Kehilangan Istri =Kehilangan Tulang Rusuk
Friday, June 12, 2009
Edit
Kehilangan Istri =Kehilangan Tulang Rusuk - Hallo sahabat Islam Itu Indah, Pada Artikel yang anda baca kali ini dengan judul Kehilangan Istri =Kehilangan Tulang Rusuk, kami telah mempersiapkan artikel ini dengan baik untuk anda baca dan ambil informasi didalamnya. mudah-mudahan isi postingan
Artikel kisah, yang kami tulis ini dapat anda pahami. baiklah, selamat membaca.
Judul : Kehilangan Istri =Kehilangan Tulang Rusuk
link : Kehilangan Istri =Kehilangan Tulang Rusuk
Anda sekarang membaca artikel Kehilangan Istri =Kehilangan Tulang Rusuk dengan alamat link https://lubukhatimuslim.blogspot.com/2009/06/kehilangan-istri-kehilangan-tulang-rusuk.html
Judul : Kehilangan Istri =Kehilangan Tulang Rusuk
link : Kehilangan Istri =Kehilangan Tulang Rusuk
Kehilangan Istri =Kehilangan Tulang Rusuk
ARTIKEL KE 830
Isteri ialah tulang rusuk suaminya
Artikel sebelumnya membahas curahan hati seorang suami yang justru jatuh cinta pada isterinya setelah isterinya tiada...
Seorang suami pernah bersumpah untuk selalu menciptakan istrinya senang seumur hidupnya.
Seiring berjalannya waktu, laki-laki ini yang dulu statusnya hanya seorang buruh, kini telah menjadi kepala bagian, kemudian menciptakan perusahaan konstruksi sendiri.
Sekarang perusahaannya semakin besar dan terkenal, godaan terhadap dirinya pun semakin banyak.
Malam itu, beliau membalikkan tubuh istrinya, hanya sekedar ingin bekerjasama suami istri.
Namun beliau menyadari, sekarang istrinya semakin menua, tubuh yang langsing sekarang sudah berisi, nampak bergelambir dengan lemak di mana-mana, kulitnya pun tidak halus lagi, mulai ada kerutan di sana sini...
Jika dibandingkan dengan sejumlah perempuan bagus di sekelilingnya, beliau hanyalah seorang perempuan desa yang kusam, keberadaan istrinya mengingatkannya pada masa kemudian yang sederhana.
Dia berpikir, kesepakatan nikah ini sudah mencapai titik akhirnya.
Dia menyetorkan uang sebesar satu milyar ke rekening istrinya, semoga istrinya sanggup membeli rumah yang nyaman di sentra kota.
Dia bukanlah laki-laki yang tak berperasaan, tidak memikirkan kehidupan istrinya selanjutnya, beliau merasa kurang damai kalau isterinya hidup tidak nyaman sesudah diceraikan.
Akhirnya beliau pun meminta untuk bercerai.
Istrinya duduk di hadapannya, dengan damai mendengar alasan perceraiannya, mata istrinya pun terlihat tenang.
Namun mereka telah menikah selama 20 tahun, beliau tahu betul semua wacana isrinya, beliau tau bahwa tatapan damai istrinya, gotong royong menyimpan rasa perih yang teramat dalam di dalam hati.
Dia tiba-tiba menyadari bahwa beliau sangat kejam. Tapi sudahlah....
Dia sudah memutuskan...
Hari yang telah ditentukan untuk berpisah pun tiba.
Hari itu sesuatu terjadi pada perusahaannya, ia menyuruh istrinya semoga menunggu di rumah sebentar.
Saat siang hari, ia akan kembali membantu istrinya pindahan.
Pindah ke rumah gres yang telah dibelinya itu, dan 20 tahun kesepakatan nikah mereka berakhir hingga disini.
Sepanjang pagi, hatinya sangat gelisah.
Begitu siang tiba, ia segera kembali ke rumah. Namun rumah sudah sepi, istrinya telah pergi.
Di atas meja ia mendapati, kunci rumah yang ia belikan untuk istri, buku tabungan yang nilainya satu miliar, dan sepucuk surat yang ditulis oleh istrinya untuk dia.
Ini ialah surat pertama yang ditulis oleh istrinya untuk dia:
“Aku sudah pergi, kembali ke rumah orangtua di kampung ku.
Semua selimut sudah saya cuci, dan juga sudah dijemur, saya menaruhnya di rak sebelah kiri, ketika animo hirau taacuh tiba, jangan lupa mengeluarkannya.
