Tips Melapangkan Rezeki Dengan Bekerja.
Thursday, April 16, 2020
Edit
Tips Melapangkan Rezeki Dengan Bekerja. - Hallo sahabat Islam Itu Indah, Pada Artikel yang anda baca kali ini dengan judul Tips Melapangkan Rezeki Dengan Bekerja., kami telah mempersiapkan artikel ini dengan baik untuk anda baca dan ambil informasi didalamnya. mudah-mudahan isi postingan
Artikel Amalan,
Artikel kisah,
Artikel tips, yang kami tulis ini dapat anda pahami. baiklah, selamat membaca.
Judul : Tips Melapangkan Rezeki Dengan Bekerja.
link : Tips Melapangkan Rezeki Dengan Bekerja.
Anda sekarang membaca artikel Tips Melapangkan Rezeki Dengan Bekerja. dengan alamat link https://lubukhatimuslim.blogspot.com/2020/04/tips-melapangkan-rezeki-dengan-bekerja.html
Judul : Tips Melapangkan Rezeki Dengan Bekerja.
Tips Melapangkan Rezeki Dengan Bekerja.
Bekerja Tidak Menjamin Rezeki Banyak dan Berkah.
- Apakah anda mengalaminya, capek kerja seharian, berpeluh dan badan penat tapi rezeki yang didapatkan tidak sesuai harapan? Sementara ada orang yang kelihatannya santai saja, bekerja pun tidak sekeras anda tapi rezekinya terus mengalir, bertambah-tambah dan hidupnya kelihatan enak, makmur sejahtera.
- Kadang kita sudah berpikir dan penuh percaya diri yakin bisa mendapat rezeki, lantaran kita kita sudah mengusahakan jalannya. Tapi ternyata rezeki itu tak kita dapatkan malah berpindah ke orang lain yang upayanya tidak sekeras kita. Hal itu menciptakan kita jadi galau dengan fenomena rezeki ini.
- Camkan baik-baik bahwa bekerja tidak menjamin kita mendapat rezeki yang banyak apalagi berkah. Karena yang mengatur dan memberinya ialah Allah SWT. Perhatikan firman Allah SWT dalam Surah At Taubah ayat 105.
- Meskipun bekerja tidak menjamin kita beroleh rezeki yang banyak dan berkah tapi bekerja itu sifatnya harus. Bekerja saja belum menjamin adanya rezeki sesuai harapan, apalagi kalau tak bekerja?
- Ada seorang sufi dan juga pedagang yang saleh, berjulukan Al Bakhi (nama aslinya ialah Syaqiq bin Ibrahim, kebetulan asalnya dari kota Balkh, yang merupakan bab dari tempat Khurasan, sebuah wilayah yang kini menjadi bab dari negara Iran, Pakistan dan India. Suatu ketika pedagang in dalam perjalanan melihat seekor burung yang patah sayapnya. Burung itu tak bisa terbang untuk mencari makan. Burung itu kemudian diberi makan oleh burung lain yang sehat, sehingga tetap bisa hidup. Kejadian itu membuatnya merenung, burung yang berada dalam kondisi tak berdaya saja selalu mendapat rezeki, bagaimana dengan dia? Kemudian dia memutuskan untuk mundur dari dunia perdagangan menentukan jalan zuhud dengan mengurangi dunia dan lebih mendekatkan diri pada Allah.
- Selain pengalaman dengan burung itu Al Bakhi juga punya pengalaman lain yang memantapkannya menentukan jalan zuhud. Saat itu ia dalam perjalanan berdagang di tempat Turki dan menemukan tempat pemujaan berhala. Sebagai hamba Allah yang saleh dia memberitahu bahwa apa yang dilakukan oleh para penyembah berhala yang gundul dan berjubah sutera itu salah, lantaran yang patut disembah ialah Allah SWT, yang Maha Kuasa, Maha Hidup, jangan menyembah berhala yang tak sanggup mendatangkan kebajikan baginya. Tapi jawaban yang didapatkannya dari penyembah berhala itu adalah, "jika benar Tuhanmu bisa mendatangkan kebajikan untukmu, mengapa harus jauh-jauh ke sini mencari rezeki, apa Dia tak menyediakan rezekimu di tempat asalmu?" Ucapan yang membuatnya terpana dan memikirkan banyak hal. Mengapa harus kemana-mana mencari rezeki, kalau rezeki itu ada di sekitar tempat tinggalmu, niscaya akan kau dapatkan.
