Tak Cukup Dengan Cari Rezeki Saja

Tak Cukup Dengan Cari Rezeki Saja - Hallo sahabat Islam Itu Indah, Pada Artikel yang anda baca kali ini dengan judul Tak Cukup Dengan Cari Rezeki Saja, kami telah mempersiapkan artikel ini dengan baik untuk anda baca dan ambil informasi didalamnya. mudah-mudahan isi postingan Artikel Pesan, yang kami tulis ini dapat anda pahami. baiklah, selamat membaca.

Judul : Tak Cukup Dengan Cari Rezeki Saja
link : Tak Cukup Dengan Cari Rezeki Saja

Baca juga


Tak Cukup Dengan Cari Rezeki Saja

Tidak Perlu Ayah (jika hanya) untuk Cari Nafkah...

Tulisan yang bisa jadi pengingat buat kita yang sudah menjadi orang tua. Saya tulis lagi kembali di sini sebagai materi pelajaran buat pembaca blog lancarrezeki.blogspot.com ini. 

Mungkin agak terdengar sombong jikalau kalimat ini terlontar dari verbal seorang istri, atau bahkan seorang anak. Karena sesungguhnya, salah satu kiprah seorang lelaki dalam rumah tangga yakni mencari rezeki dan memberi nafkah keluarganya, baik sebagai suami, sebagai Ayah maupun sebagai anak kepada orang tuanya yang sudah sepuh.
(baca : haruskah rezeki dicari oleh suami?)

Ayah dan anak-anaknya di Kyoto City Zoo, Jepang

Tapi kenyataannya, tak sedikit para lelaki yang menggadaikan kehormatannya karena tak menjalankan kiprahnya sebagai pencari rezeki / nafkah. Pernah liat bapak rumah tangga yang hanya tinggal di rumah, menjaga si kecil, belanja di pasar dan masuk dapur? Ini bukan soal besar kecil hasil yang didapat, tetapi soal menjalankan kiprahnya dalam keluarga.
(baca : tips menjadi suami efektif dan berezeki baik)

Tak sedikit pula yang kiprahnya sebagai pencari rezeki utama dalam keluarga justru tergantikan oleh isterinya. Setidaknya kalaupun bukan tergantikan, ya sedikit tergeser lah (bisa jadi alasannya yakni gajinya lebih besar, pekerjaannya jauh lebih "penting", isterinya jauh lebih bisa dan mapan dalam karier). Coba lihat,  banyaknya perempuan yang justru "terpaksa" bekerja karena kiprah suaminya dirasa kurang, dalam bahasa yang lebih simpelnya, uang belanja dari suami tak mencukupi. Meskipun cukup itu relatif ya...
Di sini tak merujuk perempuan yang bekerja alasannya yakni memang mereka bahagia dan penggalan dari aktualisasi diri lagipula sudah sanggup izin resmi dari suami. 
(baca : rezeki isteri dan bolehkah sedekah pada suami?)



Lanjut kita bahas soal kiprah ayah dalam keluarga. Apakah suami / ayah ini memang tugasnya hanya sebagai pencari rezeki / nafkah tok ? Apa mereka ini ditakdirkan hanya buat bikin asap dapur ngebul? 
Tentu tidak. Sebenarnya kiprah suami / ayah bukan hanya soal kerja keras nyari rezeki / nafkah halal buat keluarganya. Karena kalau cuma soal nafkah, sorry menyorry bung, sekarang kiprah itu juga banyak dilakukan oleh perempuan (isteri atau ibunya anak-anak), dan bahkan oleh anak-anak. Lihat saja anak jalanan, orang tuanya ada, malah leyeh leyeh di bawah pohon sementara anaknya ngamen di lampu merah dengan resiko tertabrak, atau pelecehan.

Pernah dengar ungkapan klasik ini gak? "Ayah sudah lelah mencari nafkah, urusan sekolah bawah umur itu urusan ibu..." kata si Ayah ke ibunya anak-anak.
Di kesempatan lain, juga pernah dengar menyerupai ini, "Bu, tolong hargai Ayah, setiap Ayah pulang rumah selalu berantakan. Kamu ngapain aja sih? Ayah capek kerja seharian, hingga rumah lihat rumah awut-awutan begini..." tanpa peduli lagi pada kenyataan bahwa setiap jam rumah dirapihkan, dan hanya butuh waktu lima menit akan kembali awut-awutan oleh ulah anak-anak.
Terus? Kalau sudah mencari rezeki / nafkah, ayah nggak perlu direpotkan sama urusan pendidikan anak? Belajarnya anak, antar ke sekolah, rapat orang bau tanah murid dan urusan lainnya. Padahal anak itu ada alasannya yakni beliau kan? Mustahil dong si ibu bisa mengandung tanpa donasi si ayah? Bahkan di belakang namanya si anak membawa nama ayahnya, bukan ibunya?
Lalu mengapa ayah ogah terlibat dalam kehidupan anak-anaknya yang terlahir alasannya yakni dia? Lalu mengapa ayah enggan menjadi kekasih isterinya jikalau ternyata perempuan yang mendampinginya itu bukan hanya butuh diberi uang belanja tapi juga butuh dibelai dan dibantu dalam urusan rumah?

