Keharusan Menjadi Langsung Yang Terus Bertumbuh
Thursday, October 8, 2020
Edit
Keharusan Menjadi Langsung Yang Terus Bertumbuh - Hallo sahabat Islam Itu Indah, Pada Artikel yang anda baca kali ini dengan judul Keharusan Menjadi Langsung Yang Terus Bertumbuh, kami telah mempersiapkan artikel ini dengan baik untuk anda baca dan ambil informasi didalamnya. mudah-mudahan isi postingan
Artikel alasan, yang kami tulis ini dapat anda pahami. baiklah, selamat membaca.
Judul : Keharusan Menjadi Langsung Yang Terus Bertumbuh
link : Keharusan Menjadi Langsung Yang Terus Bertumbuh
Anda sekarang membaca artikel Keharusan Menjadi Langsung Yang Terus Bertumbuh dengan alamat link https://lubukhatimuslim.blogspot.com/2020/10/keharusan-menjadi-langsung-yang-terus.html
Judul : Keharusan Menjadi Langsung Yang Terus Bertumbuh
link : Keharusan Menjadi Langsung Yang Terus Bertumbuh
Keharusan Menjadi Langsung Yang Terus Bertumbuh
ARTIKEL KE 803
Menyikapi Sunnatullah dengan Benar
Untuk sukses dan banyak rezeki kita diharuskan menjadi langsung yang terus bertumbuh setiap harinya. Bertumbuh ke arah yang lebih baik tentunya, bukan hanya fisiknya yang makin subur tapi juga contoh pikirnya. Berikut yaitu sunnah yang harus kita pahami dengan benar biar bisa menjadi langsung yang terus bertumbuh.
Sunnah Tanafus (Hukum Berkompetisi)
Kalau kita perhatikan dengan cermat, tidak ada kehidupan di dunia ini yang bebas dari kompetisi. Ilmu pengetahuan modern telah mengajarkan kepada kita bahwa pada semua makhluk apakah it tumbuhan, hewan, atau insan berlaku aturan the survival of the fittest atau siapa yang berpengaruh maka ialah yang akan bertahan.
Di Afrika sono, setiap pagi para singa mikir, bagemana caranya berlari lebih cepat dari rusa, supaya hari itu beliau sanggup makan dan ga mati kelaparan.
Sementara si rusa pun mikir, gimana caranya berlari lebih cepat dari singa, supaya hari itu beliau gak jadi santapan singa.
Sementara si rusa pun mikir, gimana caranya berlari lebih cepat dari singa, supaya hari itu beliau gak jadi santapan singa.
Adalah insting kita buat survive (bertahan hidup). Singa mengejar rusa dan mencabik-cabik tubuhnya bukan lantaran beliau kejam dan gak berperikebinatangan tapi insting untuk bertahan hidup mengharuskannya demikian. Itulah ikhtiarnya menjemput rezeki yang disediakan Allah baginya. Dia perlu keluar ke padang rumput mengintai rusa yang mungkin juga berada di sana mencari rezeki berupa rumput yang segar yang disediakan Allah baginya. Yang perlu dilakukannya yaitu mengasah kemampuan berlarinya, biar semakin mumpuni mengejar mangsa. Karena kaki-kaki tangguh dan kecepatan lari yang mumpuni yaitu sumberdaya berharga yang dimilikinya untuk survive.
Sementara rusa, bukanlah beliau lemah lantaran harus menjadi mangsa singa-singa lapar. Karena itu Allah membekali kemampuan lari rusa yang jauh lebih cepat dari singa sehingga bisa lolos dari sergapan singa yang buas..
Jika singa berlari lebih lambat dari rusa, mengapa kebanyakan kejadian rusa berhasil terkejar oleh singa? Baca alasannya di artikel fokus pada kekuatan.
Begitupun manusia, kompetisi itu sesuatu yang lumrah, bukan semata-mata lantaran ingin menjadi yang terbaik tapi demi menggapai kehidupan yang lebih baik...menggapai rezekiNya yang berkah bermanfaat.
