Bisakah Bahagia, Tanpa Diberi Rezeki Anak Dalam Perkawinan?

Bisakah Bahagia, Tanpa Diberi Rezeki Anak Dalam Perkawinan? - Hallo sahabat Islam Itu Indah, Pada Artikel yang anda baca kali ini dengan judul Bisakah Bahagia, Tanpa Diberi Rezeki Anak Dalam Perkawinan?, kami telah mempersiapkan artikel ini dengan baik untuk anda baca dan ambil informasi didalamnya. mudah-mudahan isi postingan Artikel Pesan, Artikel tips, yang kami tulis ini dapat anda pahami. baiklah, selamat membaca.

Judul : Bisakah Bahagia, Tanpa Diberi Rezeki Anak Dalam Perkawinan?
link : Bisakah Bahagia, Tanpa Diberi Rezeki Anak Dalam Perkawinan?

Baca juga


Bisakah Bahagia, Tanpa Diberi Rezeki Anak Dalam Perkawinan?

Jawaban pertanyaan di atas yakni BISA. Jika tak kunjung diberi anak meskipun telah berusaha mati-matian bukan berarti kita tidak sanggup menikmati kehidupan perkawinan yang bahagia. Tujuan sebuah perkawinan yakni untuk melengkapkan kehidupan seseorang dengan hadirnya pasangan sejiwa yang membahagiakan. Jika akirnya dipercaya untuk beroleh keturunan, anak yang menceriakan rumah tangga itu yakni bonus dari Allah. Kaprikornus apa yang harus dilakukan semoga rumah tangga tetap bisa tetap senang meskipun belum dikaruniai rezeki anak?


ika tak kunjung diberi anak meskipun telah berusaha mati BIsakah Bahagia, Tanpa diberi Rezeki Anak dalam Perkawinan?
Anak yakni belahan jiwa.. bisakah senang
tanpa kehadiran mereka?


Ikhlas menerima 

Ikhlas menerima.. Jika tahun-tahun perkawinan berlalu tanpa diberi keturunan itu yakni kehendak Allah yang harus diterima. Itulah kondisi terbaik yang diberikanNya. Allah yang Maha Sayang pada hamba-hambanya tidak akan menawarkan sesuatu yang berakibat jelek untuk hambaNya. Pada ketika kita lapang dada mendapatkan hati akan menjadi tenang, kita akan lebih pasrah pada ketentuanNya. Tidak perlu saling menyalahkan atau mencari kambing hitam penyebab hal tersebut.

Berikhtiar bersama

Ikhlas mendapatkan bukan berarti berhenti berusaha / berikhtiar. Tetap mengunjungi dokter untuk memeriksakan kesehatan, minum obat yang dianjurkan, mencoba kegiatan bayi tabung atau bisa juga berusaha secara tradisional, minum obat herbal, jamu-jamuan atau akupuntur. Selama ikhtiar dilakukan bersama hal itu akan semakin mendekatkan diri dengan pasangan dan bisa saling menguatkan. Jangan lupa perbaiki ibadah dan istighfar pada yang Allah, siapa tahu ada dosa-dosa yang menghalang datangnya rezeki anak.


ika tak kunjung diberi anak meskipun telah berusaha mati BIsakah Bahagia, Tanpa diberi Rezeki Anak dalam Perkawinan?
program bayi tabung bisa jadi pilihan

Selingkuh / poligami bukan solusi

Ada beberapa pria yang menyalahkan kondisi istrinya sebagai penyebab belum adanya anak dalm kehidupan rumah tangganya. Padahal belum tentu kesalahan ada pada pihak istri sebelum ada bukti medis yang menguatkan hal tersebut. Kalaupun terbukti bahwa pihak istri yang mandul itulah kenyataan yang harus diterima, menyalahkannya tidak akan mengubah keadaan, hanya akan menciptakan istri tambah menderita. Sangat berat bagi seorang wanita harus mendapatkan kenyataan bahwa dirinya mandul.
Berdasarkan hal tersebut di atas beberapa pria memilih untuk selingkuh demi mendapatkan pembenaran atas kemandulan istrinya. Dosa besar berzina dan menyakiti istri dilakukan sekaligus. Atau melaksanakan poligami, menikah lagi dengan wanita lain atau menceraikan istrinya terlebih dahulu sebelum menikahi wanita lain. Sementara istri pertama yang telah mendampinginya dengan setia dalam suka dan sedih dilupakan begitu saja ibarat anjing kurap yang tidak berguna. 
Sadarilah para suami bahwa rezeki Allah akan menjauh bila engkau menyakiti hati istrimu. Sebelum melangkah pikirkan baik-baik. Jika ingin menikah lagi sebaiknya dengan izin istri pertama. Jika ia tidak mengizinkan sebaiknya jangan egois. Masih banyak yang bisa dilakukan untuk saling membahagiakan ibarat mengangkat anak misalnya.

