Stop Memperlihatkan Tunjangan !

Stop Memperlihatkan Tunjangan ! - Hallo sahabat Islam Itu Indah, Pada Artikel yang anda baca kali ini dengan judul Stop Memperlihatkan Tunjangan !, kami telah mempersiapkan artikel ini dengan baik untuk anda baca dan ambil informasi didalamnya. mudah-mudahan isi postingan Artikel Pesan, yang kami tulis ini dapat anda pahami. baiklah, selamat membaca.

Judul : Stop Memperlihatkan Tunjangan !
link : Stop Memperlihatkan Tunjangan !

Baca juga


Stop Memperlihatkan Tunjangan !

Anakmu Rezekimu, Berhati-hatilah Mendidiknya !

Ini ada goresan pena seorang psikolog yang saya baca di medsos, semoga bisa menjadi perhatian kita semua yang sudah menjadi orang tua.

SUATU SAAT KITA AKAN MENINGGALKAN MEREKA JANGAN MAINKAN SEMUA PERAN
By : Elly Risman
(Senior Psikolog dan Konsultan, UI)
Kita tidak pernah tahu, anak kita akan terlempar ke serpihan bumi yang mana nanti, maka izinkanlah ia berguru menuntaskan masalahnya sendiri. Bagian dari pembelajaran dapat bangun diatas kaki sendiri seorang anak.
Jangan memainkan semua peran,
ya jadi ibu,
ya jadi koki,
ya jadi tukang cuci.
ya jadi ayah,
ya jadi supir,
ya jadi tukang ledeng,
Anda bukan anggota tim SAR!
Anak anda tidak dalam keadaan bahaya.
Tidak ada sinyal S.O.S!
Jangan selalu memaksa untuk membantu dan memperbaiki semuanya.


Anak mengeluh alasannya ialah mainan puzzlenya tidak bisa nyambung menjadi satu, "Sini...Ayah bantu!".
Tutup botol minum sedikit susah dibuka, "Sini...Mama saja".
Tali sepatu sulit diikat, "Sini...Ayah ikatkan".
Kecipratan sedikit minyak "Sudah sini, Mama aja yang masak".
Kapan anaknya bisa?

Kalau bala sumbangan muncul tanpa adanya bencana, apa yang terjadi ketika tragedi benar-benar datang? Anak-anak jadi tak siap menerimanya..
Berikan bawah umur kesempatan untuk menemukan solusi mereka sendiri.
Kemampuan menangani stress, menuntaskan masalah, dan mencari solusi,
merupakan keterampilan/skill yang wajib dimiliki.
Dan skill ini harus dilatih untuk bisa terampil, skill ini tidak akan muncul begitu saja hanya dengan simsalabim!
Kemampuan menuntaskan duduk kasus dan bertahan dalam kesulitan tanpa mengalah bisa berdampak hingga puluhan tahun ke depan.
Bukan saja bisa menciptakan seseorang lulus sekolah tinggi, tapi juga lulus melewati ujian angin ribut ijab kabul dan kehidupannya kelak.

Tampaknya sepele sekarang...
Secara apalah salahnya kita bantu anak? Orang lain aja kita bantu apalagi anak sendiri?
Tapi kalau anda segera bergegas menyelamatkannya dari segala kesulitan, ia akan menjadi rapuh dan gampang layu.
Sakit sedikit, mengeluh.
Berantem sedikit sama pasangan, minta cerai.
Masalah sedikit, jadi gila.

Jika anda menghabiskan banyak waktu, perhatian, dan uang untuk IQ nya, maka habiskan pula hal yang sama untuk AQ nya.
AQ?
Apa itu?
ADVERSITY QUOTIENT
Menurut Paul G. Stoltz, Penulis buku wacana AQ ini...
AQ ialah kecerdasan menghadapi kesulitan atau kendala dan kemampuan bertahan dalam banyak sekali kesulitan hidup dan tantangan yang dialami.
Bukankah kecerdasan ini lebih penting daripada IQ, untuk menghadapi duduk kasus sehari-hari?
Perasaan bisa melewati ujian itu luar biasa nikmatnya.
Bisa menuntaskan masalah, mulai dari hal yang sederhana hingga yang sulit, menciptakan diri semakin percaya bahwa meminta tolong hanya dilakukan ketika kita benar-benar tidak sanggup lagi.