Sunnah Tadafu’ (Hukum Tolak Menolak)
“Seandainya Allah tidak menolak (keganasan) sebahagian insan dengan sebahagian yang lain, niscaya rusaklah bumi ini. Tetapi Allah memiliki karunia (yang dicurahkan) atas semesta alam” (QS Al-Baqarah: 251)
Di alam kita mengenal predator, binatang pemangsa dalam sebuah ekosistem. Jika binatang kehilangan predatornya maka binatang itu akan berbahaya. Contoh: wereng semenjak jaman dulu sudah ada. Wereng menjadi berbahaya ketika insan menggangu predator wereng menyerupai menangkapi burung, memakan katak dan lain-lain. Akibatnya rusaklah keseimbangan alam.
Di dalam islam, hal ini disebut dengan sunnah tadafu’, sunnah yang terjadi antar makhluk untuk saling ber-tadafu’, bersaing, berkonfrontasi, berebut dan saling memangsa.
Dalam alqur’an, ayat perihal sunnah tadafu’ selalu berada dalam rangkaian ayat perihal jihad. Salah satunya yaitu cerita fenomenal, perihal Thalut, Jalut dan Daud dalam surat Al Baqarah: 246-251.
“Apakah kau tidak memperhatikan pemuka-pemuka bani Israil sesuah Nabi Musa, yaitu ketika mereka berkata kepada seorang Nabi mereka: “Angkatlah untuk kami seorang raja supaya kami berperang (di bawah pimpinannya) di jalan Allah”. Nabi mereka menjawab: ”Mungkin sekali jikalau kau nanti diwajibkan berperang kau tidak akan berperang”. Mereka menjawab: ”mengapa kami tidak mau berperang di jalan Allah, padahal sesungguhnya kami telah diusir dari belum dewasa kami?”. Maka tatkala perang itu diwajibkan atas mereka, merekapun berpaling kecuali beberapa saja diantara mereka. Dan Allah Maha Mengetahui siapa orang-orang yang zalim”
Ketika muncul seorang penguasa zalim yang menindas rakyatnya dan menciptakan banyak sekali kerusakan di muka bumi, maka Allah SWT mengirimkan kepadanya orang yang mengingatkannya dan menghentikan perbuatan zalimnya itu. Bisa jadi orang yang diutus Allah untuk menghentikan perbuatan si zalim itu yaitu seorang yang adil, atau bisa juga orang yang zalim juga menyerupai penguasa itu.
Kapan Allah SWT mengirim pemimpin dan penguasa yang adil? Jawabnya, ketika umat Islam mau kembali dan taat kepada aturan dan ketentuan Allah Swt. Hal ini ditegaskan oleh Allah Swt. dalam firman-Nya,
“Jikalau sekiranya penduduk negeri-negeri beriman dan bertakwa, pastilah Kami akan melimpahkan kepada mereka berkah dari langit dan bumi, tetapi mereka mendustakan (ayat-ayat Kami) itu, maka Kami siksa mereka disebabkan perbuatannya” (QS Al-A’raf: 96).
Allah Swt. mengutus Nabi Ibrahim as. kepada Namrud yang tiranis, mengirim Nabi Musa as. kepada Fir’aun yang sombong lagi penindas, menyuruh Thalut untuk melawan Jalut yang kejam, dan menghadirkan Nabi Muhammad SAW di tengah-tengah masyarakat Quraisy yang musyrik dan suka membunuh.
Jadi Sunnatu at-Tadafu’ merupakan sesuatu yang mesti ada dalam kehidupan dunia ini untuk mencegah kerusakan di bumi, sehingga sebagian insan tidak melanggar hak asasi sebagian yang lain, dan si berpengaruh tidak memangsa si lemah. Jika Sunnatu at-Tadafu’ ini tidak ada, maka dunia akan dikuasai oleh aturan rimba, siapa yang berpengaruh beliau yang menang.
Sunnatut Tadawul (Hukum Pergiliran)
Berbicara seputar aturan pergiliran, ini semacam siklus kehidupan. Bahwa roda kehidupan dunia sepanjang sejarahnya terus berputar tiada henti. Sejarah telah melemparkan insan ke langit kebesaran, dan sebagiannya dilindas rodanya dengan kejam, kemudian kaidah pergiliran itu berlaku, orang-orang yang tadinya diatas tiba-tiba harus bergelimpangan dibawah, dan mereka yang tadinya berdarah-darah di bawah kini berkibar di puncak gunung kejayaan.
