Alam Tak Pernah Salah
Wednesday, May 20, 2009
Edit
Alam Tak Pernah Salah - Hallo sahabat Islam Itu Indah, Pada Artikel yang anda baca kali ini dengan judul Alam Tak Pernah Salah, kami telah mempersiapkan artikel ini dengan baik untuk anda baca dan ambil informasi didalamnya. mudah-mudahan isi postingan
Artikel alasan, yang kami tulis ini dapat anda pahami. baiklah, selamat membaca.
Judul : Alam Tak Pernah Salah
link : Alam Tak Pernah Salah
Anda sekarang membaca artikel Alam Tak Pernah Salah dengan alamat link https://lubukhatimuslim.blogspot.com/2009/05/alam-tak-pernah-salah.html
Judul : Alam Tak Pernah Salah
link : Alam Tak Pernah Salah
Alam Tak Pernah Salah
ARTIKEL KE 853
Jangan Menyalahkan Alam!
Masih lanjutan dari goresan pena saya di awal bulan Oktober ini mengenai tragedi yang terus menerus menimpa negara kita. Mengapa tragedi datang? Apakah benar alam telah bosan melihat tingkah kita yang penuh salah dan dosa sebagaimana syair dari salah satu lagu Ebiet G Ade?
Indonesiaku sayang, Indonesiaku malang. Negeri yang kaya, gemah ripah loh jinawi, jumlah penduduk muslimnya paling besar di seluruh dunia tapi terus didera masalah...Kekeringan yang tak kunjung hilang, krisis yang semakin eksis, tragedi yang banyak melanda, kekacauan yang tak karuan dan longsor multi dimensi tiba silih berganti. Apakah bumi ini tak lagi layak untuk dihuni? Apakah alam tak lagi bersahabat? Siapakah dalang dibalik kekacauan ini? Apa solusinya?
Allah ta’ala berfirman
ظَهَرَ الْفَسَادُ فِي الْبَرِّ وَالْبَحْرِ بِمَا كَسَبَتْ أَيْدِي النَّاسِ لِيُذِيقَهُمْ بَعْضَ الَّذِي عَمِلُوا لَعَلَّهُمْ يَرْجِعُونَ
“Telah tampak kerusakan di darat dan di bahari jawaban perbuatan tangan manusia; Allah menghendaki supaya mereka mencicipi sebagian dari (akibat) perbuatan mereka, supaya mereka kembali (ke jalan yang benar).” (QS. Ar-Rum: 41)
Ternyata, manusialah dalang semua kerusakan ini. Bukan alam yang tidak dekat atau bumi yang tak layak untuk dihuni. Namun sayang, insan justru menuding alam seraya berkata, “Bumi tidak layak untuk dihuni”.
Betul bahwa bumi tak akan layak untuk dihuni jikalau insan terus bertahan dengan kepongahannya. Sebaliknya, keberkahan langit dan bumi akan Allah kembalikan tatkala insan kembali kepada-Nya.
Tapi, itulah manusia.
Meskipun Allah sudah melarang insan berbuat kerusakan tapi terus saja dilakukannya..sehingga rahmat Allah menjauh...rezekiNYA jadi tak tergapai...ditunda hingga insan kembali ke jalannya...
Dan janganlah kau membuat kerusakan di muka bumi, setelah (Allah) memperbaikinya dan berdoalah kepada-Nya dengan rasa takut (tidak akan diterima) dan impian (akan dikabulkan). Sesungguhnya rahmat Allah amat dekat kepada orang-orang yang berbuat baik.(Q.S. Al A'raf : 56)
Manusialah yang mengeksploitasi bumi dan merusak alam. Sadarkah kita dengan hal itu? Kitalah yang tidak dekat dengan alam dan kita jugalah yang tidak ramah kepada lingkungan. Kita lebih mementingkan kepuasan nafsu daripada panggilan iktikad dan rintihan alam. Maha benar Allah yang telah mengabarkan bahwa kerusakan ini jawaban ulah tangan manusia.
Lantas, apa kesalahan fatal yang dibentuk insan sehingga tragedi terus tiba dan berulang? Illegal logging? Penggundulan hutan? Buang sampah sembarangan? BUKAN. Bukan itu semua. Tapi ada kesalahan yang banyak dilupakan manusia.
Apakah insan lupa bahwa di masa nabi Nuh belum ada eksploitasi alam menyerupai zaman kita, tapi kenapa banjir bandang tiba bertandang? Lupakah kita bahwa di masa kaum nabi Saleh dan nabi Luth belum ada penggundulan hutan dan perusakan alam menyerupai zaman kita, tapi kenapa gempa yang dahsyat tiba mengguncang? Mungkin ada yang berkata, “Itu hanya peristiwa alam. Apa masalahnya?.”
