Lari Meninggalkan Rezeki

Lari Meninggalkan Rezeki - Hallo sahabat Islam Itu Indah, Pada Artikel yang anda baca kali ini dengan judul Lari Meninggalkan Rezeki, kami telah mempersiapkan artikel ini dengan baik untuk anda baca dan ambil informasi didalamnya. mudah-mudahan isi postingan Artikel Amalan, yang kami tulis ini dapat anda pahami. baiklah, selamat membaca.

Judul : Lari Meninggalkan Rezeki
link : Lari Meninggalkan Rezeki

Baca juga


Lari Meninggalkan Rezeki

ARTIKEL KE 681  

REZEKIMU AKAN MENGEJARMU  

Katanya rezeki gak akan kemana. Makara gak usah dikejar dan gak usah ngoyo kerja sampe mampus demi rezeki. Yang anehnya jaman now, kita kerja dua kali lipat dari orang bau tanah kita dulu tapi kok rezeki kita gak double, malah terasa kurang? Padahal waktu kita habis buat kerja banting tulang.
Salahnya alasannya ialah kita menganggap bahwa semakin keras kita bekerja semakin banyak rezeki kita. Padahal gak gitu...Karena bukan kerja yang datangin rezeki, tapi Allah. Kerja itu hanya salah satu ikhtiar...

Berikut ini ada dongeng menarik yang mungkin bisa jadi wangsit buat kita memahami rezeki.
Hari ini hujannya lumayan. Pulang kantor, ya mampir dulu beli titipan orang rumah. Mereka pengennya makan martabak yang garing. Celingak celinguklah saya dengan mencari kakak martabak yang masih setia jualan di hari hujan kek gini. Akhirnya ketemu juga gerobak martabak, tapi kok ini gerobaknya kosong abangnya kemana ya?
"Pak, ini penjualnya mana ya?", tanyaku ke tukang tambal ban disebelahnya.
"Oh, lagi sholat maghrib, Mbak. Udah dari tadi sih, bentar juga balik kok", jawabnya yakin.
Karena  ini pesenan orang rumah dan malas harus nyari-nyari gerobak martabak lain di cuaca yang gak erat ini, terpaksalah saya nungguin kakak martabaknya. Ya...namanya juga amanah. Kalau untuk saya sendiri gak akan berpengaruh bangun dingin-dingin nungguin kakak martabaknya, pasti udah ta' tinggal pergi.
Terlintas dalam benak saya, berapa banyak pembeli yang bakal kabur kalo gaya jualannya kek gini, ditinggal seenaknya, usang lagi....


Tak berapa usang yang dinantikan tiba juga, si kakak martabak tiba terburu-buru sambil cengar cengir mohon maaf. Dia nanya dengan sopan wacana keperluan saya..
"Beli martabak satu, Bang", kata saya dengan nada yang sedikit kesal.
Entah mengapa, tiba-tiba kok saya berubah pikiran, "dua deh, Bang".
Entah datangnya darimana beberapa orang kemudian bergabung sama saya ikutan antri ingin beli martabak. Rata-rata mereka pesan setidaknya dua bungkus. Tadi saya menunggu sendiri gak ada orang lain, tapi ini mereka tiba satu demi satu memesan martabak .

Masya Allah.. dari situ mata saya terbuka
Tidak sedikit pedagang yang rela ninggalin sholat demi menjaga dagangannya yang belum tentu ada yang beli. Apalagi kalo lagi rame. Ditundalah shalat itu sampe semua pembeli dlayani. Ya..pelayanan prima judulnya...
Sama juga dengan pegawai kantoran, ada juga yang rela menunda sholat bahkan meninggalkan sholat hanya alasannya ialah alasan sibuk kerja atau bertabrakan dengan meeting yang penting apalagi kalo meetingnya dengan bos besar.

Allah bisa menunggu tapi tidak dengan big bos... (apa gak kebalik ya?)

Mereka dan juga kita (termasuk saya) seakan lupa jikalau Allah lah yang mengatur dan memberi rezeki.
Abang martabak ini, dengan yakinnya meninggalkan jualannya untuk sholat, seakan ia lari meninggalkan rezekinya. Meninggalkan potensi pembeli yang mungkin mampir dikala beliau gak ada. Tapi ini malah sekembalinya dari sholat, ternyata rezeki tiba kolam air bah, ibarat pembeli yang berjubel ini, entah dari mana datangnya di cuaca yang ekstrim kek gini pula ! 
Bahkan kejadiannya pun kena ke saya juga. Kenapa Allah SWT menggerakkan hati saya untuk membeli lebih dari yang saya rencanakan?

Sungguh benar perkataan Rasulullah SAW :

Kalaulah anak Adam lari dari rezekinya (untuk menjalankan perintah Allah), sebagaimana ia lari dari kematian, pasti rezekinya akan mengejarnya sebagaimana final hidup itu akan mengejarnya” 

Begitulah kalo Allah punya mau. Gak ada yang bisa menghalangiNya untuk memberi rezeki pada siapa yang dikehendakiNya. Kalo dipikir pake logika manusia, gak mungkin dong meninggalkan jualan tanpa dijaga siapapun. Bagaimana kalo ada pembeli dikala kita gak ada? Berapa rezeki yang hilang jadinya? Harusnya bisa sanggup banyak malah jadi kurang? Tapi begitulah Allah mengatur rezeki sesuai dengan caraNya.
Seolah-olah si kakak martabak lari meninggalkan rezekinya demi ketaatan pada Allah tapi yang terjadi malah sebaliknya, rezeki yang tiba mengejarnya sesudah beliau menunaikan ketaatan itu..
Jadi pesan dongeng ini ialah tetap berikhtiar, tunaikan ketaatan kemudian tawakkal, serahkan pada Sang Pembagi Rezeki. Karena rezeki datangnya bukan dari pembeli, dari konsumen ataupun dari keuntungan hasil jualan...

Semoga Allah menyebabkan kita hamba-Nya yang selalu bertakwa, yang selalu mengutamakan kehidupan darul abadi diatas dunia dan seisinya. Aamiin

Wallahu alam..


Demikianlah Artikel Lari Meninggalkan Rezeki

Sekianlah artikel Lari Meninggalkan Rezeki kali ini, mudah-mudahan bisa memberi manfaat untuk anda semua. baiklah, sampai jumpa di postingan artikel lainnya.

Anda sekarang membaca artikel Lari Meninggalkan Rezeki dengan alamat link https://lubukhatimuslim.blogspot.com/2006/05/lari-meninggalkan-rezeki.html

Iklan Atas Artikel

Iklan Tengah Artikel 1

Iklan Tengah Artikel 2

Iklan Bawah Artikel