Apakah Anak Berutang Alasannya Sudah Dibesarkan Orangtuanya?

Apakah Anak Berutang Alasannya Sudah Dibesarkan Orangtuanya? - Hallo sahabat Islam Itu Indah, Pada Artikel yang anda baca kali ini dengan judul Apakah Anak Berutang Alasannya Sudah Dibesarkan Orangtuanya?, kami telah mempersiapkan artikel ini dengan baik untuk anda baca dan ambil informasi didalamnya. mudah-mudahan isi postingan Artikel cerita, yang kami tulis ini dapat anda pahami. baiklah, selamat membaca.

Judul : Apakah Anak Berutang Alasannya Sudah Dibesarkan Orangtuanya?
link : Apakah Anak Berutang Alasannya Sudah Dibesarkan Orangtuanya?

Baca juga


Related

Apakah Anak Berutang Alasannya Sudah Dibesarkan Orangtuanya?

Anak ialah rezeki

Anak ialah rezeki yang diberi Allah pada orang tua. Orang bau tanah yang diberikan rezeki atau amanat berupa anak harus bersyukur lantaran tidak semua orang bau tanah mendapat rezeki ini. Ada juga orang bau tanah yang harus menjalani perkawinan tanpa kehadiran anak. Anak ialah investasi darul abadi yang akan mendoakan kebahagiaan dan keselamatan orang tuanya kelak. Jika seseorang memutuskan untuk mempunyai seorang anak baik melalui buah dari perkawinan atau adopsi mereka harus bertanggung jawab pada anak tersebut mulai dari sebelum lahir (bayi) hingga mereka remaja dan bisa mandiri. Lalu apakah belum dewasa tersebut berutang pada orang tuanya?

 Anak ialah rezeki yang diberi Allah pada orang bau tanah Apakah Anak Berutang Karena Telah dibesarkan Orangtuanya?

Apakah anak berutang pada orang tuanya?

Membesarkan seorang anak di abad kini ini butuh biaya yang besar. Mulai dari biaya kesehatan dan investigasi dokter serta gizi yang cukup selama ia dalam kandungan. Biaya melahirkan, makanan, pakaian, pendidikan, kesehatan,mainan, hiburan dan rekreasi serta biaya lain-lain yang jumlahnya cukup besar harus dikeluarkan oleh orang bau tanah dikala mempunyai anak. Jika seorang anak yang dibesarkan dengan penuh kasih sayang telah mandiri, apakah beliau berutang pada orang tuanya, atau apakah boleh orangtua menganggap anak itu berutang padanya?


# 1. Anak makan rezekinya sendiri

Jika seseorang diberi anak oleh Allah, maka Allah akan menyertakannya dalam rezeki orang tuanya. Itulah sebabnya mengapa menikah itu menambah rezeki. Karena tadinya rezeki Allah hanya diberi untuk satu orang, bertambah jumlahnya lantaran suami diberi tanggungan berupa isteri dan anak-anaknya. Darimana anak itu berasal? Dari Allah bukan? Maka Allah lah yang akan mencukupkan rezeki anak itu. Karenanya kita dihentikan membunuh belum dewasa kita lantaran takut miskin.

Lalu apakah anak berutang pada kita? Jika apa yang dimakannya ialah rezekinya sendiri yang diberi melalui tangan kita itu tandanya mereka TIDAK BERUTANG apa-apa pada kita. Mereka memakai rezekinya sendiri. Logikanya sama ibarat si A memberi buku untuk si B dan menitipkannya melalui kita. Maka kewajiban kita ialah memberikan buku itu kepada pemiliknya, yaitu Si B. Si B tidak berutang apa-apa kepada kita lantaran buku itu ialah miliknya yang dititipkan oleh si A. Hanya si B mengakui kebaikan kita dan mengucapkan terima kasih atas pertolongan kita.


# 2. Hubungan orang bau tanah - anak bukan bisnis

Sebuah korelasi yang dilandasi dengan hitungan untung rugi bukan korelasi yang sehat lantaran mengidentikkan dengan bisnis. Tujuan bisnis itu ialah menghasilkan laba bahan yang lebih besar dibanding modal yang dikeluarkan. Betapa dangkalnya orang bau tanah kalau menganggap korelasi orangtua dan anak itu sama dengan hitungan untung rugi. Mengumumkan kepada anak berapa deposito atau uang yang dihabiskan orang bau tanah lantaran membesarkannya akan merusak korelasi dan menyakiti hati anak. Orang bau tanah ibarat ini biasanya memakai strategi ini biar sanggup mengontrol anak-anaknya, biar anak-anaknya senantiasa patuh dan mengikuti kemauan orang tuanya lantaran merasa punya utang.

Hubungan orang bau tanah dan anak itu harus setara dan orang bau tanah harus memandang anak sebagai rezek, sebagai karunia dan amanat yang diberikan oleh Allah yang harus dibesarkan tanpa ada tuntutan ingin dibalas.