Untuk apa?
Apakah untuk menangisi kekalahan, menyerupai tumpah ruahnya kesedihan para sahabat ketika mengalami kekalahan pada Perang Uhud dalam bentuk isak tangis dan derai air mata? Padahal Allah SWT telah mengingatkan :
“dan janganlah kau merasa hina dan bersedih, alasannya yaitu kamulah yang lebih tinggi jikalau kau beriman. Jika kau tersentuh kekalahan (musibah), maka luka ( musibah) yang sama juga menimpa kaum yang lain. Demikianlah hari-hari (kemenangan) kami pergilirkan diantara manusia”. (Qs. ali Imran: 140)
Berbicara soal sunnatut tadawul kita teringat dengan cerita Nabi Yusuf as.
Tumbuh dalam dekapan hangat kasih sayang orang tuanya.
Lalu dillemparkan ke dalam sumur oleh saudara-saudara yang memendam bara iri dan dengki.
Kemudian diselamatkan oleh sekelompok orang dan dijual sebagai budak. Ia menjalani masa-masa remajanya di tengah keluarga seorang pembesar Mesir.
Lalu dipenjara lantaran mempertahankan kesuciannya dari godaan istri pembesar Mesir itu .
Hingga kemudian dibebaskan dan menjadi perdana mentri.
Begitulah Nabi Yusuf as dari terzalimi menjadi orang yang berkuasa.
Tumbuh dalam dekapan hangat kasih sayang orang tuanya.
Lalu dillemparkan ke dalam sumur oleh saudara-saudara yang memendam bara iri dan dengki.
Kemudian diselamatkan oleh sekelompok orang dan dijual sebagai budak. Ia menjalani masa-masa remajanya di tengah keluarga seorang pembesar Mesir.
Lalu dipenjara lantaran mempertahankan kesuciannya dari godaan istri pembesar Mesir itu .
Hingga kemudian dibebaskan dan menjadi perdana mentri.
Begitulah Nabi Yusuf as dari terzalimi menjadi orang yang berkuasa.
From zero to pahlawan
“Allah tidak akan mengubah nasib suatu kaum sebelum mereka mengubah apa yang ada di dalam diri mereka sendiri” (Qs. ar-Ra’du: 11)
Ini menawarkan kita paradigma,
Pertama,
Pantangan untuk patah arang lantaran semenderita apapun kesusahan kita, selalu tersedia kesempatan untuk merubah keadaan menjadi lebih baik.
Kedua,
Keharusan untuk menjadi langsung yang terus bertumbuh. Ini biar kapasitas internal kita selalu bisa lebih besar dari realitas dan tantangan kita.
Jadi, sunnatut tadaawul sesungguhnya yaitu biar kita cermat menghitung, sudah seberapa banyak kita mengumpulkan syarat yang akan memantaskan kita menjadi bintang di langit sejarah, dan bukannya malah mengeluh berkepanjangan.
Itulah 3 sunnatullah dalam kehidupan ini.
Semoga kita bisa menyikapinya dengan tepat.
Semoga menjadi bekal kita mengarungi perahu kehidupan ini.
Semoga kita bisa menyikapinya dengan tepat.
Semoga menjadi bekal kita mengarungi perahu kehidupan ini.
Wallahu alam..
Demikianlah Artikel Keharusan Menjadi Langsung Yang Terus Bertumbuh
Sekianlah artikel Keharusan Menjadi Langsung Yang Terus Bertumbuh kali ini, mudah-mudahan bisa memberi manfaat untuk anda semua. baiklah, sampai jumpa di postingan artikel lainnya.
Anda sekarang membaca artikel Keharusan Menjadi Langsung Yang Terus Bertumbuh dengan alamat link https://lubukhatimuslim.blogspot.com/2020/10/keharusan-menjadi-langsung-yang-terus.html