Mengapa Rezeki Kita Stagnan?

Mengapa Rezeki Kita Stagnan? - Hallo sahabat Islam Itu Indah, Pada Artikel yang anda baca kali ini dengan judul Mengapa Rezeki Kita Stagnan?, kami telah mempersiapkan artikel ini dengan baik untuk anda baca dan ambil informasi didalamnya. mudah-mudahan isi postingan Artikel alasan, yang kami tulis ini dapat anda pahami. baiklah, selamat membaca.

Judul : Mengapa Rezeki Kita Stagnan?
link : Mengapa Rezeki Kita Stagnan?

Baca juga


Mengapa Rezeki Kita Stagnan?

ARTIKEL KE 741  

Behavioral Economics (Ekonomi Perilaku)

Mengapa rezeki kita stagnan? Karena cara berpikir kita banyakan error-nya
Manusia termasuk saya dan pembaca semua, intinya suka mikir secara gak rasional atau bahasa kerennya "irrational". Profesor Dan Ariely pakar ekonomi sikap dari MIT Amerika ngejelasin hal ini dalam bukunya Predictably Irrational yang diterbitkan tahun 2008 silam. Penulis ini mengalami stress berat lantaran kecelakaan yang bikin beliau jadi menemukan arti hidup.
Selama ini, kita selalu ngerasa udah berpikir rasional dan objektif. Sayangnya, perasaan ini hanya fantasi alias angan-angan.
Sebagai insan ternyata kita punya begitu banyak bias alias kesalahan berpikir yang seringkali gak disadari dan bikin keputusan kita kacau balau dan ngefek ke rezeki.



Kesalahan berpikir itu apa sih? 
Ilmu Behavioral Economics alias ilmu ekonomi sikap terhitung cabang ilmu baru dalam ilmu ekonomi. Premis dasar ilmu ini ialah : insan itu gak rasional, dan suka masukin elemen emosi dalam keputusan ekonominya.
Pandangan ini tentu saja antitesa dari ilmu ekonomi konvensional yang berasumsi : insan selalu rasional dalam mengambil keputusan ekonomi.
Itulah kenapa banyak ekonom konvensional yang jadi jengah dengan ilmu ini, alasannya ialah pendekatannya bikin perkiraan ekonomi klasik jadi roboh dan terpelanting. 

Ilmu ekonomi sikap sendiri dibangun sebagai kombinasi antara ilmu ekonomi dan psikologi. Itulah kenapa pakar dalam ilmu ekonomi sikap kebanyakan ialah psikolog menyerupai Prof. Daniel Kahneman (Penerima Nobel Ekonomi tahun 2002), dan Prof. Richard Thaler  (Penerima Nobel Ekonomi Tahun 2017).
Melalui riset yang dilakukan para andal ini ditemukan banyak sekali “bias” atau Kesalahan berpikir sistematis yang seringkali mengendap di sanubari kita.
Diam-diam aneka bias itu ini bikin pengambilan keputuasan yang kita buat jadi gak obyektif  dan rasiona lagi. Bias itu bikin kita berulang kali melaksanakan kesalahan yang bersifat sistematis alias diulang-ulang, dan buntutnya bikin hidup kita nyungsep dalam penderitaan.
(baca : 3 alasan mengapa rezeki kita susah)

Tau gak kenapa seringkali kita komitmen mau taubat, gak mau maksiat dan berbuat dosa lagi tapi nyatanya kita tetap melakukannya? 
Tau gak kenapa kita malah ngerasa bahagia beli barang yang bekerjsama gak kita perlukan? 
Tau gak kenapa rezeki kita jadi stagnan, gak maju, gak mundur, hanya jalan di kawasan seakan-akan ada yang ngeganjal? Karena ada bias dalam cara berpikir kita.

Ada banyak jenis kesalahan berpikir yang sanggup di lacak lewat riset-riset ekonomi perilaku. Lima diantaranya...

Kesalahan Berpikir # 1 : LOSS AVERSION (TAKUT RUGI)
Puluhan studi dalam ilmu ekonomi sikap menunjukan kalo insan itu cenderung takut sama potensi kerugian, dibanding potensi laba yang bakal diraih. 
Fenomena itu disebut sebagai _loss aversion_  atau terlalu kuatir dengan potensi kerugian.
Manusia dimanapun di dunia ini  cenderung takut ngambil resiko. Kita semua lebih gentar menghadapi potensi kerugian; daripada bersemangat menjemput peluang keuntungan.
Dalam sebuah studi bahkan terungkap : rasa sakit akan kehilangan ternyata lebih membekas dalam hati daripada rasa bahagia lantaran mendapat keuntungan.
Dengan kata lain : pengalaman rugi 10 juta ternyata jauh lebih usang membekas di hati, dibanding perasaan bahagia lantaran sanggup untung 10 juta.
TAKUT RUGI mungkin yang sanggup ngejelasin kenapa lebih banyak didominasi orang ragu untuk memulai perjuangan gres secara mandiri. Alasannya banyak banget..
Bahkan sebelum memulai menjalankan usaha, kebanyakan orang sudah takut duluan. Takut jangan-jangan nanti malah rugi. Jangan-jangan usahanya gagal. So rezekinya yang tadinya ada peluang di sanggup malah batal lantaran takut mengambil resiko.
(baca : karakter pengusaha yang tak pernah rugi)
Perasaan takut rugi juga mungkin sanggup ngejelasin kenapa kebanyakan orang agak pesimis dengan peluang keberhasilan yang akan mereka raih..
Kesalahan berpikir macam ini yang bikin hidup kita jadi termehek-mehek.