Semua sepatu kulit sudah ku semir, jikalau robek kau sanggup pergi ke toko sol sepatu bersahabat rumah.
Kemeja di lemari bab atas, kaos kaki dan tali pinggang di laci bawah.
Saat beli beras, ingat beli merek Jin Xiang, pergilah ke supermarket, di sana tidak akan ada merek yang palsu.
Pembantu setiap ahad akan tiba untuk bersih-bersih, jangan lupa berikan honor beliau setiap simpulan bulan.
Oh ya, jikalau ada baju yang sudah tak terpakai, berikanlah pada pembantu itu, beliau akan mengirimkannya ke kampung, keluarga mereka akan sangat senang sanggup baju lungsuran yang masih bagus.
Setelah saya pergi, jangan lupa minum obat, lambung mu kurang sehat, saya sudah menyuruh orang membelikanmu obat lambung dari apotik, seharusnya cukup untuk setengah tahun.
Dan lagi, kau selalu lupa membawa kunci ketika keluar rumah, saya sudah menitipkannya pada tetangga, jikalau kau lupa lagi, ambilah di sana.
Saat pagi, jangan lupa tutup jendela sebelum keluar rumah, air hujan yang masuk akan membahasi lantai.
Aku sudah berbagi makanan untuk mu, ketika pulang, makanlah itu.”
Setiap abjad yang ditulis istrinya sangat tidak rapi. Namun setiap katanya bagaikan peluru yang menusuk ke dada secara bertubi-bertubi.
Dia perlahan menuju dapur, memakan pangsit yang sudah disiapkan.
Dia tiba-tiba berpikir akan 20 tahun yang lalu, beliau bangun di antara tumpukan tiang dan menjadi buruh semen.
Tidak jauh dari tumpukan tiang tersebut ada bunyi yang berteriak memanggil namanya sambil membawakan pangsit, mengingatkannya akan bunyi yang membawakan kebahagiaan itu; mengingatkannya akan rasa puas sesudah memakan pangsit itu.
Seakan gres saja melewati sebuah pesta; mengingatkannya akan masa dimana ia mengucapkan sumpah, “aku akan menciptakan perempuan ku bahagia.”
Dia berbalik menuruni tangga dan segera masuk ke mobil.
setengah jam, ia hingga ke stasiun kereta dan mendapat istrinya hendak masuk ke kereta menuju kampungnya.
Dengan nada yang tinggi ia berkata, “Kamu mau kemana?! Aku begitu lelah kerja setengah hari ini, dan tidak ada nasi di rumah, istri macam apa kamu? Keterlaluan, cepat ikut saya pulang!”
Dia terlihat sangat galak dan bernafsu (kompensasi dr penyesakannya)
Istrinya pun dengan mata yang basah, mengikutinya dari belakang dan ikut pulang ke rumah.
Perlahan-lahan, air mata istrinya menjadi bunga mekar.
Istrinya tidak tahu, suaminya yang berjalan di depan juga sedang menangis.
Saat perjalanan dari rumah menuju stasiun kereta, ia sangat ketakutan, takut juga tidak menemukan istrinya lagi, takut kehilangan istrinya.
Dia memarahi diri sendiri, begitu bodoh, hendak mengusir istri sendiri, ternyata kehilangan istrinya, ibarat kehilangan tulang rusuk, begitu sakit. Pengalaman ini, menciptakan korelasi mereka semakin erat setiap harinya.
Sayangilah istri anda alasannya kehilangan seorang istri yang baik hatinya sama saja ibarat kehilangan tulang rusuk. Istri yang baik akan menemani engkau hingga engkau sukses dan kaya raya. Namun sesudah engkau kaya raya, janganlah engkau berpaling dari mereka dan menggangap mereka tidak lagi berguna. Pernah ada orang berkata “kesetiaan seorang perempuan diuji ketika sang laki-laki tidak memiliki apa-apa, dan kesetian seorang laki-laki diuji ketika ia telah memiliki segalanya”.
baca juga: merasa cukup dengan yang halal
Wallahu alam...
Demikianlah Artikel Kehilangan Istri =Kehilangan Tulang Rusuk
Sekianlah artikel Kehilangan Istri =Kehilangan Tulang Rusuk kali ini, mudah-mudahan bisa memberi manfaat untuk anda semua. baiklah, sampai jumpa di postingan artikel lainnya.
Anda sekarang membaca artikel Kehilangan Istri =Kehilangan Tulang Rusuk dengan alamat link https://lubukhatimuslim.blogspot.com/2009/06/kehilangan-istri-kehilangan-tulang-rusuk.html