Ketika Semua Tak Lagi Berarti
Friday, May 15, 2009
Edit
Ketika Semua Tak Lagi Berarti - Hallo sahabat Islam Itu Indah, Pada Artikel yang anda baca kali ini dengan judul Ketika Semua Tak Lagi Berarti, kami telah mempersiapkan artikel ini dengan baik untuk anda baca dan ambil informasi didalamnya. mudah-mudahan isi postingan
Artikel cerita, yang kami tulis ini dapat anda pahami. baiklah, selamat membaca.
Judul : Ketika Semua Tak Lagi Berarti
link : Ketika Semua Tak Lagi Berarti
Anda sekarang membaca artikel Ketika Semua Tak Lagi Berarti dengan alamat link https://lubukhatimuslim.blogspot.com/2009/05/ketika-semua-tak-lagi-berarti.html
Judul : Ketika Semua Tak Lagi Berarti
link : Ketika Semua Tak Lagi Berarti
Ketika Semua Tak Lagi Berarti
ARTIKEL KE 858
SAAT SEMUA TAK LAGI BERARTI...
Tulisan ini memang masih soal peristiwa yang melanda Palu dan Donggala, ditulis semenjak 2 ahad lalu..tapi gres sempat di publish..
Semoga masih dapat jadi pengingat buat kita semua..
Kalau Anda merasa sedang susah rezeki ataupun rezeki terasa mandek sehingga hidup seolah tak berpihak pada anda, jalan-jalanlah ke pos pengungsian korban peristiwa tsunami dan gempa baru-baru ini..
Mereka orang yang meninggalkan harta benda yang dikumpulkan sekian usang dan menentukan hidup di tenda pengungsian yang serba terbatas, beralaskan tanah beratap langit, berbaju hanya yang di badan, padahal mereka punya lebih dari itu...
Uang tidak lagi begitu berarti. Anda boleh punya belasan juta di dompet dan ratusan juta di ATM, tetapi jikalau kota tujuan Anda yaitu Palu, tak akan ada daerah duduk yang nyaman. Karena penerbangan komersil ditiadakan, hanya pesawat Hercules milik Tentara Nasional Indonesia yang diperbolehkan melintas..
Lupakan dahulu penerbangan komersial, duduk di bussines class, dan dilayani pramugari. Lupakan dahulu ruang tunggu yang masbodoh dan banyak toilet. Lupakan Starbucks, J.Co, dan executive lounge.
Ada yang rela bermalam di lanud, tidur di tegel dan taman, tetapi belum juga dapat terbang hingga sekarang.
Terlalu banyak yang mendaftar. Kapasitas terbatas. Beberapa Hercules yang mondar-mandir Makassar-Palu, Palu-Makassar, belum cukup untuk mengangkut semuanya.
Semua orang masih menanti dipanggil namanya. Lambung mulai kelaparan, baterai ponsel melemah, tubuh penat. Namun tidak ada yang dapat mempercepat keberangkatan sebelum tiba gilirannya.
Para relawan dan tim medis juga menunggu jatah terbang.
Lalu di cuilan kedatangan, yang tanpa AC dan pengharum, ratusan orang lainnya tiba. Mereka para korban gempa yang selamat.
"Habis semuanya. Ada mobil, tapi kami parkir sembarangan di bandara Palu. Tidak ada artinya lagi," ujar seorang ibu yang tampak sangat lelah. Matanya berair.
Seorang anggota keluarganya tidak ikut ke Makassar. Belum ditemukan. Dia cuma memikirkan dua kemungkinan; karam atau tertanam. Gempa dan tsunami menciptakan banyak yang hilang.
Empat bocah bersaudara duduk bernaung di bawah kanopi kantin. Ibunya yang kelelahan membelikan minuman dan snack.
Di Palu, kata mereka, kini sangat susah mengasup. Krisis air dan krisis makanan. Belum banyak pemberian yang datang. Bandara tutup. Jalur darat putus. Pelabuhan juga kabarnya rusak.
Masih di cuilan kedatangan, beberapa ambulans menembus blokade. Sejumlah penumpang harus segera dibawa ke rumah sakit. Ada yang tangannya dibalut perban. Ada yang tidak dapat berjalan sebab kakinya entah tertimpa apa pada Magrib di hari Jumat itu.
Saya juga melihat seorang perempuan tua, yang melangkah gontai sambil terus terisak. Pasti ada yang hilang dari dirinya. Entah harta, sanak saudara, atau apa. Saya tak mungkin menambah perihnya dengan pertanyaan.
Namun inilah realitas di dunia. Tempat kita sedang mampir ini. Begitu banyak duka, luka yang tak terbendung..
Jadi kalau kini kita masih dalam suka, ada baiknya kita meresponsnya dengan qana'ah. Kalau kini kita masih dapat sarapan Indomie, makan siangnya ikan teri, kemudian malamnya bakso, itu sudah rezeki yang besar.
Percuma banyak deposito bila tak ada yang dapat dibeli. Uang dan kartu debit tak mungkin dikunyah.
Dan bila ketika ini kita dalam keadaan berlebih, tengoklah ke saudara-saudara yang sedang tak berpunya.
Hidup ibarat roda Hercules yang terus melaju ...
Saya gres sadar kalo Allah menampar, membunuh kecongkakan keilmuan kita, menenggalamkan cinta dunia kita, memperabukan rasa individu kita, dan Allah rindu jeritan kita...Begini rupanya cara Allah menyentil kita.
Kini insan mulai berjamaah dengan tidur sama-sama dan meninggalkan kemewahan dengan bantalan seadanya, Manja makan yummy dengan hidangan yang berkelas hilang seketika dengan makan hanya mengganjal perut yang dulu sangat egois, makan apa saja tanpa perlu terang sumbernya. Kini mersakan bagaimana rasanya hidup dengan atap langit, tanpa listrik, tanpa AC dan tanpa penghangat..
Kini mencicipi bagaimana susahnya air higienis dan menyebarkan dengan tetangga, yang sebelumnya mungkin tak pernah menyapa tetangganya kini hilang sudah kecongkakan dan keangkuhan.. Hanya ada perasaan senasib sependeritaan..
Semuanya niscaya ada hikmahnya untuk orang yang bersyukur dan memakai fikirannya...
Kini mencicipi bagaimana susahnya air higienis dan menyebarkan dengan tetangga, yang sebelumnya mungkin tak pernah menyapa tetangganya kini hilang sudah kecongkakan dan keangkuhan.. Hanya ada perasaan senasib sependeritaan..
Semuanya niscaya ada hikmahnya untuk orang yang bersyukur dan memakai fikirannya...
Harta, rezeki yang dicari siang malam itu kini tak lagi berarti..
Kala peristiwa datang meluluh lantakkan semuanya..
Ya Allah,
Ampuni kami..
Selamatkan kami...
Ampuni kami..
Selamatkan kami...
baca juga: bagaimana islam memandang rezeki dan harta?
Wallahu alam..
Demikianlah Artikel Ketika Semua Tak Lagi Berarti
Sekianlah artikel Ketika Semua Tak Lagi Berarti kali ini, mudah-mudahan bisa memberi manfaat untuk anda semua. baiklah, sampai jumpa di postingan artikel lainnya.
Anda sekarang membaca artikel Ketika Semua Tak Lagi Berarti dengan alamat link https://lubukhatimuslim.blogspot.com/2009/05/ketika-semua-tak-lagi-berarti.html