KESALAHAN BERPIKIR # 2 : ENDOWMENT EFFECT (EFEK SUKA BANGET)
Maksudnya: Anda terlalu menghargai barang yang dibeli atau dimiliki secara 
berlebihan.
Begitu beli atau punya sesuatu, mendadak muncul rasa cinta pada barang itu, dan balasannya ngasi _NILAI_ yang lebih tinggi dibanding harga pasaran atau nilai sebenarnya.
Contohnya nih : Punya kendaraan beroda empat Honda Jazz baru, warnanya merah, bentuknya imut. Setelah beberapa lama, pengen dijual kembali kemungkinannya ngasi harga penawaran yang jauh lebih tinggi dibanding harga pasaran. Karena sebagai si empunya kendaraan beroda empat yang terikat emosional dengan si Jazz cenderung ngasi evaluasi harga yang lebih tinggi dibanding harga pasaran yang sebenarnya.
Contoh lain endowment effect : Anda membeli saham perusahaan populer misalnya. Setelah beberapa bulan ternyata harganya anjlok. Namun lantaran efek endowment effect, Anda gak segera _cut loss._ Anda terus saja menawarkan evaluasi berlebihan dan membenarkan pembelian Anda, meski makin usang harga makin jatuh. Akhirnya potensi ruginya lebih gede.
Contoh lain lagi : Anda terlibat dalam sebuah projek. Setelah beberapa usang projek ini bekerjsama merugi, namun Anda tetap saja menginvestasikan tenaga, pikiran dan dana yang tersisa untuk meneruskan projek yang merugi ini.
Kenapa Anda gak segera _cut?_ Karena ada imbas _endowment_ : Anda merasa “sayang” jikalau projek yang bekerjsama merugi ini Anda putus ditengah jalan.
Ruginya jadi banyak lantaran telat ngambil keputusan yang bener. Rezeki yang dipikir udah di tangan ternyata lepas begitu saja dan ngasi beban pula...
_Endowment Effect_ inil juga  bikin Nokia dan Kodak dulu mati ditelan sejarah.
Mereka terjebak _endownent effect_ : terlalu menyayangi produknya sendiri secara berlebihan. Terlalu gembira dan menawarkan evaluasi berlebihan terhadap produknya sendiri, sehingga abai dengan perubahan mendadak di sekelilingnya.
Too much love will kill you. Ternyata ungkapan romantis ini beneran lho...banyak yang mati lantaran terlalu mencintai...ah dihentikan baper..

KESALAHAN BERPIKIR # 3 : CONFIRMATION BIAS (BIAS KONFIRMASI)
Intinya kita terjebak pada pilihan favorit sehingga mengabaikan alternatif pilihan yang ada. Udah terlanjur suka dan cinta sehingga cuma mau membaca informasi yang mengkonfirmasikan kebenaran pilihan favorit itu. Pertimbangan lain gak masuk itungan..
Contoh : Anda sudah suka smartphone brand tertentu. Maka dikala browsing mencari informasi perihal smartphone baru, Anda menseleksi informasi yang Anda mau baca.Cenderung lebih fokus mencari informasi yang membenarkan kekuatan smartphone favorit Anda; dan mengabaikan informasi yang mengkritisi smartphone tersebut.
Confirmation Bias ini amat masif terjadi dikala pilkada. Saat sudah punya pilihan favorit, maka Anda hanya mau membaca informasi yang membenarkan kandidat pilihan Anda; dan ogah membaca atau mendadak emosi dikala membaca informasi jelek perihal kandidat tersebut.
Semua kubu terjebak confirmation bias. Maka pilihan yang rasional dan obyektif menjadi sulit dilakukan dikala semua orang terjebak error thinking semacam ini.
Akhirnya sesama pendukung jadi debat kusir.
Kenapa rezekiku stagnan? Mungkin anda nanya gitu...ah emang udah nasib ditakdirkan miskin dan gak sukses, akhirnya nyari pembenaran sendiri. Pembenaran atas kesimpulannya yang salah...
(baca : logika vs takdir terkait rezeki)

