Rezeki Para Ayah

Rezeki Para Ayah - Hallo sahabat Islam Itu Indah, Pada Artikel yang anda baca kali ini dengan judul Rezeki Para Ayah, kami telah mempersiapkan artikel ini dengan baik untuk anda baca dan ambil informasi didalamnya. mudah-mudahan isi postingan Artikel kisah, Artikel Pesan, yang kami tulis ini dapat anda pahami. baiklah, selamat membaca.

Judul : Rezeki Para Ayah
link : Rezeki Para Ayah

Baca juga


Related

Rezeki Para Ayah

Suka Duka Menjadi Ayah

Seringkali kita mendengar dongeng yang mengharu biru bagaimana usaha seorang ibu melahirkan, membesarkan anak-anaknya dengan penuh kasih. Banyak ibu-ibu jago di luar sana yang menjadi pahlawan bagi keluarganya. Tapi pernahkah kita menanyakan bagaimana beratnya usaha seorang ayah? Sang superhero yang jarang diangkat?
Sepulang dari joging pagi tak sengaja indera pendengaran saya mendengar percakapan sepasang suami isteri. Nampak seorang isteri mengantarkan suaminya yang siap berangkat kerja hingga depan pagar dan berkata. "Ayah, stok beras kita sudah habis ...." Laporan ini terdengar darurat, alasannya ialah kalo beras sudah habis trus sebentar makan apa?
Yang mendapatkan laporan hanya tersenyum dan siap melangkah mencari rezeki untuk keluarganya, tiba-tiba terdengar bunyi melengking anaknya dari dalam rumah, "Ayah..., besok Iwan harus bayar uang buku".


"Iya...nanti ayah usahakan uangnya" jawab sang Ayah. Tertegun saya mendengarnya, apa kira-kira yang berkecamuk di kepala lelaki itu, bagaimana perasaannya? Pasti sudah seribu satu hal bersliweran di otaknya, bagaimana mendapatkan uang untuk membeli beras dan bayar uang buku anak.
Jadi ingat anak bungsu saya si Dede yang sangat suka makan dan setiap ayahnya keluar niscaya nitip dibeliin sesuatu, "Jangan lupa belikan empek-empek ya, Ayah" dan ayahnya hanya menjawabnya dengan "Insya Allah". Dan ayahnya niscaya mengusahakan biar pesanan si Dede bisa dipenuhinya, tak ingin mengecewakan anak yang sangat berharap sang ayah memperhatikan keinginannya. 


Pernah dulu di kantor, kolega saya mendapatkan SMS nyasar, entah dari siapa?

"Say, jangan lupa, kalo pulang beliin susu adek ya".
Tentu saja SMS itu membuat kolega saya gundah dan sedikit berkelakar, "ini, anak siapa minta susunya ke siapa".

Lagi-lagi saya mikir, kalau SMS itu benar-benar hingga ke nomor sang Ayah yang penghasilannya pas-pasan, tambah satu lagi kegundahannya. Kalau kebetulan punya uang, seruan itu tidaklah masalah. Bagaimana kalau sebaliknya? Banyak ayah yang setiap pagi membawa serta kegundahan mereka beserta setiap langkahnya menuju kawasan kerja. Keluhan isteri ihwal uang belanja yang menipis, uang sekolah anak yang mendesak segera dibayar, susu si kecil yang tersisa hanya bungkusnya, belum lagi semua tagihan yang tak bisa tidak harus dibayar, ibarat listrik, air, PBB, bahkan hutang rokok di warung sebelah pun masih tertunggak. 
Ayah ialah pahlawan di mata anak isterinya. Berusaha nampak tangguh di depan mereka dan berujar dengan kalimat sakti, "Iya, nanti semua Ayah bereskan" meski dadanya bergemuruh kencang dan otaknya berputar mencari jalan untuk  membereskan semua persoalan yang ada. Cerita di koran dan media ada memberitakan para Ayah yang frustasi dan berakhir di tali gantungan alasannya ialah tak berpengaruh menahan beban ekonomi yang semakin menenggelamkan. Baginya, tali gantungan tak bedanya dengan jeratan hutang dan rengekan keluarga yang tak pernah bisa ia sanggupi. Sama-sama menjerat, bedanya, tali gantungan menjerat lebih cepat dan selesailah masalahnya selamanya.

