Miskin Itu Rezeki

Miskin Itu Rezeki - Hallo sahabat Islam Itu Indah, Pada Artikel yang anda baca kali ini dengan judul Miskin Itu Rezeki, kami telah mempersiapkan artikel ini dengan baik untuk anda baca dan ambil informasi didalamnya. mudah-mudahan isi postingan Artikel cerita, yang kami tulis ini dapat anda pahami. baiklah, selamat membaca.

Judul : Miskin Itu Rezeki
link : Miskin Itu Rezeki

Baca juga


Miskin Itu Rezeki

MISKIN KOK DIBILANG REZEKI?  

Mungkin begitu jawab anda alasannya ialah protes dengan judul goresan pena ini. Tapi kalo kita kembali lagi pada pengertian rezeki sebagai segala sesuatu yang kita rasakan keuntungannya maka hakikatnya kemiskinan itu rezeki bila itu bermanfaat bagi kita.

Coba perhatikan dongeng menarik di bawah ini.
Ada seseorang yang selalu merasa minder alasannya ialah seberapa keras ia bekerja dan berikhtiar pun hidupnya gak berubah. Tetap saja miskin. Kadang ia merasa frustasi karenanya. Dia sering mengadu pada Allah di sela-sela shalat malamnya, diantara Dhuha yang rutin dikerjakannya, diantara zikir-zikir yang terus digumamkannya, soal kondisi hidup yang dialaminya.
Tapi semuanya seolah sia-sia belaka. Hidupnya tetap saja melarat. Saking melaratnya terkadang ia harus puasa bila tak bisa membeli makanan.

Akhirnya ia melapor pada seorang uztaz dan ia berharap sanggup jawabannya dari kegelisahannya.
Katanya Allah menyuruh kita ikhtiar, dan ia sudah melakukannya tapi tetap saja ia miskin. Apakah memang ia ditakdirkan miskin?
Katanya Allah menyuruh kita tahajud supaya melancarkan rezeki?
Menyuruh kita dhuha untuk mempermudah rezeki?
Ikhtiar dan doa telah dilakukannya tapi semua tak membuahkan hasil.

Apa jawab Sang Uztaz?
Apabila kita telah melaksanakan ikhtiar sesuai kemampuan, sudah memperbaiki ibadah, bahkan bukan hanya yang fardhu kita melengkapinya dengan yang sunnah tapi kok masih belum bisa lepas dari kemiskinan. Ya, gak perlu minder apalagi protes pada Allah. Terima itu sebagai ketentuanNya.
Hidup ini laksana mall. Kita tiba dan menentukan barang-barang yang kita perlukan ataupun kita sukai, membayar kemudian bawa pulang. Jika kita menentukan selembar kain kita harus membayar seharga selembar kain. Begitu juga yang membawa 5 lembar kain harus membayar seharga 5 lembar kain. Kalau kita miskin tak mungkin bisa bawa apa-apa alasannya ialah tak punya uang untuk membelinya.
Saat lewat dari pintu pembayaran (kasir) tak perlu diperiksa, dibiarkan berlalu begitu saja. Begitu juga kelak di Hari Perhitungan. Orang kaya harus antri untuk menjalani pemeriksaan, dimintai pertanggung tanggapan atas harta kekayaan yang dimilikinya dan harus menjawab pertanyaan darimana sumber hartanya, kemana dibelanjakan? Kita yang miskin tak perlu melewati pos investigasi harta dan bisa berlalu.
Bukankah itu rezeki bagi kita?

Jika masih juga belum bisa mendapatkan ketentuanNya cobalah bersabar sejenak alasannya ialah sesudah mati maka kemiskinan pun ikut sirna. Tak ada orang mati membawa harta bersamanya, hanya selembar kain putih tak berjahit yang akan menemaninya melewati hari-hari sepi menunggu hari kebangkitan kembali. Hanya amal yang akan menyelamatkan dari siksa kubur dan vonis neraka nantinya. 
Harta banyak rezeki berlimpah pun bukan jaminan kebahagiaan.

Masih belum bisa mendapatkan juga? 
Mengapa kok perjuangan udah,ibadah gak pernah telat tapi rezeki masih juga acakadut. Udah bosan miskin tapi kekayaan makin jauh panggang dari api. Cobalah berpikir positif. Mungkin bila kita kaya belum tentu bisa bertakwa, belum menjamin ibadah bagus. Bisa jadi kekayaan itu menjerumuskan kita ke jurang kesombongan dan kemaksiatan. Yang tadinya amalnya banyak jadi minus alasannya ialah harus menebus dosa-dosa yang terus diperbuat. Uang itu bukan tujuan, uang itu hanya alat untuk mencapai tujuan. Karena alat maka bisa dimanfaatkan dan bisa disalahgunakan.
(baca : beda uang dan kekayaan).

Masih protes juga?
Coba baca goresan pena ini penyebab hidup kita gak berubah.

Masih belum bisa mengerti juga?
Kembangkan pikiran nyata itu, barangkali justru kemiskinanlah yang mengantarkan kita menuju surgaNya. Tak banyak harta yang menyibukkan kita, menciptakan kita lupa atau telat ibadah alasannya ialah mengurusnya. Tak banyak yang jadi rebutan anak istri dikala meninggalkan alasannya ialah kita tak meninggalkan harta untuk diperebutkan. Kaya bukan ukuran mulia dan miskin belum tentu hina. Allah Maha Tahu apa yang kita butuhkan dan apa yang terbaik untuk kita.
Bisa jadi rezeki yang susah itu justru alasannya ialah Allah menyayangimu.

Miskin tak perlu bikin minder alasannya ialah kaya itu hanya gelaran bagi mereka sumbangan harta. Sejatinya harta benda yang diklaim sebagai miliknya bukankah hanya titipan dari yang Maha Kaya? Allah lah pemilik sebenarnya. Kaprikornus mengapa mesti minder, wong kita sama-sama gak punya apa-apa?
Tetaplah berprasangka baik pada ALLAH Subhanahu Wa Ta'ala. Allah itu sesuai persangkaan hambaNya.
Singkirkan rasa iri , cemburu dan buanglah tanda tanya tentang kehendak Sang Pembagi Nikmat. Barangkali jatah yang buat kita masih tersimpan di SURGA..
menunggu kita siap menerimanya....
Ingatlah apa sabda Rasulullah.. Bahwa "Sesungguhnya kekayaan itu bukan terletak pada banyaknya harta benda,  tapi pada hati dan ketenangan jiwa yang selalu bersyukur"

Teruslah berikhtiar dan tingkatkan ibadah kepada Sang Pembagi Rezeki dan percayalah Dia akan memberi yang terbaik bagi kita pada waktu yang ditetapkanNya dan sesuai dengan caraNya. Yakinlah bahwa Allah tidak memberi kususahan pada seorang hamba, tanpa ada alasannya.

Wallahu alam..


Demikianlah Artikel Miskin Itu Rezeki

Sekianlah artikel Miskin Itu Rezeki kali ini, mudah-mudahan bisa memberi manfaat untuk anda semua. baiklah, sampai jumpa di postingan artikel lainnya.

Anda sekarang membaca artikel Miskin Itu Rezeki dengan alamat link https://lubukhatimuslim.blogspot.com/2021/01/miskin-itu-rezeki.html

Iklan Atas Artikel

Iklan Tengah Artikel 1

Iklan Tengah Artikel 2

Iklan Bawah Artikel