Kalau sudah mencari rezeki / nafkah, kerja keras banting tulang peras keringat, ayah jadi haram pegang sapu? Bersih higienis rumah, bantu isterinya yang semenjak bangkit pagi hingga tengah malam sibuk dengan urusan rumah yang (memang) nggak ada habisnya? Belum lagi kalo ternyata isterinya juga kerja?
Sederhananya, memangnya fungsi ayah cuma cari rezeki / nafkah doang?
Seringkali sosok ayah ada di rumah, tetapi hanya fisiknya yang hadir, tidak jiwanya, tidak perannya.
Waktu kita kecil emang menyerupai sosok ayah inikah yang kita cita-citakan?

Anak bertanya soal pelajaran, kemudian dengan enteng berkata, "Tanya ibu sana, Ayah capek..." padahal sedang main gadget, baca WA, medsos.
Sosok Ayah harus hadir secara utuh di rumah, bagi isterinya, bagi anak-anaknya, bagi keluarganya. Perlu dicatat ni jikalau anda seorang seorang Ayah, alasannya yakni kiprah ayah dalam rumah tangga itu banyak, sebagai kepala keluarga, sebagai pemimpin, sebagai kekasih ibu dan pelindung keluarga, bukan cuma sebagai pencari rezeki / nafkah.

Sosok ayah perlu hadir untuk memberi rasa aman, nyaman, ketenangan dan percaya diri seluruh anggota keluarga. Jangan hingga justru ada ayah malah bikin nggak nyaman seisi rumah, hati-hati dengan KDRT, hati-hati dengan membully anak / isteri. Pernahkah terlintas di pikiran anda apa kata bawah umur ihwal ayahnya? "Tenang, ada Ayah..." kalimat ini suatu waktu mungkin keluar dari verbal bocah-bocah lelaki dan perempuan alasannya yakni ayah yakni sosok lelaki yang memang benar-benar bisa diandalkan. Tangguh. 
Kehadiran Ayah sejatinya dirindukan, oleh isteri maupun anak-anaknya. Jangan abaikan pesan singkat dari anak misalnya, "Ayah pulang jam berapa ?" Ada rindu tersirat dari kalimat itu.
(baca : bagaimana mengelola rezeki suami isteri?)

Dua tiga hari ayah tak pulang alasannya yakni kiprah kantor, suasana rumah jadi terasa sepi, isteri dan bawah umur merasa kurang kondusif dan nyaman. Jika masih menyerupai ini, tersenyumlah. Artinya sosok ayah masih sangat diharapkan sebagai pelindung, pengayom dan pemberi rasa aman.
Hadirnya sosok ayah juga menjadi teladan baik bagi anak lelaki, bagaimana menjadi ayah masa depan dan menjadi contekan bagi anak perempuan kelak mencari pasangan. Pernah kah anak perempuan Anda berkata, "Aku ingin punya suami kelak menyerupai Ayah" ... Ah, indahnya kalimat itu terdengar.

Hadirnya seorang ayah secara utuh, bukan soal seberapa banyak waktu yang dipunyai di tengah kesibukan bekerja mencari rezeki. Sebab, nyatanya masih banyak ayah yang bisa tetap "hadir" di keluarganya meski waktunya tak banyak. Ini soal peran, bukan soal waktu. Ini ihwal kesadaran, bukan ihwal seberapa sejahteranya sebuah keluarga. Kualitasnya yang perlu bukan kuantitasnya. Meski sebentar tapi berkesan itu lebih baik daripada usang tapi dipaksakan. Peran ini, tak bicara soal pangkat, status sosial, apalagi soal besar kecilnya honor sang ayah.
Satu lagi, lelaki yang dipanggil ayah ini pun bukan sosok yang bikin suasana rumah jadi tegang, serius melulu, kaku, apalagi angker. Anak-anak nggak hanya butuh Ayah sebagai orang tua, tetapi juga butuh teman bercerita, sobat bermain, lawan berkelakar. Ayah yang bisa menempatkan diri, kapan bisa tegas sebagai orang tua, kapan bisa lembut sebagai teman dan kapan bisa ceria layaknya sobat main.
Ah terlalu panjang rasanya kalo mo dibahas kiprah ayah dalam artikel ini. Bukan kapasitas saya juga bahas parenting disini, gak punya latar belakang ilmunya. Saya juga hanya seorang anak dari seorang ayah, seorang isteri dari seorang suami dan seorang ibu yang harus berafiliasi dengan suami yang bergelar ayah untuk membesarkan anak-anak.
Harapannya sih agar sosok lelaki yang dipanggil ayah ini selalu dirindukan, ada dan tiadanya nanti. Tak tergantikan di hati seluruh anggota keluarga, hingga kapanpun dan dimanapun mereka berada.

Wallahu alam....


Demikianlah Artikel Tak Cukup Dengan Cari Rezeki Saja

Sekianlah artikel Tak Cukup Dengan Cari Rezeki Saja kali ini, mudah-mudahan bisa memberi manfaat untuk anda semua. baiklah, sampai jumpa di postingan artikel lainnya.

Anda sekarang membaca artikel Tak Cukup Dengan Cari Rezeki Saja dengan alamat link https://lubukhatimuslim.blogspot.com/2020/12/tak-cukup-dengan-cari-rezeki-saja.html

Iklan Atas Artikel

Iklan Tengah Artikel 1

Iklan Tengah Artikel 2

Iklan Bawah Artikel