Lihat sisi positifnya

Anak bisa menjadi fitnah
Anak yakni rezeki, karunia yang diberikan Allah kepada kita. Namun demikian Allah juga menyebutkan bahwa anak bisa menjadi fitnah (cobaan / musibah) bagi orang tuanya bila anak tersebut menciptakan orang tuanya lalai dari mengingat Allah. Jika anak tersebut tidak dididik dengan baik, dengan agama akan mengakibatkan setan sebagai temannya dan ikut menciptakan kerusakan di muka bumi. 
Maka Allah mengingatkan kepada kita "Hai orang-orang beriman janganlah harta dan anak-anakmu melalaikan kau dari mengingat Allah. Barangsiapa yang berbuat demikian maka mereka itulah orang-orang yang merugi" (Q.S. Al Munafiqun : 9).

Bersyukurlah bila belum dikaruniai anak.............     
 "Dan ingatlah tatkala Tuhanmu memperingatkan bila kau bersyukur niscaya Kami (Allah) akan menambah nikmat kepadamu, dan bila kau mengingkari nikmatKu maka bersama-sama azabKU sangat pedih" ( Q.S. Ibrahim : 7).

Bisa berbakti dengan lebih baik pada orangtua
Mungkin Allah menginginkan kita untuk merawat orang renta yang sudah renta sebagai ganti merawat anak dari rahim kita sendiri. Orang renta yang sakit-sakitan di usia senjanya membutuhkan banyak perhatian kita yang mungkin akan susah dilakukan bila mempunyai anak. 

Merawat anak orang lain
Mungkin sebagai ganti anak yang lahir dari rahim kita Allah menginginkan kita memelihara belum dewasa yang kurang beruntung dan jadi yatim piatu atau dari keluarga miskin baik kita besarkan dalam rumah kita ataupun rutin mengunjungi panti asuhan, atau mengelola panti asuhan sendiri.




Memiliki banyak waktu untuk mengurus bisnis
Mungkin Allah menginginkan kita mempunyai bisnis yang menawarkan banyak laba untuk dipakai di jalan Allah. Seperti mengelola panti asuhan, membangun mesjid di perkampungan miskin, menciptakan Taman pendidikan Al Alquran / Playgroup untuk anak tidak bisa dan sebagainya.


Kesimpulan

Belum hadirnya anak dalam perkawinan bisa tetap menciptakan bahagia, tergantung pada pasangan yang menjalaninya. Kehadiran anak bukan penentu kebahagiaan rumah tangga bahkan bisa saja menjadi fitnah / cobaan buat orang tuanya. Merawat anak tidak berarti harus yang lahir dari rahim kita tetapi semua belum dewasa yang kurang beruntung bisa kita bagi sebagian kebahagian kita. Membagi kebahagiaan akan menciptakan kita jauh lebih bahagia.
Wallahu alam



Demikianlah Artikel Bisakah Bahagia, Tanpa Diberi Rezeki Anak Dalam Perkawinan?

Sekianlah artikel Bisakah Bahagia, Tanpa Diberi Rezeki Anak Dalam Perkawinan? kali ini, mudah-mudahan bisa memberi manfaat untuk anda semua. baiklah, sampai jumpa di postingan artikel lainnya.

Anda sekarang membaca artikel Bisakah Bahagia, Tanpa Diberi Rezeki Anak Dalam Perkawinan? dengan alamat link https://lubukhatimuslim.blogspot.com/2020/07/bisakah-bahagia-tanpa-diberi-rezeki.html

Iklan Atas Artikel

Iklan Tengah Artikel 1

Iklan Tengah Artikel 2

Iklan Bawah Artikel