- Sahabatnya sekaligus gurunya, Ibrahim bin Adham, merasa heran melihat dia yang tiba-tiba berubah drastis dari pedagang yang kaya raya, berharta dan sukses menjadi sufi zuhud dan melupakan dunia? Al Bakhi menceritakan apa yang dilihatnya di perjalanan, bagaimana seekor burung cacat yang seharusnya tak bisa melaksanakan apa-apa untuk memperoleh rezeki, tetap diberi oleh Allah SWT lewat burung lain yang lebih sehat. Dari situ Al Bakhi mengambil kesimpulan, untuk apa susah-susah berdagang, kalo rezeki niscaya akan datang?
- Sahabatnya tak sependapat dengan Al Bakhi. Dia mengingatkannya dan berkata,
MENGAPA KAMU LEBIH SUKA MENJADI BURUNG BUTA DAN PINCANG, BUKANKAH SEBAIKNYA KAMU MENJADI BURUNG YANG MEMBANTU MEMBERI MAKAN BURUNG BUTA DAN PINCANG ITU?"
- Mendengar klarifikasi sahabatnya Al Bakhi menjadi sadar bahwa pemahamannya perihal rezeki itu keliru. Allah memang menjamin rezeki setiap mahluk, tapi untuk memperolehnya mahluk harus berusaha, menjemput rezekinya sendiri serta mengantarkan rezeki orang lain yang dititipkan Allah lewat tangannya. Lewat berdagang ia bisa menjual barang kebutuhan masyarakat, memperoleh keuntungan, memenuhi kebutuhannya dengan uang yang diperolehnya, menyisihkan sebagian uang itu untuk orang lain yang lebih membutuhkan dan mengakibatkan uangnya bermanfaat bagi banyak orang.
- Kembalilah dia ke acara yang sangat dikuasainya, yaitu berdagang, tapi tidak menyerupai dulu yang betul-betul mengejar laba dan harta, tapi hanya memakai laba itu untuk memenuhi kebutuhan hidupnya dan sebagian besar laba dan juga waktunya dipakai untuk Allah.
Apa jadinya kalau rezeki diperoleh meski tanpa bekerja?
- Memang bukan bekerja saja yang menjadi lantaran datangnya rezeki, lantaran Allah bisa memberi rezeki lewat jalan mana saja, bahkan lewat jalan yang kita tak sangka-sangka. Tapi ikhtiar itu perlu lantaran insan hanya mendapat apa yang dikhtiarkannya.
- Apa jadinya kalau insan diberi rezeki tanpa harus berikhtiar? Jika Allah memberi rezeki tanpa perlu ikhtiar niscaya insan akan jauh dari tabiatnya sebagai mahluk yang sempurna, yang bisa memakai daya pikir dan akalnya. Pasti banyak insan yang lebih rusak dan lebih bebas melaksanakan dosa dan maksiat? Berbuat dosa aja terus lantaran soal rezeki niscaya diberi Allah SWT. Karena itu Allah menyibukkan insan untuk berusaha / bekerja keras mencari rezekinya, semoga waktu untuk melaksanakan dosa dan maksiat tersita pada upaya mencari rezeki itu.
- Perintah bekerja ditujukan pada semua insan sebagai bentuk kesempurnaan ciptaan yang dibekali dengan akal, jasmani dan rohani. Begitu besarnya pahala yang diberi pada para pencari rezeki hingga disamakan dengan jagoan perang, bahkan ketika tidurnya pun diampuni dosanya, menyerupai yang dikemukakan pada hadits Rasulullah SAW berikut ini :
- Agama kita menghendaki insan memakai potensinya untuk berupaya mencari nafkah lewat bekerja dan melarangnya untuk minta-minta, sementara ia masih bisa bekerja. Lagipula hewan yang kelaparan akan berupaya mencari makan dan memenuhi kebutuhannya, bagaimana dengan insan yang otaknya lebih sempurna?