# 3. Orang bau tanah tidak perlu meminta apapun sebagai balas jasa atas usahanya membesarkan anak.

Adalah keistimewaan dan rezeki yang besar dikaruniai anak. Mereka menawarkan keceriaan dan kegembiraan dalam hidup orang tuanya. Tidak semua orang mendapat keistimewaan ini dan kiprah orang bau tanah untuk mendidik dan mempersiapkan mereka untuk menghadapi dunia. Kemudian mereka keluar menjawab tantangan dunia dan menentukan  jalan sendiri. Kalaupun mereka kembali ke rumah itu lantaran adanya ikatan kasih sayang yang menempel diantara mereka, bukan lantaran itu keharusan buat mereka untuk membayar utang dan membalas kebijaksanaan orang tuanya. Kalaupun mereka melaksanakan sesuatu untuk orang tuanya itu lantaran mereka memang ingin melakukannya dari hati yang paling dalam bukan lantaran mereka merasa berutang.

Mereka membesarkan belum dewasa dengan baik dengan impian anak akan tumbuh menjadi anak yang manfaat dan menjadi orang remaja yang membesarkan anak-anaknya dengan penuh kasih sayang sebagaimana orangtuanya membesarkannya.


 # 4. Respek atau penghormatan itu  harus didapatkan secara sukarela bukan lewat tuntutan

Anak-anak tidak pernah minta dilahirkan di dunia ini, Memiliki anak ialah keputusan yang dibentuk secara sadar oleh orang tua. Sebagai konsekuensi dari keputusan yang mereka buat, mereka harus bertanggung jawab untuk membesarkan dan menawarkan kehidupan terbaik sesuai dengan kemampuan mereka.

Orang bau tanah harus ingat bahwa anak ialah insan bukan robot atau barang. Dan investasi terbesar orangtua pada anaknya ialah cinta dan kasih sayang. Dan cinta itu tidak seharusnya dihitung dengan siapa berutang pada siapa dan hitung-hitungannya bagaimana. Karena cinta itu ajaib dan tidak eksak yang bisa dikalkulasikan. Orang bau tanah pun punya banyak kekurangan, kesalahan dan ketidaksempurnaan dalam membesarkan anak-anaknya, tapi cinta mereka yang tulus akan membawa anak-anaknya selalu kembali kepada mereka. Karena memberi cinta akan mendapat cinta itu kembali.


# 5. Anak harus mengakui pengorbanan orang bau tanah untuknya

Meskipun anak tak berutang pada orangtuanya, seorang anak harus mengakui pengorbanan dan kerja keras yang telah dilakukan orang bau tanah dalam membesarkannya. Usaha yang begitu keras dilandasi rasa cinta menawarkan kehidupan terbaik untuk anak-anaknya sesuai dengan kemampuannya harus dihargai. Baginya anak ialah rezeki yang tak ternilai harganya. Karenanya seorang anak punya kewajiban berbakti pada orangtuanya, merawat mereka di hari bau tanah dan selalu ada di samping mereka dikala orangtua membutuhkan dirinya. Sama ibarat orang bau tanah memperlakukan dirinya waktu kecil. Berbakti lantaran menyadari sepenuhnya akan pengorbanan orangtua untuknya bukan lantaran merasa berutang dan harus membayarnya.

Ada perbedaan antara perasaan sebagai orang yang berutang dan perasaan kasih pada orang tua. Perasaan kasih dan berbakti pada orangtua dilandasi kesyukuran lantaran mampu berbuat baik pada orang bau tanah dan didasari keikhlasan semata-mata berharap Allah ridha padanya sebagaimana orangtua ridha pada dirinya.

Kesimpulan

  • Orang bau tanah tidak boleh menghitung-hitung semua pengeluaran yang dikeluarkan untuk membiayai anaknya hanya untuk memperlihatkan kepada mereka betapa besar pengorbanan mereka dalam membesarkannya. Membesarkan anak bukan ibarat menjalankan bisnis yang modalnya harus dihitung dengan cermat dan memastikan mendapat laba yang berlipat di masa datang.
  • Anak tidak berutang apapun pada orangtuanya lantaran apa yang dimakan dan digunakannya ialah rezeki yang telah ditentukan Allah untuknya yang diberikan lewat rezeki orangtuanya.
  • Anak wajib mengakui pengorbanan, cinta dan kerja keras orangtua dalam membesarkannya. Karena disadari perasaan cinta dan kasih ibarat yang diberikan orangtuanya dulu menciptakan anak berbakti dan berbuat baik pada orangtuanya, bukan lantaran mereka berutang tetapi lantaran mereka ingin mencari ridha Allah lewat ridha orangtuanya.
  • Penghormatan dan respek didapatkan secara sukarela dari anak, bukan didapat dengan menuntut dan mendengung-dengungkan jasa orang tua.
Anak tidak berutang pada orang tuanya, tapi anak harus mengakui bahwa orangtua selalu ada untuknya di dikala kecilnya. Apalagi yang bisa diberikan seorang anak selain bakti dan kesediaan berbuat baik pada mereka? Wallahu alam.


Demikianlah Artikel Apakah Anak Berutang Alasannya Sudah Dibesarkan Orangtuanya?

Sekianlah artikel Apakah Anak Berutang Alasannya Sudah Dibesarkan Orangtuanya? kali ini, mudah-mudahan bisa memberi manfaat untuk anda semua. baiklah, sampai jumpa di postingan artikel lainnya.

Anda sekarang membaca artikel Apakah Anak Berutang Alasannya Sudah Dibesarkan Orangtuanya? dengan alamat link https://lubukhatimuslim.blogspot.com/2020/07/apakah-anak-berutang-alasannya-sudah.html

Related Posts

Iklan Atas Artikel

Iklan Tengah Artikel 1

Iklan Tengah Artikel 2

Iklan Bawah Artikel