Kini Agama Jadi Berhala
Wednesday, January 6, 2021
Edit
Kini Agama Jadi Berhala - Hallo sahabat Islam Itu Indah, Pada Artikel yang anda baca kali ini dengan judul Kini Agama Jadi Berhala, kami telah mempersiapkan artikel ini dengan baik untuk anda baca dan ambil informasi didalamnya. mudah-mudahan isi postingan
Artikel cerita, yang kami tulis ini dapat anda pahami. baiklah, selamat membaca.
Judul : Kini Agama Jadi Berhala
link : Kini Agama Jadi Berhala
Anda sekarang membaca artikel Kini Agama Jadi Berhala dengan alamat link https://lubukhatimuslim.blogspot.com/2021/01/kini-agama-jadi-berhala.html
Judul : Kini Agama Jadi Berhala
link : Kini Agama Jadi Berhala
Kini Agama Jadi Berhala
Ketika Agama Kehilangan Tuhan
Artikel ini terinspirasi goresan pena dari KH A Mustafa Bisri (Gus Mus) perihal fenomena yang sanggup jadi renungan kita bersama. Jaman sudah berubah bahkan cara insan memperlakukan agama pun sudah berbeda dengan sebelumnya..
Lain dulu lain sekarang..pernahkah anda memperhatikannya?
Lain dulu lain sekarang..pernahkah anda memperhatikannya?
Dulu dari kisah-kisah yang kita baca, agama menghancurkan berhala. Kini agama jadi berhala. Tak kenal Tuhannya, yang penting agamanya.
semua orang dikenali menurut identitas agamanya. Bahkan KTP pun memuat informasi perihal agama seseorang (jadi kalo yang gak punya agama di KTPnya ditulis apa ya?). Meski seseorang itu tak menjalankan agamanya
semua orang dikenali menurut identitas agamanya. Bahkan KTP pun memuat informasi perihal agama seseorang (jadi kalo yang gak punya agama di KTPnya ditulis apa ya?). Meski seseorang itu tak menjalankan agamanya
Dulu orang berhenti membunuh alasannya yakni agama. Karena orang yang paham agama niscaya tahu bahwa membunuh yakni dosa besar. Sekarang orang saling membunuh lantaran agama. Masalah sedikit saja sanggup menyulut kemarahan dan menciptakan orang meradang. Tulisan kecil (bisa jadi cuma hoax) sanggup dianggap menghina dan menciptakan seseorang jadi halal darahnya, halal untuk dibinasakan. Naudzubillah..
Dulu orang saling mencintai lantaran beragama. Bukan hanya dengan sesama Muslim, dengan kaum Katolik dan Yahudi pun di zaman Rasul dan para khulafaur Rasyidin mereka hidup berdampingan dengan damai. Kini orang begitu mudahnya saling membenci lantaran agama. Orang jadi sangat mengagungkan agamanya dan menghina agama orang lain. Padahal Allah mengingatkan kita tak menyembah apa yang mereka sembah tapi bukan berarti kita harus menghina dan merendahkan mereka. Harusnya akhlak kita sanggup jauh lebih baik semoga mereka tertarik pada Islam.
Dulu orang saling mencintai lantaran beragama. Bukan hanya dengan sesama Muslim, dengan kaum Katolik dan Yahudi pun di zaman Rasul dan para khulafaur Rasyidin mereka hidup berdampingan dengan damai. Kini orang begitu mudahnya saling membenci lantaran agama. Orang jadi sangat mengagungkan agamanya dan menghina agama orang lain. Padahal Allah mengingatkan kita tak menyembah apa yang mereka sembah tapi bukan berarti kita harus menghina dan merendahkan mereka. Harusnya akhlak kita sanggup jauh lebih baik semoga mereka tertarik pada Islam.
Agama tak pernah berubah ajarannya dari dulu, Tuhannya pun tak pernah berubah dari dulu. Lalu yang berubah apanya? Manusianya.
Dari zaman Rasulullah sampe kini agama yang diajarkan tetap sama tapi insan berubah mengikuti perkembangan zaman. Dan perubahan itu sebagian ke arah yang baik dan sebagiannya lain ke arah yang salah... Fanatisme dan radikalisme menjadi trend..seolah-olah jihad membela agama hanya lewat cara memerangi orang lain, lewat perang yang bukan hanya membinasakan non muslim tapi juga muslim pun kena imbasnya.
