Rezeki Bukan Dari Hasil Bekerja !

Rezeki Bukan Dari Hasil Bekerja ! - Hallo sahabat Islam Itu Indah, Pada Artikel yang anda baca kali ini dengan judul Rezeki Bukan Dari Hasil Bekerja !, kami telah mempersiapkan artikel ini dengan baik untuk anda baca dan ambil informasi didalamnya. mudah-mudahan isi postingan Artikel cerita, yang kami tulis ini dapat anda pahami. baiklah, selamat membaca.

Judul : Rezeki Bukan Dari Hasil Bekerja !
link : Rezeki Bukan Dari Hasil Bekerja !

Baca juga


Related

Rezeki Bukan Dari Hasil Bekerja !

Salah Pemahaman

  • Selama ini kita salah pemahaman, kita memaknai rezeki sebagai hasil dari bekerja, hasil kerja keras kita, hasil kita banting tulang, peras keringat. Itu sebabnya kita berlomba-lomba mencari pekerjaan, lomba-lomba buka usaha, lomba-lomba menghabiskan sebagian besar waktu dan umur produktif kita hanya untuk menyibukkan diri mencari rezeki Ilahi. Padahal rezeki itu dari Allah bukan dari hasil kita bekerja. Bekerja itu hanya ikhtiar, proses mendapat rezeki, tapi sanggup atau tidaknya, tetap Allah yang tentukan. 
  • Maka tak heran kadang kita sudah bekerja keras tapi malah tak mendapat hasil yang sesuai harapan, tak sanggup rezeki, kita bilang. Kita sudah melaksanakan analisa kelayakan perjuangan tapi di lapangan toh perjuangan kita malah merugi. Melakukan kerjasama dengan pihak yang terpercaya, malah uang kita dibawa kabur. Bukan untung yang didapat tapi buntung !
 kita memaknai rezeki sebagai hasil dari bekerja Rezeki Bukan Dari Hasil Bekerja !

Bolehkah tidak bekerja?

  • Kalau rezeki itu ialah urusanNya jadi boleh dong kita leha-leha tinggal menunggu jatuhnya rezeki dari langit? Ini juga pemahaman yang salah. Allah memang Penentu Rezeki kita tapi kepantasan untuk mendapatkannya ditentukan oleh kita sendiri. Ibadah, amal saleh, kebaikan ialah cara kita memantaskan diri di hadapanNya, agar Allah ridha dengan amal ibadah kita dan berkenan memuluskan seruan kita, termasuk dalam hal rezeki. 
  • Kerja itu ibadah. Lewat pekerjaan yang kita lakukan kita jadi bermanfaat bagi banyak orang. Dokter menolong mengobati orang sakit, memberi resep, memperlihatkan obat, melaksanakan penanganan medis padanya. Dari jasanya sebagai dokter ia mendapat uang yang dibayarkan pasien. Apakah uang itu rezeki yang didapatkan dari hasil bekerja mengobati pasien? Bukan...!!
  • Siapa yang menyembuhkan penyakit? Bukan dokter, suster, obat, tindakan medis, tapi Allah. Melakukan pengobatan itu ialah ikhtiar mencari kesembuhan sambil terus berdoa memohon kesembuhan dariNya. Kaprikornus dokter tidak menyembuhkan dan orang tidak membayarnya untuk menyembuhkannya. Dokter MENOLONG orang lantaran beliau punya ilmunya (dia pernah mencar ilmu dan lebih paham hal ikhwal penyakit dibanding orang awam). Mengapa dokter menolong orang? Karena beliau menginginkan ridha Allah pada setiap perbuatannya, yang nantinya akan dipertanggung jawabkan di akirat kelak. Jika dari perbuatan itu beliau diberi rezeki itulah bonus dari Allah SWT.
  • Rezeki yang diterima seorang dokter ialah kegembiraan ketika melihat harapan terpancar dari wajah pasiennya, harapan akan kesembuhan dari penyakit. Rona senang terpancar dari pasien yang tadinya terbaring lemah lantaran sakit menjadi berpengaruh beraktivitas kembali. Dokter itu merasa senang dengan membahagiakan orang lain. Dia memudahkan jalan pasiennya menuju kesembuhan. Amal kebaikan yang dilakukan dokter itulah yang memudahkan rezekinya masuk. Allah menyukai hamba-hambaNya yang berbuat baik.
  • Jadi kalau isteri berhenti bekerja dan menyerahkan urusan rezeki kepada suami, apa rezekinya akan tetap sama kalau beliau masih bekerja? YA.. lantaran sumber rezekinya ialah dari Allah SWT, bukan dari pekerjaannya. Allah akan tetap memberi rezekinya lewat tangan suaminya. Bukankah setelah menikah rezeki suami bertambah lantaran dalam rezekinya terikut rezeki isteri dan anak-anaknya? Kaprikornus bagi para perempuan karier, ambillah keputusan yang bijaksana. Karena kawasan seorang isteri dan ibu ialah di sisi suami dan anak-anaknya. Jika tetapkan berhenti berkarier dan fokus pada keluarga, maka rezeki anda Allah yang akan memberi. Ilmu yang diperoleh dari pendidikan formal bisa tetap digunakan untuk membimbing anak-anak, membantu kiprah sekolahnya dan bekal menjadi isteri yang cerdas sekaligus salihah. Bagi anda yang menentukan tetap berkarier, jadikanlah pekerjaan anda bermanfaat bagi orang lain. Misalnya bagi anda yang berprofesi sebagai dokter, bantulah para perempuan melahirkan yang suaminya tak mengizinkannya untuk diperiksa oleh dokter laki-laki. Berkarierlah dengan izin suami tanpa mengesampingkannya sebagai kepala keluarga dan tanpa melupakan belum dewasa yang butuh bimbingan ibunya.