KESALAHAN BERPIKIR # 4 : HERD BEHAVIOR (Perilaku kawanan/kelompok)
Studi-studi dalam ilmu Ekonomi Perilaku menemukan fakta kelam ini : manusia, ternyata suka bertindak menyerupai kawanan bebek. S
atu belok kiri, semua ikutan belok kiri. Ada yang ke kanan, semua ikut ke kanan .
Suka latah. Punya sikap menyerupai kerumunan yang gampang ikut-ikutan dengan sikap orang-orang di sekitarnya.
_Herd Behavaior_ ini yang memunculkan mania, tren sesaat atau kehebohan akan sesuatu. Keramaian makin mengundang kehebohan
Warung makan pinggir jalan yang ramai, niscaya akan makin ramai. Penjual obat jalanan yang ramai didengar orang, niscaya akan makin banyak pengunjungnya.
Buku yang diberi label _best seller,_ niscaya akan makin meningkat penjualannya. Toko roti yang antriannya panjang, niscaya akan makin heboh pembelinya. Investasi yang lagi _hot,_ niscaya akan makin banyak yang tertarik ikutan
Itu semua ialah fenomena _herd behavior._ Sebab kau dan saya memang suka latah dan ingin tau dengan apa yang disukai banyak orang.
Akhirnya rezekinya ya segitu-gitu aja, wong bisanya cuma ikutan apa yang dibikin orang, gak punya inovasi  cuma sanggup jadi follower doang...
(Baca: rezekimu susah? Intip peyebabnya)

KESALAHAN BERPIKIR # 5 : SURVIVOR BIAS
Bias ini terjadi dikala kita mengambil kesimpulan berdasar data yang gak valid. Kenapa gak valid? Karena yang sering kita baca hanya yang _survive_ yang sukses bertahan, yang selamat dan juara. Yang gagal jarang diberitain
Contoh : Steve Jobs, Bill Gates dan Mark Zuckerberg semua ialah mahasiswa _drop out_ atau DO. Tapi sukses. Kemudian ada yang bilang, nggak usah takut DO, alasannya ialah Anda sanggup sukses juga menyerupai mereka.
Pernyataan menyerupai itu ialah pola pikiran yang terjebak _survivor bias._ Pernyataan ini menganggap kasus Bill Gates dkk yang DO tapi sukses ialah “kebenaran umum”.
Faktanya : orang DO yang sukses menyerupai mereka mungkin hanya 1%. Mayoritas lainnya ya tetap jadi pengangguran alias jadi orang miskin.
_Survivor Bias_ ialah cermin kebodohan dalam memahami ilmu statistik. Kasus tertentu yang mungkin hanya terjadi pada 1% – 2% orang, dianggap mewakili SELURUH populasi.
Kesalahan generalisasi kek gini sering terjadi. Hanya lantaran baca satu atau dua kasus di media atau di grup WA, mendadak menganggap semuanya bakal menyerupai yang ada dalam kasus tersebut. Ini namanya kegoblokan statistik.
Kalo rezekinya stagnan malah pasrah, ngerasa kalo keberhasilannya emang cuma sampe situ. Semua orang ngelakuin hal yang sama dan hasilnya begitu juga. Menggeneralisir, ngambil kesimpulan secara serampangan...

DEMIKIANLAH, lima jenis bias atau _error thinking_ atau kesalahan berpikir yang diungkap dalam bermacam-macam riset ilmu _Behavioral Economics dikatikan dengan stagnannya rezeki kita. Lima error thinking ini kalo dirangkum menyerupai ini :
1. _Loss aversion_ : gue takut rugi ah
2. _Endowment effect : too much love will kill you_
3. _Confirmation bias_ : pilihan gue yang paling hebat
4. _Herd behavior_ : kita semua suka latah
5. _Survivor bias_ : kepalsuan statistik
Harap dikenang selalu 5 bias di atas. Sebab kita semua mungkin akan selalu terjebak didalamnya sehingga hidup dan rezeki kita gak maju-maju alias stagnan.

Baca juga : kau menuai apa yang kau tabur.

Wallahu alam..


Demikianlah Artikel Mengapa Rezeki Kita Stagnan?

Sekianlah artikel Mengapa Rezeki Kita Stagnan? kali ini, mudah-mudahan bisa memberi manfaat untuk anda semua. baiklah, sampai jumpa di postingan artikel lainnya.

Anda sekarang membaca artikel Mengapa Rezeki Kita Stagnan? dengan alamat link https://lubukhatimuslim.blogspot.com/2006/04/mengapa-rezeki-kita-stagnan.html

Iklan Atas Artikel

Iklan Tengah Artikel 1

Iklan Tengah Artikel 2

Iklan Bawah Artikel