Akhirnya Islam yang hening menempel dengan isu terorisme dan Islamophobia (ketakutan akan Islam) menjadi ekspresi dominan di negara barat.
Dari zaman Rasulullah sampe kini agama yang diajarkan tetap sama tapi insan berubah mengikuti perkembangan zaman. Dan perubahan itu sebagian ke arah yang baik dan sebagiannya lain ke arah yang salah... Fanatisme dan radikalisme menjadi trend..seolah-olah jihad membela agama hanya lewat cara memerangi orang lain, lewat perang yang bukan hanya membinasakan non muslim tapi juga muslim pun kena imbasnya.
Akhirnya Islam yang hening menempel dengan isu terorisme dan Islamophobia (ketakutan akan Islam) menjadi ekspresi dominan di negara barat.
Dulu orang mencar ilmu agama sebagai modal, untuk mempelajari ilmu lainnya. Sehingga mereka semakin meyakini kekuasaan dan rahmatNya, semakin mengimani firmanNya lantaran semua yang diberitakan di Al Alquran sejalan dengan sains modern. Sekarang orang malas mencar ilmu ilmu lainnya, maunya mencar ilmu agama saja. Sehingga pikirannya hanya terpaku pada apa kata uztaz / pemimpin agamanya saja. Benar ato salah kalo uztaz yang ngomong PASTI benar ! Tanpa merasa perlu memakai otak untuk menimbang benar dan salahnya. Padahal uztaznya hanya insan biasa yang sanggup khilaf dan salah juga.. Karena gak punya pengetahuan lain, gak punya pembanding ! Gampang tersulut amarah, praktis diadu domba.
Dulu pemimpin agama dipilih menurut kepintarannya, yang paling cerdas di antara orang-orang lainnya. Sekarang orang yang paling dungu pun, yang tidak sanggup bersaing dengan orang-orang lainnya, dikirim untuk mencar ilmu jadi pemimpin agama.
Dulu para siswa diajarkan untuk mencar ilmu ulet dan berdoa semoga sanggup menempuh ujian. Sekarang siswa malas belajar, tapi sesaat sebelum ujian berdoa paling kencang, lantaran diajarkan pemimpin agamanya untuk berdoa supaya lulus.
Dulu agama mempererat hubungan insan dengan Tuhan. Sekarang insan jauh dari Tuhan lantaran terlalu sibuk dengan urusan-urusan agama.
Dulu agama ditempuh untuk mencari Wajah Tuhan. Sekarang agama ditempuh untuk cari muka di hadapan Tuhan.
Esensi beragama telah dilupakan. Agama kini hanya komoditi yang menguntungkan pelaku bisnis berbasis agama, lantaran semua yang berbau agama telah didewa-dewakan, takkan pernah dianggap salah, tak pernah ditolak, dan jadi keperluan pokok melebihi sandang, pangan, papan. Agama jadi hobi, tren, dan bahkan pelarian lantaran tak tahu lagi mesti mengerjakan apa.
Agama kini diper-Tuhankan, sedang Tuhan itu sendiri dikesampingkan.
Esensi beragama telah dilupakan. Agama kini hanya komoditi yang menguntungkan pelaku bisnis berbasis agama, lantaran semua yang berbau agama telah didewa-dewakan, takkan pernah dianggap salah, tak pernah ditolak, dan jadi keperluan pokok melebihi sandang, pangan, papan. Agama jadi hobi, tren, dan bahkan pelarian lantaran tak tahu lagi mesti mengerjakan apa.
Agama kini diper-Tuhankan, sedang Tuhan itu sendiri dikesampingkan.
Agama dulu memuja Tuhan. Agama kini menghujat Tuhan. Nama Tuhan dijual, diperdagangkan, dijaminkan, dijadikan murahan, oleh orang-orang yang merusak, membunuh, sambil meneriakkan nama Tuhan.
Tuhan mana yang mengajarkan untuk membunuh?
Tuhan mana yang mengajarkan untuk membenci?
Tapi insan membunuh, membenci, mengintimidasi, merusak, sambil dengan besar hati meneriakkan nama Tuhan, berpikir bahwa Tuhan sedang disenangkan ketika ia menumpahkan darah insan lainnya.
Agama dijadikan senjata untuk menghabisi insan lainnya. Dan tanpa disadari insan sedang merusak reputasi Tuhan, dan sedang mengubur Tuhan dalam-dalam di balik gundukan ayat-ayat dan hukum agama.
