi!"_
_"Kamu Kafir!"_
_"Belajarlah agama!"_
_"Jadilah muslim!"_
"Tapi, ia menyentuh saya dengan "akhlak", dan itu yaitu sebaik-baiknya perilaku‼️ Memperkenalkan kepada saya se baik-baiknya kitab, Al-Qur'an"
Jadullah mempelajari Al-Qur’an serta memahami isinya, kemudian ia berdakwah di Eropa hingga berhasil meng-Islamkan enam ribu Yahudi dan Nasrani.
Suatu hari, Jadullah membuka lembaran-lembaran Al-Qur’an hadiah dari Ibrahim itu. Tiba-tiba ia mendapati sebuah lembaran bergambarkan peta dunia. Pada ketika matanya tertuju pada gambar benua afrika, nampak di atasnya tertera tanda tangan _Ibrahim_ dan dibawah tanda tangan itu tertuliskan ayat :
( ﺍُﺩْﻉُ ﺇِﻟَﻰ ﺳَﺒِﻴﻞِ ﺭَﺑِّﻚَ ﺑِﺎﻟْﺤِﻜْﻤَﺔِ ﻭَﺍﻟْﻤَﻮْﻋِﻈَﺔِ ﺍﻟْﺤَﺴَﻨَﺔِ (!!… )
“Serulah (manusia) kepada jalan Tuhan-mu dengan pesan yang tersirat dan pelajaran yang baik!!…”_
(QS. An-Nahl; 125)
Iapun yakin bahwa ini yaitu wasiat dari Ibrahim dan ia memutuskan untuk melaksanakannya. Beberapa waktu kemudian Jadullah meninggalkan Eropa dan pergi berdakwah ke negara-negara Afrika yang diantaranya yaitu Kenya, Sudan bab selatan (yang secara umum dikuasai penduduknya yaitu Nasrani), Uganda serta negara-negara sekitarnya.
Jadullah berhasil meng-Islamkan lebih dari 6.000.000 (enam juta) orang dari suku Zolo, ini gres satu suku, belum dengan suku-suku lainnya.
Jadullah Al-Qur'ani wafat di tahun 2003, dalam perjalanan hidupnya sebagai seorang Muslim..
Jadullah Al-Qur'ani wafat di tahun 2003, dalam perjalanan hidupnya sebagai seorang Muslim..
30 tahun lebih ia telah meng-Islamkan lebih dari jutaan orang di Afrika.
Sementara Ibunya masuk Islam di tahun 2005, di usia 78 tahun, dua tahun sehabis meninggalnya sang anak, Jadullah Al-Qur'ani.
Di sebagian fragmen dongeng kasatmata ini, hasilnya menginspirasi sineas Perancis untuk memfilmkannya dengan judul, *“MONSIEUR IBRAHIM et Les Fleurs du Coran‘* (Ibrahim dan Bunga-Bunga Quran) yang disutradarai Francois Dupeyron. Film ini dibintangi pemain film legendaris mesir Omar Sharif_(sebagai Uncle Ibrahim) dan pemain film muda berbakat Perancis Pierre Boulanger (sebagai Jad)
Pembaca.....
Ini kisah kasatmata luar biasa yang sangat menginspirasi terutama bagi para juru Dakwah. Karena berdakwah tak hanya dengan lisan, tapi juga lewat akhlak.
Kenyataannya masih banyak dari Saudara Muslim kita yang masih suka mengkafir-kafirkan saudara Muslim yang lain, hanya kerena BERBEDA GURU atau mazhab atau cara memaknai sebuah, atau beberapa ayat Alquran dan Hadis.
Wallahu alam...
Demikianlah Artikel Menyentuh Dengan Ahlak
Sekianlah artikel Menyentuh Dengan Ahlak kali ini, mudah-mudahan bisa memberi manfaat untuk anda semua. baiklah, sampai jumpa di postingan artikel lainnya.
Anda sekarang membaca artikel Menyentuh Dengan Ahlak dengan alamat link https://lubukhatimuslim.blogspot.com/2020/10/menyentuh-dengan-ahlak.html