Tak sedikit pula para Ayah yang membiarkan tangannya berlumuran darah sambil menggenggam sebilah pisau mengorbankan hak orang lain demi merampungkan gundahnya. Walau kesannya ia pun harus berakhir di dalam jeruji besi, berurusan dengan yang berwajib. Yang pasti, tangis bayi di rumahnya bisa terhenti, alasannya ialah susu yang dijanjikan sang ayah kesannya terbeli.
Tak jarang para Ayah terpaksa menggadaikan harga diri dan keimanannya, menipu rekan sekantor, mendustai atasan dengan memanipulasi angka-angka, atau berbuat curang di balik meja teman sekerja, demi tuntutan hidup. 
Isteri dan anak-anaknya mana pernah tahu dan juga tak pernah bertanya dari mana uang yang didapat sang Ayah. Halalkah? Haramkah? Karena yang penting terselesaikan sudah gundah hari itu. Isteri dan bawah umur selalu setia menunggu kepulangan ayahnya, hingga larut. Karena tau bahwa sang ayah tak mungkin mengecewakan mereka.
Bisa jadi sang ayah suatu dikala tak pernah kembali, alasannya ialah di luar sana, dia  terbaring babak belur tak berkutik, hancur meregang nyawa, menahan sisa-sisa nafas terakhir sesudah dihajar massa yang geram oleh agresi kriminal yang dilakukannya. Sekali lagi, beliau rela menanggung resiko ini demi segenggam gundah yang mesti ia tuntaskan.

Sungguh, diantara sekian banyak Ayah yang gundah itu ada sebagian ayah lain yang tetap sabar menggenggam gundahnya, membawanya kembali ke rumah, menyertakannya dalam mimpi, mengadukannya dalam setiap sujud panjangnya di pertengahan malam pada Sang Pemberi Rezeki biar diberi keluarganya rezeki lewat rezeki para ayah. Terus berharap ada rezeki yang Allah berikan hari itu, biar tuntas satu persatu gundah yang ia genggam.
Ayah yang ini, masih percaya bahwa Allah takkan membiarkan hamba-Nya berada dalam kekufuran tanggapan gundah-gundah yang tak pernah usai. Allah niscaya punya cara untuk menuntaskannya. Karena skenario Allah lah yang terbaik. Ayah ini terus meyakini bahwa Allah tidak akan menguji seorang hamba kecuali sebatas hamba tersebut bisa memikulnya. Ujian diterimanya dengan penuh kesabaran. Karena ia selalu berprasangka baik kepada Allah dengan meyakini bahwa tiada cobaan yang tidak ada solusinya. Hanya kepada Allah lah tempatnya bersandar. 
Para ayah ini berharap dalam setiap ikhtiarnya mencari rezeki, Allah akan mengatakan cara merampungkan semua gundah itu tanpa harus membuat gundah gres bagi keluarganya. Tak ada ceritanya ia merampungkan gundahnya dengan tali gantungan, atau dengan tangan berlumur darah, atau berakhir di balik jeruji penjara yang sumpek. Dia juga takkan membiarkan keluarganya menerima kabar jelek ihwal dirinya yang hangus dibakar massa sesudah ketahuan melaksanakan tindakan kriminal. 

Dan bagi para ayah di luar sana (termasuk ayah bawah umur saya), terimalah salut kami atas usaha kalian mencari rezeki bagi kami, terima kasih banyak alasannya ialah tetap menggenggam gundah itu dengan senyum. Saya yakin, Allah suka terhadap orang-orang yang tersenyum dan ringan melangkah di balik semua keluh dan gundahnya dan meyakini bahwa tangan Allah akan membimbingnya menuju rezeki para ayah yang tersedia bagi dirinya dan keluarganya.

Wallahu alam..


Demikianlah Artikel Rezeki Para Ayah

Sekianlah artikel Rezeki Para Ayah kali ini, mudah-mudahan bisa memberi manfaat untuk anda semua. baiklah, sampai jumpa di postingan artikel lainnya.

Anda sekarang membaca artikel Rezeki Para Ayah dengan alamat link https://lubukhatimuslim.blogspot.com/2020/03/rezeki-para-ayah.html

Related Posts

Iklan Atas Artikel

Iklan Tengah Artikel 1

Iklan Tengah Artikel 2

Iklan Bawah Artikel