Rezeki ialah apa yang dinikmati.

  • Rezeki ialah apa yang dinikmati. Makanan yang sementara kita makan ialah rezeki, kalau belum masuk ke lambung belum menjadi rezeki. Bisa saja makanan yang sudah siap masuk ke verbal tiba-tiba tumpah dan kucing-kucing pada berebutan menyantapnya. Itu artinya rezeki itu bukan milik kita, tapi milik kucing yang didatangkan Allah melalui kita.
baca : Fenomena rezeki, mengapa kucing datangnya ke kita?
  • Kesembuhan dari penyakit itu juga rezeki yang didatangkan Allah lewat dokter yang merawat kita. Uang yang kita pakai membeli keperluan hidup ialah rezeki, lantaran bisa pribadi dinikmati. Tapi uang yang dibank, meski jumlahnya lebih banyak tapi tak kita nikmati seketika itu, bisa saja uang itu hilang lantaran banknya gulung tikar / collaps?
  • Udara yang kita hirup dan menyehatkan tubuh ialah rezeki. Anak-anak yang sehat dan taat ialah rezeki. Pasangan hidup yang mengasihi ialah rezeki. Kawan-kawan yang selalu mengajak pada kebaikan juga rezeki. Lingkungan rumah yang kondusif dan tenteram juga rezeki. Kemampuan tidur nyenyak, tubuh yang selalu sehat semua itu rezeki yang patut disyukuri.
  • Apalagi rezeki syurga. Semua orang Muslim bercita-cita masuk surga, inilah rezeki tertinggi dari Allah. Tapi bukan amal ibadah kita yang memasukkan kita ke dalamnya tapi keridhaan Allah SWT. Cobalah ambil analogi sederhana ini. Allah memberi kita panca indera, sebiji mata saja tak tergantikan dengan uang, belum lagi oksigen yang bisa diperoleh secara gratis. Bukankah semua itu nikmat Allah, yang kalau dibandingkan dengan amal ibadah kita, tak sebanding bukan? Sejak umur berapa kita mulai beribadah kepadaNya? Paling tidak sesudah cendekia baligh, umur 13 an tahun, itupun ibadah kita belum sempurna. Ibadah yang kita lakukan sepanjang hayat yang kira-kira hingga umur 60-an tahun, belum tentu semuanya tepat dan diterima Allah. Sepanjang hayat bisa jadi dosa-dosa kita jauh lebih banyak dibanding amal kita. Itu tak bisa membayar semua nikmat yang diberi Allah secara gratis (panca indera, anggota tubuh yang sempurna, oksigen, matahari dan sebagainya). Bagaimana pula dengan harapan akan surganya?
  • Tapi sebagai insan kita dilarang untuk berputus asa dan diperintahkan untuk terus berharap yang terbaik. Surga yang dijanjikan ialah niscaya dan yang bisa masuk ke dalamnya bukan orang yang paling banyak pahalanya tapi orang yang mendapat ridha Allah atasnya. Rezeki nirwana hanya diberi lantaran keridhaan Allah pada seorang hamba.
  • Jadi lakukan yang terbaik selama hidup di dunia, bukan untuk mendapat pahala, bukan untuk mendapat rezeki yang banyak tapi untuk mendapat keridhaan Allah SWT. Jika Allah ridha, insya Allah semua akan mudah.
Wallahu alam...


Demikianlah Artikel Rezeki Bukan Dari Hasil Bekerja !

Sekianlah artikel Rezeki Bukan Dari Hasil Bekerja ! kali ini, mudah-mudahan bisa memberi manfaat untuk anda semua. baiklah, sampai jumpa di postingan artikel lainnya.

Anda sekarang membaca artikel Rezeki Bukan Dari Hasil Bekerja ! dengan alamat link https://lubukhatimuslim.blogspot.com/2020/04/rezeki-bukan-dari-hasil-bekerja.html

Related Posts

Iklan Atas Artikel

Iklan Tengah Artikel 1

Iklan Tengah Artikel 2

Iklan Bawah Artikel