Dulu orang beribadah pada Tuhan dan di sela jeda ibadah itu mencari rezekiNya. Berapapun rezeki yang didapat hari itu disyukuri sebagai proteksi Tuhan. Diyakini bahwa itu rezeki yang dibutuhkannya hari ini. Karena yang paling penting yakni ibadahnya tetap lancar dan sempurna waktu. Kini orang sibuk mencari rezeki dan ibadah di sela-selanya itupun kalo ingat. Saat melaksanakannya pun terburu-buru dan tak khusyu. Karena dunia dan mencari rezeki jauh lebih penting. Tuhan seolah terlupakan dan gres dicari lagi ketika rezekinya macet. Baru mengadu dan beribadah berurai air mata lantaran merasa rezekiNya tak sesuai yang keinginannya.
Orang mulai menimbulkan agama sebagai bisnis, komoditi dagangan yang sanggup untung sanggup rugi. Gak apalah mengumpulkan dana umat untuk kepentingan pribadi. Berapa banyak travel umroh yang akibatnya bermasalah dan tak sanggup memberangkatkan jamaah yang telah mempercayakan uangnya pada mereka?
Dulu insan lebih fokus pada berkahnya, pada kualitas rezekinya daripada kuantitasnya. Meski sedikit yang penting berkah. Manusia kini fokus pada jumlah,pada kuantitas, yang sanggup dihitung. Karena ia mengasosiasikan dirinya dengan barang / harta / uang /rezeki yang dimilikinya. Seberapa banyak yang didapatnya itu memilih seberapa jago ia di masyarakat. Bukan seberapa manfaat dirinya dan rezekinya.
Mari kita merenung..........
Wallahu alam...
Tuhan mana yang mengajarkan untuk membunuh?
Tuhan mana yang mengajarkan untuk membenci?
Tapi insan membunuh, membenci, mengintimidasi, merusak, sambil dengan besar hati meneriakkan nama Tuhan, berpikir bahwa Tuhan sedang disenangkan ketika ia menumpahkan darah insan lainnya.
Agama dijadikan senjata untuk menghabisi insan lainnya. Dan tanpa disadari insan sedang merusak reputasi Tuhan, dan sedang mengubur Tuhan dalam-dalam di balik gundukan ayat-ayat dan hukum agama.
Dulu orang beribadah pada Tuhan dan di sela jeda ibadah itu mencari rezekiNya. Berapapun rezeki yang didapat hari itu disyukuri sebagai proteksi Tuhan. Diyakini bahwa itu rezeki yang dibutuhkannya hari ini. Karena yang paling penting yakni ibadahnya tetap lancar dan sempurna waktu. Kini orang sibuk mencari rezeki dan ibadah di sela-selanya itupun kalo ingat. Saat melaksanakannya pun terburu-buru dan tak khusyu. Karena dunia dan mencari rezeki jauh lebih penting. Tuhan seolah terlupakan dan gres dicari lagi ketika rezekinya macet. Baru mengadu dan beribadah berurai air mata lantaran merasa rezekiNya tak sesuai yang keinginannya.
Orang mulai menimbulkan agama sebagai bisnis, komoditi dagangan yang sanggup untung sanggup rugi. Gak apalah mengumpulkan dana umat untuk kepentingan pribadi. Berapa banyak travel umroh yang akibatnya bermasalah dan tak sanggup memberangkatkan jamaah yang telah mempercayakan uangnya pada mereka?
Dulu insan lebih fokus pada berkahnya, pada kualitas rezekinya daripada kuantitasnya. Meski sedikit yang penting berkah. Manusia kini fokus pada jumlah,pada kuantitas, yang sanggup dihitung. Karena ia mengasosiasikan dirinya dengan barang / harta / uang /rezeki yang dimilikinya. Seberapa banyak yang didapatnya itu memilih seberapa jago ia di masyarakat. Bukan seberapa manfaat dirinya dan rezekinya.
Mari kita merenung..........
Wallahu alam...
Demikianlah Artikel Kini Agama Jadi Berhala
Sekianlah artikel Kini Agama Jadi Berhala kali ini, mudah-mudahan bisa memberi manfaat untuk anda semua. baiklah, sampai jumpa di postingan artikel lainnya.
Anda sekarang membaca artikel Kini Agama Jadi Berhala dengan alamat link https://lubukhatimuslim.blogspot.com/2021/01/kini-agama-jadi-berhala.html