Wahai kaum muslimin, siapakah yang mengatur aktivitas di alam ini? Siapakah yang membuat alam semesta? Apakah semua terjadi secara alami tanpa ada yang mengatur? Ya Allah… Dimana iktikad dan pembenaran terhadap Al-Quran? Kemana perginya?
Sadarlah dan percayalah bahwa semua terjadi alasannya ialah kesalahan yang banyak dilupakan. Apa kesalahan itu? Sikap menentang ketetapan-Nya dan melanggar aturan-Nya. Bukankah Allah telah menyebutkan
لِيُذِيقَهُمْ بَعْضَ الَّذِي عَمِلُوا لَعَلَّهُمْ يَرْجِعُونَ
“Allah menghendaki supaya mereka mencicipi sebagian dari (akibat) perbuatan mereka, supaya mereka kembali (ke jalan yang benar).” (QS. Ar-Rum: 41).
Atau di ayat lain Allah membedakan insan yang saleh dan yang membuat kerusakan..
Patutkah Kami menganggap orang-orang yang beriman dan mengerjakan amal yang saleh sama dengan orang-orang yang berbuat kerusakan di muka bumi? Patutkah (pula) Kami menganggap orang-orang yang bertakwa sama dengan orang-orang yang berbuat maksiat? ( Q.S. Sad : 28).
Allah menegur kita dengan sangat lembut dan sopan. Allah menegur kita melalui seruan azan, tangisan yatim, isakan si miskin, dan deruan angin bencana. Adakah yang mendengar?
Allah timpakan paceklik, tsunami, gempa bumi, banjir bandang dan tanah longsor supaya insan kembali kepada Allah. Allah sangat sayang kepada kita. Buktinya, Allah hanya menghendaki supaya kita mencicipi SEBAGIAN dari jawaban perbuatan jelek yang kita lakukan. Ya, SEBAGIAN dan bukan semuanya.
Sadarlah, sadarlah dan sadarlah.
Sadarlah, sadarlah dan sadarlah.
Mujahid mengingatkan kita semua dengan ucapannya
البهائم تلعن عصاة بني آدم إذا أمسك المطر وتقول : هذا من شؤم ذنوب بني آدم
Saat hujan tak kunjung turun, hewan-hewan ternak melaknat para pendosa seraya berkata, “Semua ini jawaban dosa-dosa manusia.” (Tafsir Sirajul Munir: 1/95)
Pelaku dosa menghalangi turunnya hujan. Pelaku dosa membuat marah Allah yang Maha Pengasih dan Penyayang. Lalu, apa solusinya?
Hanya ada satu solusi untuk atasi semua tragedi ini dan tidak ada duanya. Yaitu mengetuk pintu ampunan Allah dengan istigfar dan taubat. Tatkala tanda kemurkaan Allah mulai tampak, Nabi Nuh berpesan kepada umatnya
فَقُلْتُ اسْتَغْفِرُوا رَبَّكُمْ إِنَّهُ كَانَ غَفَّارًا * يُرْسِلِ السَّمَاءَ عَلَيْكُمْ مِدْرَارًا
“maka saya berkata (kepada mereka), “mohonlah ampunan dari Tuhan kalian. Sesungguhnya Dia Maha Pengampun. Niscaya beliau akan menurunkan hujan yang deras kepada kalian.” (QS. Nuh: 10-11)
Siapapun kita dan apapun profesi yang kita jalani, percayalah bahwa Allah sangat bahagia dengan pertaubatan kita. Wahai kaum muslimin, kembalilah ke jalan Allah dan lepaskanlah jubah kesombongan dari diri kita. Apa yang dapat kita sombongkan dihadapan-Nya? Kenapa kita lancang bermaksiat kepada-Nya?
Allah ta’ala berfirman
يَا أَيُّهَا النَّاسُ أَنْتُمُ الْفُقَرَاءُ إِلَى اللَّهِ وَاللَّهُ هُوَ الْغَنِيُّ الْحَمِيدُ
“Wahai manusia, kamulah yang memerlukan Allah; dan Allah Dialah yang Mahakaya (tidak memerlukan sesuatu), dan Dia Maha Terpuji.” (QS. Fathir: 15)
Kita tidak punya apa-apa… Kembalilah… Bertaubatlah… Sebelum semuanya terlambat…
Wallahu alam..
Demikianlah Artikel Alam Tak Pernah Salah
Sekianlah artikel Alam Tak Pernah Salah kali ini, mudah-mudahan bisa memberi manfaat untuk anda semua. baiklah, sampai jumpa di postingan artikel lainnya.
Anda sekarang membaca artikel Alam Tak Pernah Salah dengan alamat link https://lubukhatimuslim.blogspot.com/2009/05/alam-tak-pernah-salah.html