Tips melapangkan rezeki dengan bekerja.
1. BEKERJA HALAL.
- Bekerjalah mencari rezeki yang halal. Halal sumbernya, halal tempatnya, halal caranya, dan halal membelanjakannya.
- Allah sangat menyukai hambanya yang kelelahan mencari rezeki halal, bukan kelelahan melaksanakan maksiat dan mengejar dunia. Jika Allah sudah bahagia sama kita bukan hal yang gampang bagiNya untuk melapangkan rezeki kita.
2. UPAYA SENDIRI.
- Hindari meminta-minta, usahakan cari rezeki dengan tangan sendiri. Ada kisah dimana Rasulullah SAW bertemu dengan Sa'ad Al Anshari. Beliau melihat tangannya hitam, bernafsu dan melepuh, kemudian menanyakan kepadanya. Sa'ad menjawab kalau tangan itu dipakai untuk mencari nafkah bagi keluarganya. Kemudian ia mencium tangan itu dan berkata, "ini tangan yang dicintai Allah." Bayangkan Rasulullah yang tangannya orang berebut untuk menciumnya malah mencium tangan Sa'ad yang hitam, bernafsu dan melepuh.
- Bahkan para nabi kesayangan Allah yang senantiasa erat dan tak berhenti mengabdi padaNya pun semua bekerja untuk memenuhi kebutuhannya dan tak berdoa memohon rezekinya jatuh dari langit. Nabi Adam seorang petani, Nabi Daud berakal besi, Nabi Nuh tukang kayu, Nabi Idris penjahit, Nabi Musa penggembala kambing, Nabi Sulaiman yang kaya raya ialah pengrajin, serta Rasulullah, Muhammad SAW junjungan kita ialah pedagang. Kurang pola apalagi kita?
- Bekerjalah dengan hasil keringatmu sendiri, meskipun balasannya sedikit lantaran Allah yang akan mencukupkannya, menyerupai doa yang dicontohkan nabi berikut ini :
3. KERJA SEBAGAI IBADAH.
- Ini yang sering dilupakan oleh kita. Kebanyakan kita bekerja untuk berlomba-lomba mengumpulkan harta, tidak peduli bagaimana caranya, bertentangan dengan norma agama atau tidak. Karena kita tidak menghadirkan Allah ketika bekerja. Kita menyimpan Allah hanya ketika shalat itupun kalo kita ingat..
- Kerja bukanlah ibadah tapi acara untuk mencari laba baik laba berupa uang, gengsi, status sosial. Tidak heran kalau perilaku saling menjatuhkan, saling sikut, bersaing tidak sehat, korupsi, suap bahkan rela membunuh demi mengejar kepentingannya.
- Jika ingin rezeki lapang dan berberkah jadikan kerja sebagai ibadah dengan menghadirkan Allah ketika kita beraktivitas mencari rezeki. Sehingga hati kita senantiasa terjaga untuk melaksanakan dosa dan maksiat demi memperturutkan hawa nafsu. Hal ini sudah diprediksi oleh Rasulullah beberapa kurun yang lalu.
Itulah 3 tips melapangkan rezeki lewat bekerja, semoga bermanfaat.
Wallahu alam...
Demikianlah Artikel Tips Melapangkan Rezeki Dengan Bekerja.
Sekianlah artikel Tips Melapangkan Rezeki Dengan Bekerja. kali ini, mudah-mudahan bisa memberi manfaat untuk anda semua. baiklah, sampai jumpa di postingan artikel lainnya.
Anda sekarang membaca artikel Tips Melapangkan Rezeki Dengan Bekerja. dengan alamat link https://lubukhatimuslim.blogspot.com/2020/04/tips-melapangkan-rezeki-dengan-bekerja.html