So, izinkanlah anak anda melewati kesulitan hidup...
Tidak duduk kasus anak mengalami sedikit luka,
sedikit menangis,
sedikit kecewa,
sedikit telat,
dan sedikit kehujanan.
Tahan lidah, tangan dan hati dari menunjukkan bantuan.
Ajari mereka menangani frustrasi.
Kalau anda selalu jadi ibu peri atau guardian angel,
Apa yang terjadi kalau anda tidak bernafas lagi esok hari?
Bisa-bisa anak anda ikut mati.
Sulit memang untuk tidak mengintervensi,
Ketika melihat anak sendiri susah, sakit dan sedih.
Apalagi menjadi orangtua, insting pertama ialah melindungi,
Kaprikornus melatih AQ ini ialah ujian kita sendiri juga sebagai orangtua.
Tapi sadarilah,
hidup tidaklah mudah,
duduk kasus akan selalu ada.
Dan mereka harus bisa bertahan.
Melewati hujan, badai, dan kesulitan,
yang kadang tidak bisa dihindari

Filosofi Pak Anis

Tulisan Anies Baswedan yang menciptakan kita bahagia membacanya.
Anak anak yang dididik dalam keluarga yang penuh kesantunan, susila tata krama, perilaku kesederhanaan akan tumbuh menjadi anak anak yang tangguh, disenangi, dan disegani banyak orang...
  • Mereka tahu hukum makan table manner di restoran mewah. Tapi tidak canggung makan di warteg kaki lima...
  • Mereka sanggup beli barang-barang mewah. Tapi tahu mana yang cita-cita dan kebutuhan...
  • Mereka biasa pergi naik pesawat antar kota. Tapi santai saja ketika harus naik angkot kemana-mana...
  • Mereka berbicara formal ketika bertemu orang berpendidikan. Tapi bisa berbicara santai bertemu orang jalanan...
  • Mereka berbicara visioner ketika bertemu rekan kerja. Tapi bisa bercanda lepas bertemu teman sekolah...
  • Mereka tidak norak ketika bertemu orang kaya. Tapi juga tidak merendahkan orang yang lebih miskin darinya...
  • Mereka bisa membeli barang-barang bergengsi. Tapi sadar kalau yang menciptakan dirinya bergengsi ialah kualitas, kapasitas diri, bukan dari barang yang dikenakan...
  • Mereka punya. Tapi tidak teriak kemana -mana. Kerendahan hati yang menciptakan orang lain menghargai dan menghormati dirinya...
Jangan didik anak dari kecil dengan penuh kemanjaan, apalagi hingga melupakan kesantunan, susila tata krama...
Hal hal sederhana wacana kesantunan menyerupai :
  • Pamit ketika pergi dari rumah 
  • Permisi ketika masuk ke rumah temen (karena ternyata banyak orang masuk ke rumah orang tidak punya sopan santun, tidak menyapa orang orang yang ada di rumah itu), 
  • Saat masuk atau pulang kerja memberi salam kepada rekan, terlebih pimpinan
  • Kembalikan pinjaman uang sekecil apapun, 
  • Berani minta maaf ketika ada kesalahan 
  • Tahu berterima kasih kalau dibantu sekecil apapun...
Kelihatannya sederhana, tapi orang yang tidak punya attitude itu tidak akan bisa melakukannya...
Bersyukurlah, bukan alasannya ialah kita terlahir di keluarga yang kaya atau cukup...
Bersyukurlah kalau kita terlahir di keluarga yang mengajarkan kita kesantunan, etika, tata krama dan kesederhanaan.....

Anak ialah rezeki.
Maka perlakukan anak dengan baik, didik dengan baik, tulisi kertas putih itu dengan bijak..agar anak bisa betul-betul menjadi rezeki bagi orangtuanya.
Insya Allah..

Wallahu alam


Demikianlah Artikel Stop Memperlihatkan Tunjangan !

Sekianlah artikel Stop Memperlihatkan Tunjangan ! kali ini, mudah-mudahan bisa memberi manfaat untuk anda semua. baiklah, sampai jumpa di postingan artikel lainnya.

Anda sekarang membaca artikel Stop Memperlihatkan Tunjangan ! dengan alamat link https://lubukhatimuslim.blogspot.com/2021/04/stop-memperlihatkan-tunjangan.html

Iklan Atas Artikel

Iklan Tengah Artikel 1

Iklan Tengah Artikel 2

Iklan Bawah Artikel